Selasa, 30 Juni 2020

5TH YEARS MARRIAGE



Bulan Agustus nanti pernikahanku berusia 5 tahun. Aku nggak pengen bilang “nggak berasa ya..”, karena semua prosesnya terasa buatku. Proses tahun pertama, kedua, dan seterusnya pernah aku tulis singkat sebelumnya.


Meski tahun ini baru berjalan setengahnya, rumah tangga kami banyak disibukkan dengan hal-hal yang cukup berat. Bukan tidak bersyukur, tapi aku rasa setiap orang juga mengalami hal-hal buruk dengan pasangan jika mau jujur, pernikahan nggak hanya diisi dengan hal-hal manis imajinasi dari manten anyar. aku anggap saja begitu untuk selalu eling kalo diatas langit masih ada langit, sebaliknya juga banyak yang lebih menderita dari diri kita. Tentu saja dengan begitu aku bisa lebih mengingat lebih banyak hal-hal yang bisa disyukuri.


Itu pula yang awalnya membuat masing-masing sibuk dengan diri sendiri dan tidak menyadari jarak yang semakin menjauhkan kami. Aku menyadari, beberapa kali mencoba untuk mengkomunikasikan, tidak selalu mulus. Tapi bukan Chely jika membiarkan berlarut-larut hal yang aku tau akan menjadi buruk, jadi aku coba terus buat ngobrolin sama Yoki dibeberapa kesempatan. I always try to fix every lil things.


Terakhir semalam, kami terpancing karena hal kecil. Hal sepele. Begitulah sebuah rumah tangga, penuh dengan hal-hal kecil yang bermasalah. Aku tau jalan pikiran YK, aku tau bagaimana cara menggiring agar dia mengerti inti permasalahan, aku tau cara mengajaknya berkompromi tentang solusi. Aku tau. YK pun sebenernya tau apa yang terbaik, tau apa yang harus diprioritaskan, tau apa yang aku maksud, dia tau.


Yang aku sudah tau dan selalu saja tak bisa tahan adalah saat dia menginterupsi setiap aku bicara, saat dia mendebatku dengan kata tanpa data hanya untuk memenangkan pembenaran, saat dia melakukan itu semua dengan bahasa tubuh “aku sedang tidak mencintaimu”. Hal-hal itu yang membuatku merasa berjalan sendirian.


Sedangkan aku, disaat seburuk apapun, berusaha berkata dengan bahasa dan sikap terbaik, berusaha melihat dirinya dengan pandangan terbaik, berusaha mengontrol intonasi suara, berusaha selalu mengingat bahwa dia orang yang membuatku mau bilang “Yes I do”. 


Sampai di titik terlelahku mengartikan dan mengertikan YK, aku hanya diam dan memandanginya. Kebetulan semalem aku juga lagi nggak fit. Seluruh badanku sakit, dan beberapa hari kurang tidur. Aku nggak ada tenaga lebih untuk berperan lebih dari perasaanku yang sebenernya. Jadi aku cuma bisa nangis. Dia terdiam.


Beberapa saat kemudian setelah lega, aku diam memandangi wajahnya. Menunggu cukup lama karena tidak ingin mendominasi. Dia minta maaf. Aku bilang nggak perlu minta maaf ketika kamu tidak merasa bersalah. Karena memang aku butuh diskusi yang membuat kami bisa benar-benar memahami keadaan dan saling berkompromi. Bukan minta maaf hanya untuk men-skip permasalahan. Lalu YK mengakui, cara dia menanggapi komunikasi kurang baik. Oke. Itu cukup untuk saat ini. Menyadari dan mengakui apa yang salah dari diri itu butuh keberanian, dan aku hargai itu.


Tapi aku menarik garis sejarah kami. Iya memang awal kenal YK dulu dia orang yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, iya dulu dia orang yang sangat keras kepala dan cenderung angkuh. Tapi aku sadar, YK sadar, kami sadar, aku bisa melengkapinya disitu. Aku bisa membuatnya menyadari kekurangannya, aku bisa membantunya dalam menganalisa sebuah masalah dengan pikiran yang lebih terbuka. Sebaliknya YK juga punya kelebihan dalam hal mendengar dan berempati, dia membuatku merasa benar-benar didengarkan dan dimengerti disaat aku masih seseorang yang sangat tertutup dan terlalu keras dengan diriku sendiri.


Aku bisa memproyeksikan masa depan, seharusnya YK bisa jadi orang yang lebih bisa berkomunikasi dengan cara yang baik. Seharusnya aku bisa nggak merasa sendirian lagi menghadapi hal-hal.  Kami bisa saling bertumbuh seiring berjalannya waktu. And here we are, aku sudah semakin menjadi orang yang terbuka dari sebelumnya, YK yang aku yakin juga sekarang lebih bisa berkomunikasi dengan baik ke siapapun. Harusnya hal seperti semalam tidak harus terjadi lagi.


Selamanya terlalu lama untuk tidak kita perbaiki mulai dari hal-hal kecil. I mean, pernikahan itu adalah komitmen untuk bisa menjalani hidup bersama selama-lamanya bukan? Di tahun ke-5 ini aku belajar sesuatu, bahwa komunikasi yang sudah saling kita pelajari dengan baik dengan pasangan bisa memburuk karena suatu kelengahan. Kelengahan bisa terjadi ketika kita menganggap enteng suatu hal, yang dalam hal ini adalah pasangan kita.

