Bulan Agustus nanti pernikahanku berusia 5 tahun. Aku nggak pengen bilang “nggak berasa ya..”, karena semua prosesnya terasa buatku. Proses tahun pertama, kedua, dan seterusnya pernah aku tulis singkat sebelumnya.
Baca : My 4 Years Marriage
Meski tahun ini baru berjalan setengahnya, rumah tangga
kami banyak disibukkan dengan hal-hal yang cukup berat. Bukan tidak bersyukur,
tapi aku rasa setiap orang juga mengalami hal-hal buruk dengan pasangan jika mau jujur, pernikahan nggak hanya diisi dengan hal-hal manis imajinasi dari manten anyar. aku anggap saja begitu
untuk selalu eling kalo diatas langit
masih ada langit, sebaliknya juga banyak yang lebih menderita dari diri kita. Tentu
saja dengan begitu aku bisa lebih mengingat lebih banyak hal-hal yang bisa
disyukuri.
Itu pula yang awalnya membuat masing-masing sibuk dengan
diri sendiri dan tidak menyadari jarak yang semakin menjauhkan kami. Aku menyadari,
beberapa kali mencoba untuk mengkomunikasikan, tidak selalu mulus. Tapi bukan Chely
jika membiarkan berlarut-larut hal yang aku tau akan menjadi buruk, jadi aku
coba terus buat ngobrolin sama Yoki dibeberapa kesempatan. I
always try to fix every lil things.
Terakhir semalam, kami terpancing karena hal kecil. Hal sepele.
Begitulah sebuah rumah tangga, penuh dengan hal-hal kecil yang bermasalah. Aku tau
jalan pikiran YK, aku tau bagaimana cara menggiring agar dia mengerti inti
permasalahan, aku tau cara mengajaknya berkompromi tentang solusi. Aku tau. YK pun
sebenernya tau apa yang terbaik, tau apa yang harus diprioritaskan, tau apa
yang aku maksud, dia tau.
Yang aku sudah tau dan selalu saja tak bisa tahan adalah saat
dia menginterupsi setiap aku bicara, saat dia mendebatku dengan kata tanpa data
hanya untuk memenangkan pembenaran, saat dia melakukan itu semua dengan bahasa
tubuh “aku sedang tidak mencintaimu”. Hal-hal itu yang membuatku merasa berjalan sendirian.
Sedangkan aku, disaat seburuk apapun,
berusaha berkata dengan bahasa dan sikap terbaik, berusaha melihat
dirinya dengan pandangan terbaik, berusaha mengontrol intonasi suara,
berusaha selalu mengingat bahwa dia orang yang membuatku mau bilang “Yes I do”.
Sampai di titik terlelahku mengartikan dan mengertikan YK,
aku hanya diam dan memandanginya. Kebetulan semalem aku juga lagi nggak fit. Seluruh
badanku sakit, dan beberapa hari kurang tidur. Aku nggak ada tenaga lebih untuk
berperan lebih dari perasaanku yang sebenernya. Jadi aku cuma bisa nangis. Dia terdiam.
Beberapa saat kemudian setelah lega, aku diam memandangi
wajahnya. Menunggu cukup lama karena tidak ingin mendominasi. Dia minta maaf. Aku
bilang nggak perlu minta maaf ketika kamu tidak merasa bersalah. Karena memang
aku butuh diskusi yang membuat kami bisa benar-benar memahami keadaan dan saling berkompromi. Bukan minta maaf hanya untuk men-skip permasalahan. Lalu YK mengakui, cara dia menanggapi komunikasi kurang
baik. Oke. Itu cukup untuk saat ini. Menyadari dan mengakui apa yang salah dari
diri itu butuh keberanian, dan aku hargai itu.
