Sabtu, 24 Agustus 2019

SUDUT PANDANG





Masa kecilku nggak lepas dari dengerin radio setiap hari. Ibuku sih yang hobi banget nyetel radio kenceng, dari dengerin lagu all genre sampe ceramah-ceramah. Mulai lagu dangdut, keroncong, pop, rock, lagu indonesia-mancanegara, lagu lawas-terbaru. Makanya aku punya ingatan bagus soal lirik lagu yang bahkan bukan era-ku. Ceramah pun gitu, segala ustadz mulai dari (alm) Zainudin MZ, Aa’ Gym, dan banyak banget yang aku hafal suaranya tapi lupa namanya.


Se-Indonesia Raya pasti kenal Aa’ Gym kan? Duuh palagi buibu pasti tau semua lah. Dari jamanku kecil udah terkenal banget beliau mah. Tutur katanya halus, ceramahnya adem, suaranya khas banget sampe ada banyak yang parodiin karakter beliau. Dari yang awalnya sangat mengidolakan, jadi sangat membenci karena ikut sakit hati denger kabar beliau nikah lagi (nuhun atuh a’.. eh pak.. kaya ga pantes kalo saya yang panggil aa’).


Tapi disini aku nggak bermaksud untuk menyinggung atau menjelekkan beliau ya.. Ada banyak hikmah yang bisa aku ambil dari sudut pandang pribadiku tentang beliau. Sekali lagi ini pandangan pribadi, jadi nilainya subyektif.


Jadi sejak gemparnya berita istri beliau menggugat cerai, infotainmen pun ikut gencar memberitakan beliau menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih muda dari istri pertamanya. Sejak saat itu banyak banget yang menghujat dan membenci beliau. Aku pribadi pun yang kayaknya masih SMP ada rasa ilfeel dengan beliau, dan terbukti pamor seorang aa’ gym turun drastis, terjun bebas dari titik tertinggi ke dasar paling bawah.


Seingatku berita ini adalah berita tentang pertama kalinya seorang ustadz Indonesia berpoligami. Jadi hebohnya pun berlangsung lama pula. Netijen selalu menghubung-hubungkan para pria yang beristri lebih dari satu dengan aa’ gym. Seakan beliau menjadi maskot para pria yang berpoligami. Semua salah Aa’ Gym pokoknya.


Beliau sempat menghilang dari peredaran. Nggak aku temuin lagi beliau mengisi ceramah di TV maupun radio. Dalam waktu yang cukup lama sekali, sampai muncul ustadz-ustadz baru. Sampai zaman sudah berubah. Internet semakin berkembang, begitu juga informasi. Berita tentang poligami mulai sering terdengar. Mulai dari tokoh politik, tokoh agama, selebriti, sampe orang biasa juga ada yang berpoligami bahkan sampai punya 4 istri secara sukarela alias terang-terangan dan hidup rukun. Toleransi semakin tinggi. Tingkat nggumunannya berkurang.


Aa’ gym mulai muncul lagi mengisi ceramah di radio, pasti langsung diganti salurannya sama ibuku. Nyari kuliah subuh di TV nemunya Aa’ Gym, langsung diganti channel lain sama ibuku. “Halah ngomong opo.. ”, Itu aksi reaksi say-no-to-Aa’ dari ibuku. Rasa sakit hati nya masih nyangkut padahal bukan jadi istri pertamanya beneran. Hehehe.


Sampe aku menikah dan punya Zac, aku sering juga nyari-nyari ceramah di TV. Dari Mamah dedeh, Ustadz Maulana, Ustadz Anwar Zahid, Ustadz Somad, Ustadz Wijayanto.. sampe suatu ketika aku lagi asik beberes rumah, TV menayangkan ceramah Aa’ Gym dan aku nggak sempet ganti channel karena lagi nanggung aja beberesnya.


Awalnya nggak berniat dengerin beliau dengan seksama, masih ada rasa menyepelekan sosok Aa’ Gym karena sejarah singkat beliau dimasa lalu. Tapi lama-kelamaan ceramah beliau menarik perhatianku buat dengerin. Beliau masih tetap Aa’ Gym yang dulu, dengan suara khasnya, bahasanya yang lembut, konten ceramahnya yang adem, becandaannya yang ringan. Kayak ada semacam air yang membasuh sukma dengan lembut. Eaeaea~


Kayak tersadar kalo nggak banyak ustadz yang kayak beliau apalagi dijaman sekarang. Punya karakter guru yang sesungguhnya. Yang selalu rendah hati dalam setiap ucapannya, mengajak kebaikan dengan tidak menggurui, tidak pernah mengadu domba pun mengompori pihak satu dengan lainnya tanda kutip politik, pokoknya dengerin beliau tuh adeem aja. Saat itu juga penilaianku berubah lagi tentang beliau.  Aku mulai ngikutin lagi ceramah-ceramah beliau. Bahkan ada rasa pengen bangeet minta maaf karena pernah secara tidak langsung menghakimi beliau.


