Masa kecilku nggak lepas dari dengerin radio setiap hari. Ibuku
sih yang hobi banget nyetel radio kenceng, dari dengerin lagu all genre sampe
ceramah-ceramah. Mulai lagu dangdut, keroncong, pop, rock, lagu
indonesia-mancanegara, lagu lawas-terbaru. Makanya aku punya ingatan bagus soal
lirik lagu yang bahkan bukan era-ku. Ceramah pun gitu, segala ustadz mulai dari
(alm) Zainudin MZ, Aa’ Gym, dan banyak banget yang aku hafal suaranya tapi lupa
namanya.
Se-Indonesia Raya pasti kenal Aa’ Gym kan? Duuh palagi buibu
pasti tau semua lah. Dari jamanku kecil udah terkenal banget beliau mah. Tutur katanya
halus, ceramahnya adem, suaranya khas banget sampe ada banyak yang parodiin
karakter beliau. Dari yang awalnya sangat mengidolakan, jadi sangat membenci
karena ikut sakit hati denger kabar beliau nikah lagi (nuhun atuh a’.. eh pak..
kaya ga pantes kalo saya yang panggil aa’).
Tapi disini aku nggak bermaksud untuk menyinggung atau
menjelekkan beliau ya.. Ada banyak hikmah yang bisa aku ambil dari sudut
pandang pribadiku tentang beliau. Sekali lagi ini pandangan pribadi, jadi
nilainya subyektif.
Jadi sejak gemparnya berita istri beliau menggugat cerai,
infotainmen pun ikut gencar memberitakan beliau menikah lagi dengan seorang
wanita yang lebih muda dari istri pertamanya. Sejak saat itu banyak banget yang
menghujat dan membenci beliau. Aku pribadi pun yang kayaknya masih SMP ada rasa
ilfeel dengan beliau, dan terbukti pamor seorang aa’ gym turun drastis, terjun
bebas dari titik tertinggi ke dasar paling bawah.
Seingatku berita ini adalah berita tentang pertama kalinya
seorang ustadz Indonesia berpoligami. Jadi hebohnya pun berlangsung lama pula. Netijen
selalu menghubung-hubungkan para pria yang beristri lebih dari satu dengan aa’
gym. Seakan beliau menjadi maskot para pria yang berpoligami. Semua salah Aa’
Gym pokoknya.
Beliau sempat menghilang dari peredaran. Nggak aku temuin
lagi beliau mengisi ceramah di TV maupun radio. Dalam waktu yang cukup lama
sekali, sampai muncul ustadz-ustadz baru. Sampai zaman sudah berubah. Internet semakin
berkembang, begitu juga informasi. Berita tentang poligami mulai sering
terdengar. Mulai dari tokoh politik, tokoh agama, selebriti, sampe orang biasa
juga ada yang berpoligami bahkan sampai punya 4 istri secara sukarela alias
terang-terangan dan hidup rukun. Toleransi semakin tinggi. Tingkat nggumunannya
berkurang.
Aa’ gym mulai muncul lagi mengisi ceramah di radio, pasti
langsung diganti salurannya sama ibuku. Nyari kuliah subuh di TV nemunya Aa’
Gym, langsung diganti channel lain sama ibuku. “Halah ngomong opo.. ”, Itu aksi
reaksi say-no-to-Aa’ dari ibuku. Rasa sakit hati nya masih nyangkut padahal
bukan jadi istri pertamanya beneran. Hehehe.
Sampe aku menikah dan punya Zac, aku sering juga nyari-nyari
ceramah di TV. Dari Mamah dedeh, Ustadz Maulana, Ustadz Anwar Zahid, Ustadz
Somad, Ustadz Wijayanto.. sampe suatu ketika aku lagi asik beberes rumah, TV
menayangkan ceramah Aa’ Gym dan aku nggak sempet ganti channel karena lagi
nanggung aja beberesnya.
Awalnya nggak berniat dengerin beliau dengan seksama, masih
ada rasa menyepelekan sosok Aa’ Gym karena sejarah singkat beliau dimasa lalu. Tapi
lama-kelamaan ceramah beliau menarik perhatianku buat dengerin. Beliau masih tetap Aa’ Gym yang
dulu, dengan suara khasnya, bahasanya yang lembut, konten ceramahnya yang adem,
becandaannya yang ringan. Kayak ada semacam air yang membasuh sukma dengan
lembut. Eaeaea~
Kayak tersadar kalo nggak banyak ustadz yang kayak beliau
apalagi dijaman sekarang. Punya karakter guru yang sesungguhnya. Yang selalu
rendah hati dalam setiap ucapannya, mengajak kebaikan dengan tidak menggurui,
tidak pernah mengadu domba pun mengompori pihak satu dengan lainnya tanda kutip
politik, pokoknya dengerin beliau tuh adeem aja. Saat itu juga penilaianku
berubah lagi tentang beliau. Aku mulai
ngikutin lagi ceramah-ceramah beliau. Bahkan ada rasa pengen bangeet minta maaf
karena pernah secara tidak langsung menghakimi beliau.