Baca : Perdebatan Rumah Tangga


Biasanya ini terjadi setelah tahun-tahun awal terlewati. Ketika kita sudah merasa pasangan kita mengerti kita. Aku orang yang membebaskan pasanganku. Aku suka melihat seseorang yang aku cintai menjadi dirinya sendiri. Sebebas-bebasnya. Dalam artian dia bisa nyaman dengan dirinya sendiri, disaat aku disisinya atau pun tidak. Aku ingin menanamkan sebuah “keintiman” hubungan dengan rasa TRUST yang besar. Saling percaya dan tau peran masing-masing.


Karena dengan menikah, kita harus punya tujuan yang sama. Dan karena kita sudah saling tau tujuan kita sama, aku bebaskan dia menjaga trust itu dengan caranya. Begitu juga denganku. Karena pasti banyak perbedaan cara, pandangan, dan prinsip. Tapi selama kita punya tujuan yang sama, kita pasti selalu berusaha menyatukan jalan agar bisa tercapai.


Meski detik ini masih terasa terjal dan melelahkan, masih terlihat buram, aku yakin akan datang momentum untuk kita bangkit lagi. Dan setelah momen kebangkitan itu datang, semua akan terlihat lebih jelas lagi, semua akan membaik. Karena memang begitulah perputaran hidup. Jadi jalani saja saat ini, hadapi saja yang terjadi. Selesaikan menit demi menit peran kita. And then do the next right thing.


Kerjakan saja tugas kita sebagai apa saat ini, seorang ibu, seorang istri, seorang anak dan menantu, seorang pekerja, seorang sahabat, seorang yang dapat bermanfaat untuk seorang lain. Aku tau saat ini terasa berat, tapi aku juga yakin ini akan terlewati. Bertahanlah.. karena bisa saja harapan orang lain bisa hidup kembali hanya dengan melihatmu bertahan.



"Love doesn't consist of gazing at each other. It consists in looking together in the same direction."
Antoine de Saint-Exupery 

Love,

Chely



Rabu, 24 Juni 2020

Untuk dibaca Zac, Suatu Saat Nanti (1)



Zac, anakku sayang.. Pertama-tama mama mau minta maaf pagi ini harus seperti ini. I’ve tried my best but I know you deserve more..
Tenggorokanku masih tercekat, menahan kemarahan, kesedihan, kehancuran hati. Setiap melihat kamu seakan membenciku, melihat kamu berteriak nggak sayang sama aku. Aku tau kamu hanya marah, aku tau kamu nggak berniat menjudge, aku tau kamu tau apa kesalahanmu, aku tau kamu tau apa kesalahanku.


Ada rasa lega kamu bisa tumbuh jadi anak yang merasa aman mengutarakan perasaanmu sejujurnya. Hal yang sedari kecil aku pengen menjadi adalah jadi anak seperti kamu sekarang ini. Meski sering terasa sakit dalam hati ketika kamu bilang nggak sayang mama. Tapi aku tau, mama tau, Zac sayang sekali sama aku. Iya kan?


Dulu saat kecil, aku nggak pernah membenci Bapak dan Ibuk. Sampe saat ini pun aku dewasa, aku nggak pernah nggak sayang mereka. Meski beberapa hal yang pernah dilakukan membuatku marah, tapi aku nggak pernah bilang aku nggak sayang mereka. Seingatku, aku sudah mengerti bahwa kata-kata seperti itu akan membuat mereka sedih. Jadi diriku kecil, sampe diriku sedewasa ini dan menjadi seorang Ibu, aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu ke mereka. If I can tell you what kind of our parent-child is : never express love, no bonding, never apologize, one-way communication: parents must be heard-children must listen.


Saat punya kamu, aku belajar dengan menggali diriku lebih dalam. Apa yang sebaiknya aku lakukan dan tidak. Banyak sekali hal terungkit kembali. Memori masa kecil yang tidak nyaman untuk dikenang. Aku tau itu sudah berlalu. Aku nggak pernah minta masa lalu itu ditebus sama sekali pun. Tapi rasa nggak nyaman ini bener-bener nyata. Ketika aku nggak ingin mengulang yang bagiku sebuah kesalahan orang tua di masa lalu, dalam hati rasanya tercekat. Ada yang mencekikku, masa laluku itu sendiri.


Aku rasa semua orang tua juga punya perasaan yang sama. Aku rasa kita semua belajar menjadi orang tua dengan menggali perasaan masa kecil kita. Apa yang dulu kita rasa nggak ingin diperlakukan, nggak akan kita lakukan ke anak. Sedangkan apa yang kita rasa sudah benar ditanamkan ketika kita kecil, kita tanamkan pula dengan lebih baik ke anak. Semua harapan kita punya dasar yang sama, ingin memberikan lebih baik dari yang pernah kita dapatkan dulu. Dan menginginkan anak kita lebih baik dari diri kita.