Tapi aku menarik garis sejarah kami. Iya memang awal kenal YK dulu
dia orang yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, iya dulu dia orang yang
sangat keras kepala dan cenderung angkuh. Tapi aku sadar, YK sadar, kami sadar,
aku bisa melengkapinya disitu. Aku bisa membuatnya menyadari kekurangannya, aku
bisa membantunya dalam menganalisa sebuah masalah dengan pikiran yang lebih
terbuka. Sebaliknya YK juga punya kelebihan dalam hal mendengar dan berempati,
dia membuatku merasa benar-benar didengarkan dan dimengerti disaat aku masih seseorang
yang sangat tertutup dan terlalu keras dengan diriku sendiri.
Aku bisa memproyeksikan masa depan, seharusnya YK bisa jadi orang yang
lebih bisa berkomunikasi dengan cara yang baik. Seharusnya aku bisa nggak
merasa sendirian lagi menghadapi hal-hal. Kami bisa saling bertumbuh seiring berjalannya
waktu. And here we are, aku sudah
semakin menjadi orang yang terbuka dari sebelumnya, YK yang aku yakin juga
sekarang lebih bisa berkomunikasi dengan baik ke siapapun. Harusnya hal seperti
semalam tidak harus terjadi lagi.
Selamanya terlalu lama untuk tidak kita perbaiki mulai dari
hal-hal kecil. I mean, pernikahan itu adalah komitmen untuk bisa menjalani
hidup bersama selama-lamanya bukan? Di tahun ke-5 ini aku belajar sesuatu,
bahwa komunikasi yang sudah saling kita pelajari dengan baik dengan pasangan
bisa memburuk karena suatu kelengahan. Kelengahan bisa terjadi ketika kita
menganggap enteng suatu hal, yang dalam hal ini adalah pasangan kita.
Baca : Perdebatan Rumah Tangga
Baca : Perdebatan Rumah Tangga
Biasanya ini terjadi setelah tahun-tahun awal terlewati. Ketika
kita sudah merasa pasangan kita mengerti kita. Aku orang yang membebaskan
pasanganku. Aku suka melihat seseorang yang aku cintai menjadi dirinya sendiri.
Sebebas-bebasnya. Dalam artian dia bisa nyaman dengan dirinya sendiri, disaat
aku disisinya atau pun tidak. Aku ingin menanamkan sebuah “keintiman” hubungan
dengan rasa TRUST yang besar. Saling percaya dan tau peran masing-masing.
Karena dengan menikah, kita harus punya tujuan yang sama. Dan
karena kita sudah saling tau tujuan kita sama, aku bebaskan dia menjaga trust itu dengan caranya. Begitu juga denganku. Karena pasti banyak perbedaan cara,
pandangan, dan prinsip. Tapi selama kita punya tujuan yang sama, kita pasti
selalu berusaha menyatukan jalan agar bisa tercapai.
Meski detik ini masih terasa terjal dan melelahkan, masih terlihat buram, aku
yakin akan datang momentum untuk kita bangkit lagi. Dan setelah momen kebangkitan itu datang, semua akan terlihat lebih jelas lagi, semua akan membaik. Karena memang begitulah
perputaran hidup. Jadi jalani saja saat ini, hadapi saja yang terjadi. Selesaikan menit demi menit peran kita. And then do the next right thing.
Kerjakan saja tugas kita sebagai apa saat ini, seorang ibu, seorang istri, seorang anak dan menantu, seorang pekerja, seorang sahabat, seorang yang dapat bermanfaat untuk seorang lain. Aku tau saat ini terasa berat, tapi aku juga yakin ini akan terlewati. Bertahanlah.. karena bisa saja harapan orang lain bisa hidup kembali hanya dengan melihatmu bertahan.
Kerjakan saja tugas kita sebagai apa saat ini, seorang ibu, seorang istri, seorang anak dan menantu, seorang pekerja, seorang sahabat, seorang yang dapat bermanfaat untuk seorang lain. Aku tau saat ini terasa berat, tapi aku juga yakin ini akan terlewati. Bertahanlah.. karena bisa saja harapan orang lain bisa hidup kembali hanya dengan melihatmu bertahan.
"Love doesn't consist of gazing at each other. It consists in looking together in the same direction."
Antoine de Saint-Exupery
Love,
Chely