Butuh waktu bertahun-tahun loh untuk bisa menyadari bahwa
seseorang (dalam hal ini Aa’ Gym) yang notabene nya adalah orang baik, tidak
harus mempunyai prinsip yang sama dengan aku untuk menjadi baik. Seperti misalnya
berpoligami menurut sisi sosial (dan dari sisiku yang nggak pro poligami) adalah bukan sebuah hal yang cukup baik bagi
banyak orang (meskipun “diperbolehkan” dalam islam), bukan berarti seseorang
itu adalah orang yang tidak baik, yang harus aku benci dari kepala sampe kaki
hanya karena perbedaan prinsip dan nilai-nilai hidup. Karena toh nggak ada
manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti berbeda. Dari agama, suku, ras,
warna kulit, rupa, ukuran, karakter, prinsip dan banyak banget kalo mau
dijabarin.
Dari sini udah dapet poinnya? Poinnya yaitu “Ojo Gumunan”
(Jangan kagetan/jangan gampang heran). Ketika ngeliat sesuatu yang mungkin
nggak pada umumnya atau nggak sesuai nilai-nilai yang kita pegang, selama nggak merugikan
kita yaudah lewat aja. Jangan dibesar-besarkan. Boro-boro merasa dirugikan,
kenal aja enggak. Fokus aja sama apa yang bermanfaat sama diri kita, yang nggak
bermanfaat buang. As simple as that.
Ketika ada orang yang kita kenal baik, terus kita pada suatu waktu kita tau keburukannya yaudah sih ambil pelajaran aja dari situ. Kata anak
jaman now : kita semua sama, hanya berbeda dalam memilih jalan dosa. ada benernya tuh. Hidup ini kan selalu ada pilihan, benar atau salah pilihan kita hanya Tuhan yang berhak menghakimi. Nggak perlu memperburuk
keadaan dengan mengecilkan orang tersebut. Jangan sampe ada sedikitpun merasa
lebih baik dari orang lain. Jangan merasa tinggi dengan menjatuhkan orang lain.
Cross my heart.
Menasehati orang itu nggak semudah bibir bergerak menyinya
menyinyi. Belum tentu masuk pendengaran malah bisa-bisa masuk ke hati. Niat baik
dengan cara yang kurang tepat dalam segi bahasa maupun sikap sehingga kurang bisa
diterima jadinya percuma juga. Bahkan belum tentu loh seorang yang tinggi
pendidikannya bisa diterima nasehatnya. Apalagi aku yang hanya remahan peyek
ini.
Nah dari Aa’ Gym ini aku sadar, kadang kita juga nggak bisa
mengendalikan hati orang untuk mengerti kita sepenuhnya, jadi sebagai korban
kegumunan orang-orang pun kita nggak usah nggumun. Memang orang diciptakan
berbeda. Jadi nggak usah berharap apa yang kita lakukan bahkan bisa diterima
semua orang. Dan kita nggak perlu juga mengikuti ekspektasi orang tentang diri
kita. Segala tindakan kita harus ada alasan dan tanggungjawab biar nggak
gampang goyah karena takut dengan pandangan orang lain. Memang pasti ada rasa menyakitkan ketika kita mendapat penolakan, hujatan, dari orang lain, apalagi dari orang yang kenal baik dengan kita. Tapi lebih baik adalah dengan menjadi diri kita sendiri, because we can't please anyone.
Aa’ Gym pasti punya alasan tersendiri yang kita juga nggak
perlu cari tahu kenapa beliau menikah lagi tetapi ingin tetap mempertahankan istri
pertamanya. Dan alhamdulillah sejauh yang aku tau beliau masih bertahan dengan
2 istrinya sampe sekarang. Itu membuktikan kalo beliau bisa mempertanggungjawabkan
tindakannya meski harus melalui masa-masa sulit. Dan buktinya aku bisa luluh
lagi dengan ceramah-ceramah beliau yang apa adanya. Karakter asli seorang Aa’
Gymnastiar.
Beliau nggak pernah bikin konferensi pers tentang rumah
tangganya, nggak pernah membela diri dengan menjelaskan ke publik, nggak pernah
terdengar beliau membahas dirinya sendiri demi menggiring opini bahwa apa yang
dilakukannya bukan kesalahan. Beliau hanya terus menjadi dirinya sendiri
seutuhnya. Mungkn masih ada banyak yang nggak suka dan masih menggunakan
embel-embel poligami, but, the world isn’t over yet. Beliau tetap berjalan
dijalur yang benar hingga sekarang. Tetap menebar kebaikan dengan dakwahnya. Long live Aa' Gym. May God bless you.
Ide tulisan ini udah ada di notes sejak sekitar tahun lalu
dan baru aku tuangin sekarang, judulnya Aa’ Gym. Kebetulan agak relate dengan kondisiku
sekarang yang lagi dapet gelitikan-gelitikan. Hehehee. Kemarin pas lagi
hot-hotnya pengen nulis sambil bersungut-sungut tapi lagi nggak sempet, ada
hikmahnya sih aku jadi lebih adem nulisnya sekarang ini. Udah ilang emosinya
hehehehehe..
aa’.. ooh aa’.. alhamdu?lillah..
Eh salah jargon.
Love,
Chely
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hi ^^ Thank you for reading.. and your comment means a lot to me!
if you need a quick response please poke me on my Instagram @chelychelo :)