Diriku yang dewasa bilang, “ayo chel, belajar. Jangan mengeluarkan kata-kata kasar ya. Jangan pukul ya. Jangan cubit. Jangan sakitin Zac”. Lalu kamu nggak koperatif, kamu melawanku. Kamu berteriak, kamu membanting barang, kamu memukul mama didepan orang lain. Seakan kamu ngerasa akan ada yang membela, seakan kamu ngerasa aku akan sungkan untuk marah didepan orang lain. Nggak sakit sama sekali secara fisik. Tapi dalam hatiku kayak ada ingatan-ingatan rasa sakit yang sangat nyata, when they yell at me, hit me, pinch me, hurt me physically and verbally.


Dalam hatiku pengen memproyeksikan gambaran tentang ingatan akan kejadian-kejadian yang terungkit dan menimbulkan rasa nggak nyaman itu agar kamu tau, lihat, dan mengerti, bahwa aku pernah mendapat perlakuan tidak baik lho saat jadi kamu, dan aku sekarang nggak melakukan hal yang sama lho. Nihh, I gave you my best. I am the best mother for you. You should be a nice boy. Because I am a nice girl even I used to not get the best from my parents.


Aku nggak akan terlalu dengerin kata orang Zac, itu yang bikin aku bisa kuat, bertahan, dan bangkit lagi. Karena nggak banyak orang yang bener-bener bisa mengerti kita, merasa empati terhadap apa yang kita lalui dan hadapi, lebih banyak orang hanya bisa menilai dari sudut pandang mereka. Dan mengucapkan kata-kata mutiara yang membuatku muak. Tapi aku akan mendengarkanmu. Aku akan memberi penjelasan sampai tuntas. Aku akan siap berdebat, berdiskusi apapun denganmu, sampai kapanpun.


Aku nggak peduli orang berkomentar tentang aku Ibu macam apa. Aku nggak peduli mereka menilai aku terlalu sabar, atau terlalu jahat, atau terlalu idealis. Aku bukanlah bagaimana mereka menilaiku. Aku adalah diriku dengan segala yang telah aku alami dan hadapi. And I am is how I wanna be. Nggak akan ada yang benar-benar paham menjadi aku. Dan kalopun mereka mengalami dan merasakan apa yang aku rasakan, belum tentu mereka bisa lebih baik dari diriku saat ini. See? Kita sama kan Zac. Kita orang yang gigih dan teguh pendirian.


Terlalu lelah untuk mendengar semua hal yang dikatakan orang, baik maupun buruk. Bahkan ahli parenting sekalipun belum tentu bisa tau apa yang terbaik untuk anak orang lain. Inilah aku seorang Ibu yang juga bekerja. Yang punya banyak kekurangan, banyak sekali, predikat Ibu terbaik rasanya terlalu jauh dan nggak akan bisa pantas disematkan untukku. Aku yang selalu menangis setelah marah sama kamu, aku yang selalu hancur setelah menyakitimu, aku yang selalu bangkit lagi untuk menghadapimu dan diriku. Aku yang selalu, selalu, dan selalu mencintaimu. With my deepest heart.


Aku, orang tuamu, mamamu, aku satu-satunya yang berharap segala hal terbaik untukmu. Aku melakukan kesalahan, banyak sekali kesalahan yang nggak akan aku carikan pembenarannya, tapi aku akan terus belajar untukmu, untuk memperbaiki hal-hal, untuk menjadi dan memberi yang terbaik. Maaf, nggak bosannya aku minta maaf atas kesalahanku. Aku yakin kamu tau, kamu ngerti, perasaanku, maksud dan tujuanku. Aku yang sering nggak ngerti bahasa kamu, nggak melihat kondisi dari kacamatamu, nggak mengerti hal dibalik emosimu. Bantu aku, bantu mama ya Zac untuk bisa selalu mengerti kamu.



I love you, Zac


Chely

Selasa, 23 Juni 2020

"WHAT TO DO" LIST OF MINE (JUNE 2020)



Awal tahun kemarin nggak bikin resolusi tahunan karena pusing banget disamperin masalah bertubi-tubi. Fokus dulu nyelesaiin satu-satu dan self-defense biar tetep waras. Alhamdulillah udah mulai bisa menata hati dan hidup meski udah kehilangan banyak hal. Mulai bisa bangun pagi dengan hati yang lebih tenang lagi. Mulai hidup dari awal lagi.


Banyak kebiasaan yang mulai berubah. Ditambah sekarang udah new normal. Bener-bener bisa menjiwai istilah New Normal. Dan mulai notice hal-hal yang berantakan, jadi mau nata lagi biar bisa balik ke track seharusnya. Nggak apa-apa mulai dari awal, semoga masih dikasih waktu sama Allah buat menjalankan tugasku di dunia.

Kok jadi agak serius ya intronya.. hehehe.

Agak deg-deg an bikin list resolusi. Bangun dari jatuh itu emang lebih susah rasanya daripada merasa terlahir dari bawah ya? Karena kita kayak dipaksa mundur kebelakang padahal kita udah pernah jalan jauh banget ke depan. It’s ok chel.. all is well.. tenang.. fuhh..


Jadi ini hal-hal yang mau dicapai, yang mau aku lakuin mulai detik ini. As always, aku posting ini sebagai pengingatku sendiri biar lebih bertanggungjawab sama rencana yang aku buat. Nggak hanya jadi sekedar bayangan aja. And, here we go..