Butuh waktu bertahun-tahun loh untuk bisa menyadari bahwa seseorang (dalam hal ini Aa’ Gym) yang notabene nya adalah orang baik, tidak harus mempunyai prinsip yang sama dengan aku untuk menjadi baik. Seperti misalnya berpoligami menurut sisi sosial (dan dari sisiku yang nggak pro poligami) adalah bukan sebuah hal yang cukup baik bagi banyak orang (meskipun “diperbolehkan” dalam islam), bukan berarti seseorang itu adalah orang yang tidak baik, yang harus aku benci dari kepala sampe kaki hanya karena perbedaan prinsip dan nilai-nilai hidup. Karena toh nggak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti berbeda. Dari agama, suku, ras, warna kulit, rupa, ukuran, karakter, prinsip dan banyak banget kalo mau dijabarin.


Dari sini udah dapet poinnya? Poinnya yaitu “Ojo Gumunan” (Jangan kagetan/jangan gampang heran). Ketika ngeliat sesuatu yang mungkin nggak pada umumnya atau nggak sesuai nilai-nilai yang kita pegang, selama nggak merugikan kita yaudah lewat aja. Jangan dibesar-besarkan. Boro-boro merasa dirugikan, kenal aja enggak. Fokus aja sama apa yang bermanfaat sama diri kita, yang nggak bermanfaat buang. As simple as that.


Ketika ada orang yang kita kenal baik, terus kita pada suatu waktu kita tau keburukannya yaudah sih ambil pelajaran aja dari situ. Kata anak jaman now : kita semua sama, hanya berbeda dalam memilih jalan dosa. ada benernya tuh. Hidup ini kan selalu ada pilihan, benar atau salah pilihan kita hanya Tuhan yang berhak menghakimi. Nggak perlu memperburuk keadaan dengan mengecilkan orang tersebut. Jangan sampe ada sedikitpun merasa lebih baik dari orang lain. Jangan merasa tinggi dengan menjatuhkan orang lain. Cross my heart.


Menasehati orang itu nggak semudah bibir bergerak menyinya menyinyi. Belum tentu masuk pendengaran malah bisa-bisa masuk ke hati. Niat baik dengan cara yang kurang tepat dalam segi bahasa maupun sikap sehingga kurang bisa diterima jadinya percuma juga. Bahkan belum tentu loh seorang yang tinggi pendidikannya bisa diterima nasehatnya. Apalagi aku yang hanya remahan peyek ini.


Nah dari Aa’ Gym ini aku sadar, kadang kita juga nggak bisa mengendalikan hati orang untuk mengerti kita sepenuhnya, jadi sebagai korban kegumunan orang-orang pun kita nggak usah nggumun. Memang orang diciptakan berbeda. Jadi nggak usah berharap apa yang kita lakukan bahkan bisa diterima semua orang. Dan kita nggak perlu juga mengikuti ekspektasi orang tentang diri kita. Segala tindakan kita harus ada alasan dan tanggungjawab biar nggak gampang goyah karena takut dengan pandangan orang lain. Memang pasti ada rasa menyakitkan ketika kita mendapat penolakan, hujatan, dari orang lain, apalagi dari orang yang kenal baik dengan kita. Tapi lebih baik adalah dengan menjadi diri kita sendiri, because we can't please anyone.


Aa’ Gym pasti punya alasan tersendiri yang kita juga nggak perlu cari tahu kenapa beliau menikah lagi tetapi ingin tetap mempertahankan istri pertamanya. Dan alhamdulillah sejauh yang aku tau beliau masih bertahan dengan 2 istrinya sampe sekarang. Itu membuktikan kalo beliau bisa mempertanggungjawabkan tindakannya meski harus melalui masa-masa sulit. Dan buktinya aku bisa luluh lagi dengan ceramah-ceramah beliau yang apa adanya. Karakter asli seorang Aa’ Gymnastiar.


Beliau nggak pernah bikin konferensi pers tentang rumah tangganya, nggak pernah membela diri dengan menjelaskan ke publik, nggak pernah terdengar beliau membahas dirinya sendiri demi menggiring opini bahwa apa yang dilakukannya bukan kesalahan. Beliau hanya terus menjadi dirinya sendiri seutuhnya. Mungkn masih ada banyak yang nggak suka dan masih menggunakan embel-embel poligami, but, the world isn’t over yet. Beliau tetap berjalan dijalur yang benar hingga sekarang. Tetap menebar kebaikan dengan dakwahnya. Long live Aa' Gym. May God bless you.


Ide tulisan ini udah ada di notes sejak sekitar tahun lalu dan baru aku tuangin sekarang, judulnya Aa’ Gym.  Kebetulan agak relate dengan kondisiku sekarang yang lagi dapet gelitikan-gelitikan. Hehehee. Kemarin pas lagi hot-hotnya pengen nulis sambil bersungut-sungut tapi lagi nggak sempet, ada hikmahnya sih aku jadi lebih adem nulisnya sekarang ini. Udah ilang emosinya hehehehehe..

aa’.. ooh aa’.. alhamdu?lillah..
Eh salah jargon.


Love,

Chely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hi ^^ Thank you for reading.. and your comment means a lot to me!
if you need a quick response please poke me on my Instagram @chelychelo :)