  • Rutin Tahajud
  • Rutin Dhuha udah kebantu banget di kerjaan kantor sekarang ini jadi sering inget nggak kelupaan. Tapi.. Apa hanya aku yang bisa bangun malem hanya untuk pipis dan tidur lagi? Cung jama’ah cung..

  • Puasa Senin-Kamis
  • Ini dulu udah kebiasaan rutin. Entah sejak kapan ya jadi ilang kebiasaannya. Pengen coba rutin lagi sembari bayar utang ramadhan kemarin dah. Tulis aja dulu sambil diusahain lagi.

  • Belajar (Arti bacaan sholat, Gitar, Make up)
  • Mitosnya Capricornus itu orangnya restless ya? Ehehe iya bener sih. Rasanya kalo ada waktu luang tuh pengennya nggak diem. Yaudah dipake upgrade diri aja. Lagi difokusin pengen belajar 3 hal ini. Why? Because i don’t see why not. Kenapa konsen ke belajar mahamin arti bacaan sholat? Biar lebih khusyu’ harapannya.. (aamiin). Kalo belajar gitar sebenernya udah dari duluuu banget belum kesampaian. Belajar make up ya biar tampilannya ke upgrade juga, berasa banget muka gini-gini aja sejak SMP (+_+) heheu

  • Financial Planning
  • Ini udah belajar dari tahun lalu. Poin-poin penting yang harus disiapkan udah tau, tinggal lebih mahamin lagi tiap instrumen yang mau dipake dan menata ulang alokasi pendapatan & pengeluaran karena kan emang mulai lagi dari minus. Ndak papa.. semangat!

  • Ajarin Zac Calistung
  • Juli ini Zac udah 4 tahun. Tahun depan waktunya sekolah TK. Udah bisa angka 1-10 in English and Bahasa. Bisa penjumlahan dan pengurangan sederhana. Huruf cuman tau Z doang masih. Pelan-pelan aja belajarnya toh sebenernya seusia Zac masih waktunya main-main. Menulis juga masih belum terlalu minat, dulu dia suka coret-coret, tapi sekarang kayak kehilangan minat jadi harus latihan motorik halusnya dulu kayaknya.

  • Ajarin Zac mandiri
  • Sejauh makan, mandi dan cebok sendiri sih. Karena kan udah mau sekolah. Nanti pasti ada kegiatan bawa bekal dan makan disekolah, pasti juga nanti harus ke toilet sesekali pas disekolah, harapannya sih bisa cebok sendiri ga perlu dibantu guru/orang lain.

  • Cari sekolah Zac
  • Ini masih belum mulai sama sekali. Orang tua udah nyuruh yang paling deket dari rumah, karena kan bakalan yang anter jemput kalo aku kerja. Tapi rasanya berat juga kalo milih sekolah hanya berdasarkan jarak terdekat. Huhu. Pengennya yang pasti cara mengajarnya bagus, pembelajarannya berkembang mengikuti jaman, harga sesuai kemampuan, jarak ga terlalu jauh. Wish me luck.


Kemarin udah posting duluan jadwal yang lebih rinci dalam satu harinya.

Aku percaya satu langkah setiap hari itu berarti, that’s why I made this list, biar tau arah langkahnya, karena namanya manusia kan sering lupa. Udah bikin gini aja pasti ada kalanya semangat surut buat mencapainya. Tapi dengan begini kita inget, kita tau, ada tujuan yang udah nungguin didepan. Jadi nggak buta arah sama sekali gitu lah. Yuk bikin juga, di notes HP boleh, di print tempel kamar juga boleh.
Semangat ya!
Tenang.. aku temenin.


Love,


Chely

Senin, 22 Juni 2020

TENTANG SELALU MENCARI DAN MENEMUKAN




Pernah denger nggak, pernyataan tentang tujuan hidup itu adalah untuk bahagia? Apa iya tujuan hidup sejatinya adalah untuk mencari bahagia? Karena dengan berjalannya waktu, semakin mencari sebuah kebahagiaan untuk hidup didunia, yang aku dapetin semakin semu. Iya. Kebahagiaan yang sementara. Yang nggak bisa dihayati dengan sebenar-benarnya hati.


Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, dan aku udah ngalamin banyak hal selama ini. Ketika aku mengingat tentang darimana kebahagiaan-kebahagiaan yang aku dapetin dalam hidup, kalau dirangkum, akan jadi 3 kata, yaitu “menerima, memberi, dan berkorban”. Yup. Rasanya, kebahagiaan berputar di 3 siklus itu. Kita nggak bisa hanya melakukan salah satu hal aja buat dapetin kebahagiaan yang sejati.


Contoh luasnya, ketika aku mendapatkan hal yang aku mau, tapi disisi lain kebahagiaanku berada diatas penderitaan orang lain. Hilanglah esensi bahagianya, hanya terasa dikecapan pertama. Sedangkan ketika aku memberikan sesuatu yang membuat orang lain bahagia, hal itu juga bisa membuatku merasa bahagia. Meski ada hal  yang harus dikorbankan sekalipun. Kalian pasti udah bisa membayangkan contohnya sesuai kejadian di pengalaman hidup masing-masing kan?


Aku orang yang restless and realistic. Nggak pernah berhenti memikirkan, mempertanyakan, melakukan hal-hal nyata. Aku nggak suka banyak-banyak berkhayal, melamunkan imajinasi terlalu jauh. Berdo’a pun aku lebih banyak dengan sikap nyata. I mean, aku jarang banget merapal banyak do’a dengan kata-kata, “Tuhan, aku ingin bisa ini, aku mau dapet itu..”.


Mungkin setiap orang punya cara berbeda dalam berkomunikasi dengan Tuhan dan itu sah-sah aja. Aku lebih condong ke bercerita secara personal, ngobrol sama Tuhan. Terimakasih kepada Tuhan atas segala yang diberikan, memuji kebesaran-Nya, memohon ampun atas segala khilafku, mohon penjagaan untuk orang-orang tersayang dan yang paling sering ya minta petunjuk atas hal-hal yang nggak aku ketahui.


Aku orang yang nggak gampang manut hanya dengan sebuah kata-kata mutiara. Aku harus paham akan sesuatu agar bisa melaksanakannya. Nggak jarang juga butuh waktu dan proses yang panjang untuk sekedar mendapatkan jawaban dari persoalan yang dihadapi. Dan tiap prosesnya seringkali aku sering lupa sebagai manusia. Tapi akhirnya Tuhan selalu hadir, selalu ada, dan selalu dekat.


Tulisan ini sebenernya hanya tumpahan dari sebuah keresahan, jadi aku sendiri nggak tau temanya apa. Aku hanya mengetikkan tiap kata dari pikiran dan hati yang sedang ingin berbicara. Aku kayak lagi mengurai benang kusut lewat tulisan. Karena kalo hanya dipikirkan rasanya nggak bisa terurai.


Satu hal yang sedang aku rasain saat ini, aku sedang merasakan kepedulian yang sangat besar terhadap sesuatu. Kepedulian yang cenderung menjadi keinginan akan hal tersebut terwujud sesuai yang aku ingini. Dengan segala hal bertentangan yang menghadang pula. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku jarang merangkai do’a dalam kata, tapi aku melakukan segala cara, segala effort terbaik, dan segala kegagalan yang aku dapati juga.


Aku mempertanyakan pada Tuhan, apa maksud dari ini semua? Apa yang sebenarnya harus aku lakukan? Jika aku harus nggak ngelakuin apapun, kenapa hati ini terusik dengan suatu keadaan yang aku sendiri nggak tau sebagai apa harus berperan? Tapi jika aku mau ngelakuin sesuatu, kenapa banyak hal lain yang harus dikorbankan? Aku mungkin bisa saja mengorbankan diriku, tapi aku nggak akan bisa mengorbankan orang lain.


Setelah bergelut dengan kemelut, semesta memberikan satu demi satu petunjuk, waktu perlahan membisikkan jawaban. Ternyata nggak semua hal harus aku yang mengusahakan, ternyata nggak semua goals harus diraih dengan sukses. Ternyata segala hal yang terjadi disaat kita sedang berproses lah yang paling banyak pelajaran dan hikmahnya. Bisa mengambil pelajaran itu lah sebuah tujuan yang nyata dalam suatu perjalanan.


Semakin sadar bahwa aku harus bisa seimbang antara keinginan mencapai tujuan dengan kepasrahan pada Sang Pemilik, semakin kecil ambisiku untuk semata mengejar goals tersebut, semakin aku menikmati pelajaran yang bisa aku petik dari perjalanan memperjuangkannya, semakin inget kalo segalanya adalah milik Tuhan. Maka kalo kita sangat amat merindukan tujuan itu, mintalah pada Tuhan yang Maha Pemilik seisi semesta ini. Jadi sekarang ini, aku hanya mencoba menjalankan tugasku, dan menyerahkan hasilnya sesuai yang Tuhan mau.



Love,

Chely



Tentang Nenek, Sayur Sawi, dan Empat Puluh Satu Ribu



Biasanya aku nggak pengen terlalu mengangkat hal-hal bersifat agamis di tulisan blog. Karena aku hanyalah manusia biasa yang banyak khilafnya. Bukan alim ulama’ yang punya banyak ilmu dan memang sepantasnya berdakwah dengan segala keilmuannya. Hal-hal mengenai agama dan ibadah sangat bersifat privasi dan personal buatku. Aku membicarakannya dengan orang-orang tertentu aja. Tapi pengalaman kali ini pengen banget aku share ke kalian, karena banyak hikmah yang aku dapetin dari satu kejadian dan satu orang yang Tuhan kirim buat nemuin aku kemarin.


I’ll straight to the incident last night. Dalam perjalanan ke Blitar, sekitar jam 8 malem Zac bilang kebelet pipis. Jadi kami berhenti di Indomaret. Zac turun sama Abang sedangkan aku nunggu dimobil sendirian sambil dengerin musik. Dalam hati dan pikiranku sebenarnya banyak hal undescribable yang berkecamuk. Yang jelas bikin aku nggak banyak bicara selama perjalanan.


Tiba-tiba ada nenek tua yang ketuk-ketuk kaca mobil, aku kaget dan kayak bingung beberapa detik. I mean, aku kayak mikir dulu, what’s going on right now? Nenek ini seorang pengemis kah, atau modus kejahatan kah. Bener-bener nggak bisa nahan pemikiran buat self-defense ketika kita ngerasa lagi ditempat yang kita asing kan? Karena aku orangnya cukup waspada meski muka keliatan lempeng nggak yang panik gitu.


Terdengar suara samar-samar nenek itu dalam bahasa krama (jawa halus), lalu aku buka sedikit pintu mobilku. Si nenek ternyata membawa beberapa ikat sayur sawi yang masih seger, dia bilang dalam bahasa krama, “Bu ini lima ribu aja dapet 3 ikat”. Dengan hati yang lebih lega aku mencari uang didompetku yang ternyata nggak ada pecahan kecil.


Masih kebingungan antara nunggu abang keluar atau gimana, si nenek menambah beberapa ikat sawi lagi sambil bilang “ini semua sembilan ribu aja Bu, udah terakhir ini habis”. Aku antara nggak bisa nolak karena kasihan liat nenek, juga nggak terlalu bisa menjawab dengan bahasa krama, mutusin buat ngasih selembar uang lima puluh ribu dan cuman bisa bilang, “ini bu dibawa aja, sampun, dibawa aja bu”.


Nenek itu nerima uangnya dan jalan ke arah pintu masuk Indomaret sambil badannya terbungkuk, kayaknya nenek mengalami osteoporosis atau kelainan tulang yang bikin badannya nggak bisa tegak. Aku mandangin nanar dengan hati sedih, setua itu masih bekerja keras jualan sayur sampe jam 8 malem. Sempet aku fotoin dari dalem mobil nenek tua berbaju hijau itu sambil dalam hati mendoakan kebaikan buat beliau.


Aku kira nenek itu mau membeli sesuatu di indomaret. Ternyata dia mau tukerin uang lima puluh ribu itu jadi pecahan. Aku bisa nebak dari kejauhan dan disitu hatiku mencelos, aku bisa tau beliau mau kasih uang kembalian ke aku. Bener aja si nenek jalan nyamperin mobilku, dari dalem mobil aku udah beruraian air mata. Nenek ngetok-ngetok jendela lagi dan nyerahin uang empat puluh ribu setelah aku buka pintu. “sampun bu, sampun..” (sudah bu, sudah..), tapi nenek bersikeras ngasih uang itu dan aku terima sambil udah nggak bisa apa-apa rasanya selain nangis. Aku tutup pintu lagi dan makin sesenggukan.


Ngeliat nenek jalan menjauh, ternyata dia bawa sepeda tapi cuman buat dituntun. Sepedanya ada keranjang buat tempat sayur-sayur yang udah kosong saat itu. Liat nenek yang kayak nyari sesuatu di keranjangnya, terus beliau jalan kearah mobilku lagi. Aku cepet-cepet hapus air mata dan beliau buka pintu mobilku, Cuma demi ngasih uang koin seribu rupiah! Seribu perak! Sekelebat aku inget beliau tadi bilang semua sawi yang aku beliau hargai sembilan ribu rupiah. Ya Allah.. menjerit hatiku rasanya.. Allah.. Allah.. Masya Allah.. nggak tertahankan lagi rasanya banjir air mata dan makin sesenggukan..
(ToT)
(ToT)
(ToT)


Abang dan Zac bingung ketika balik mendapatiku yang nangis sesenggukan didalem mobil. Dikiranya aku habis dirampok atau kenapa karena uang kembalian dari nenek berceceran dibawah, tapi kok tiba-tiba ada sayur sawi segebok juga. Aku cerita sambil nangis kayak balita, abang nenangin sambil kusuk-kusuk kepalaku. Yaudah kita doain yang baik-baik aja buat nenek, katanya.


Lanjut perjalanan aku belum bisa langsung move on, masih campur aduk rasanya kejadian itu. Masih nangis-nangis sambil nyebutin betapa hebatnya nenek tua itu. Aku ngerasa kecil dan nggak ada apa-apanya. Dalam hati ngerasa malu banget.. banyak pelajaran yang aku dapet dari kejadian singkat tentang nenek tua, sayur sawi, dan kembalian uang empat puluh satu ribu rupiah.


Betapa dalam sepuluh menit, nenek itu udah mengajarkan sebuah kejujuran, ketabahan, kekuatan, qana’ah (merasa cukup). Beliau nggak menjual rasa kasihan orang-orang, kerja keras menjual sayur sampe jam 8 malam dengan kondisi yang berdiri tegak aja nggak bisa, dan merasa cukup dengan apa yang didapatkan. Beliau bekerja dengan niat mendapat imbalan yang sesuai dari apa yang ia kerjakan. Rasanya, ilmu nenek ini sudah menjulang ke langit, mungkin para penduduk langit pun sudah mengenal beliau.


Aku nggak akan pernah ngelupain kejadian ini, aku bersyukur bisa  berkesempatan dapetin hikmah ini. Karena aku yakin nggak ada yang kebetulan, Tuhan sudah menggariskan segalanya yang terjadi pasti terjadi. Semoga nenek selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin yaa robbal ‘alamin..



Love,

Chely


Kamis, 18 Juni 2020

PRIORITY IS A BULLSHIT



Denger kata prioritas apa yang terbesit dibenak kalian? Diutamakan? Tapi semudah itu sebuah kata “utama” turun tahta menjadi “kedua”. Ada nggak yang pernah ngerasain percaya diri ketika dibilang jadi prioritas, The One and Only, ceunahna! Tapi kenyataannya nggak selalu seperti itu ya? Upsie.


Well, yeah. Kata prioritas ketika berdiri sendiri memang artinya hal yang diutamakan. Tapi ketika diselipkan menjadi kata sifat, sangat bergantung dengan subjek dan keterangan waktunya. Jadi ketika kita bangga menjadi prioritas seseorang, don’t take it for granted. Sedetik kemudian kita bisa jadi yang kedua bahkan terakhir. Gampangnya, priority is bullshit.


Kalo mau denger penjelasan ribetnya sini, duduk dulu. Aku kasih contoh ya. Misal nih, kita pasti ingin selalu jadi prioritas pasangan. Ingin selalu di nomorsatukan. Hal yang wajar, aku sendiri pun juga. Rasanya nggak dapet kabar sehari aja kayak jadi di nomorduakan sama kesibukan, nggak sih?


Coba sini aku kasih liat lagi sebelum telunjuknya mengarah ke para suami, itu, jari tengah, manis dan kelingkingnya kemana? Iya ke kita sendiri. Aku sebagai ibu yang bekerja, kalo ditanya apa prioritasku sebagai seorang ibu, YA ANAK LAH. Pake ngegas pun. Terus kalo kerja anaknya gimana, ma? Dititipin neneknya/daycare. Ehehehe. How bullshit are we?


Jangan sedih, ibu rumah tangga yang 24/7 sama anaknya terus. Kalian kalo bapaknya anak-anak dateng langsung scrolling media sosial, nonton drakor, nyalon, sama aja kali. Me time menjadi prioritas demi kewarasan diri. Dan itu nggak dosa bun. Kita bukan lah godhong sawi. Kita manusiawi.


Nah, sampe sini ada yang benar? Ya tentu benar. Masih kurang contohnya? Misal Lee Tae Oh, bilang ke Da Kyung kalo dia dan lil Jenny adalah prioritasnya saat ini. Wuhuu mamam lah tu. Setelah bercerai pun Tae Oh nggak bisa lepas dari Ji Sun Woo alih-alih karena hak asuh anak, ternyata belum move on juga. Ini udah pada nonton The World of The Married kan? Yang belum, ya udah ga mudeng paragraf ini. Skip boleh. Ehehe


Jadi harus gimana menghadapi balada prioritas ini, jenderal? Jadi gini..
*benerin kacamata*
Let's talk about the clarity of priority it self. Ini soal mindset kita tentang prioritas sih yang perlu diperluas. Ya memang harus mundur beberapa langkah dari objek prioritasnya biar bisa liat sudut pandang yang lebih luas buat menyikapinya. Jadi mulai dari lihat diri sendiri dulu. Karena kadang kan kita menuntut untuk jadi prioritas seseorang yang kita sendiri prioritaskan, bukan? Kita proyeksikan dulu, gimana wujud nyata prioritas yang kita labelkan ke suatu hal/seseorang.


Misal ke pasangan, apakah dalam keadaan apapun kita akan mengutamakan pasangan? Kalo ada selisih paham dengan orang tua, dengan relasi kerja, atau mantan bahkan, kita akan selalu mendahulukan kepentingan pasangan kita? Mikir kan lo.. lihat-lihat dulu masalahnya apa itu udah satu hal, belum hal-hal yang lain, tapi yang pasti.. ketika kita mencintai pasangan, pasti kita akan memikirkan dan memberikan yang terbaik buat dia, bukan?


Sedangkan proses mengurai masalah, menentukan sikap, mengambil langkah, nggak selalu selaras dengan apa yang kita prioritaskan. Entah itu kita harus menenangkan orang tua dulu, atau menyelesaikan secara profesional dengan rekan kerja dulu, bahkan meminta maaf dulu atas sikap cemburu buta pasangan kita ke mantan? Hmmm.. Interesting.


Sebaliknya kita juga harus bisa mengerti bahwa kita juga tidak selalu bisa menjadi prioritas pasangan, yang kita perlu tahu dan yakini, kita adalah orang yang penting baginya, dan percayakan saja ia akan mengambil sikap as the best as they can do and give for us. Simple? Oh tidak juga. Sering membuat hati mencelos pun. Tapi memang seperti itu kenyataannya. Come on, jangan double standard. Kalo kita ternyata nggak melulu menjaga hal/seseorang dalam prioritas utama, ya jangan terlalu keras menuntut itu.



Satu hal yang bisa kita prioritaskan adalah paham akan diri sendiri. Berbeda dengan egois. Karena dengan mengerti kemauan sendiri kita bisa mengambil sikap yang tepat untuk orang lain. Dengan percaya posisi kita bagi seseorang, kita bisa lebih sadar bahwa seseorang itu bakal ambil sikap yang sesuai dengan apa yang kita percayakan kok. Meski nggak harus sak deg sak nyet. Toh keinginan kita nggak harus terkabul di detik pertama kok, let the force be with you. Nomorduakan ekspektasi tentang prioritas itu sendiri, utamakan memahami diri dan keadaan.


Contoh lagi ini biar mudeng, misalnya aku pengen dirawat abang pas lagi sakit berat, barengan ketika abang harus meeting penting dengan orang jauh-jauh dari luar kota. Nggak bisa ditunda. Kalo aku prioritas HARUSNYA abang milih ngerawat aku daripada kerjaannya. Tapi ternyata kerjaan ini nggak bisa ditunda.


Coba turunin dikit aja deh ekspektasi tentang prioritas : aku sedang sakit dan butuh dirawat. Jadi solusinya, minimal harus ada yang gantiin abang buat ngerawat aku. Abang yang coba cariin deh biar lebih keliatan effort nya, habis itu setelah meeting abang pulang ninggalin kerjaan yang bisa ditunda. Bawain obat atau apapun keperluanku buat ikhtiar sehat. See? Lebih enak dibaca kan daripada harus keluar kata-kata “kamu tuh ga pengertian banget sih, aku sakit setahun sekali aja kamu nggak bisa nemenin!” uh oh.. backsound : “Ku menangiiiss membayangkan.. betapa kejamnya dirimu atas diriku~”


That’s all. Udah cukup panjang aja tulisannya meski waktunya singkat. Aku tutup pake quotes yang baru aku bikin sendiri deh. buhbye!



The way to remain the top priority is not to prioritize the priority itself.


Love,


Chely



Selasa, 16 Juni 2020

New Bosque Warkop - Viva Futsal Suhat Malang [REVIEW]

Weekend kemarin aku diundang temenku Krisna ke acara opening cafe. Karena dapet empat voucher, aku kesana sama YK, Zac dan Shela adekku. Keroyokan hahaha. Seneng dong.. karena keadaan gini kan suntuk dirumah terus tapi bingung juga mau kemana kalo libur. Nama cafenya New Bosque Warkop. Alamatnya di Jl. Bunga Andong, Jatimulyo - Malang (Viva Futsal Soekarno Hatta). Kalo pake google maps search aja Viva Futsal pasti ketemu.

foto ini aku ambil pas mau pulang, parkiran mulai lengang.

Awalnya agak bingung sebenernya ini cafe atau warkop karena di vouchernya tertulis New Bosque Warkop, sedangkan temenku bilang ngundang aku ke opening cafenya. Jadi agak mamang mau ngajak Zac karena pertimbangannya bakalan ada smoking area yang terpisah apa nggak yah? Tapi akhirnya aku mutusin buat ngajak Zac juga toh aku udah pesen 4 voucher.


Sempet nyasar karena aku masuknya ke Jl. Andong, padahal harusnya Jl. Bunga Andong. Haha dudulnya.. tapi nggak jauh-jauh banget kok ternyata. Terus akhirnya aku di shareloc sama temenku. Sesampainya disana rame banget dong, parkiran penuh. Ada 2 mobil dan motor banyak banget. Karena ga muat aku parkir mobil didepan Viva Futsalnya. Tapi Zac malah tidur pas udah nyampe. Jadi aku yang masuk duluan liat keadaan di dalem, YK nungguin di mobil sambil jagain Zac.


Diparkiran aku ketemu 3 orang temen sekelasku dulu jaman SMK. Cowok semua karena ya emang dulu jurusan RPL banyak cowoknya. Hehehe. Aku sempet ajakin selfie didepan parkiran karena didalem masih full mejanya.

dari kiri : Faiz, Chely, Pepi, Beni

Setelah udah mulai ada yang keluar, kami barengan masuk langsung menuju ke kasir buat pesen. Aku pesen Es Kopi Caramel dan Ramen Goreng. Pelayanannya ramah meskipun pesenannya dateng agak lama. Bisa di maklumin sih soalnya emang lagi non-stop pengunjungnya pas opening kemarin. Rame banget.

  
Ini pricelist menunya, cukup murah menurutku dengan standar cafe tongkrongan anak-anak muda atau pengunjung area futsal.


 
Pricelist Makanan

Pricelist Minuman

Aku duduk sama temen-temenku di tengah ruangan. 80% pengunjungnya cowok dan pada ngerokok. Konsep cafenya emang los gitu satu ruangan luas, pas buat tongkrongan anak muda. Buat aku yang bawa keluarga ngerasanya sih kurang cocok karena ya nggak ada smoking area yang terpisah. Tapi atapnya cukup tinggi jadi sirkulasi udaranya cukup baik, dan juga bikin nggak terlalu panas meski saat itu sekitar jam 2 siang.

letak barista dari sudut tempatku duduk sama temen-temen

Ini penampakan sudut lainnya. Jadi ada beberapa meja kursi yang ditata dengan beberapa variasi. Ada yang kursi dan meja tinggi, ada yang sofa dengan kesan lebih santai.


sudut meja dan kursi duduk lain dari depan meja kasir


Setelah pesanan dateng, aku langsung hajar karena emang sengaja belum makan siang dari rumah. hehehe. Yang dateng duluan Ramen Gorengnya. Baru pertama ini tau ada ramen goreng. Biasanya kan berkuah ya. Dateng dengan kondisi masih hangat. Rasanya cukup enak, dengan topping suwiran telur dadar gulung. Rasa yang paling menonjol disuapan pertama itu mericanya yang cukup tajam. Jadi meski aku pesen yang nggak pedes, ternyata mericanya kuat. Jadi kalo Zac pasti nggak mau deh.
            


Habis itu Es Kopi Caramelnya yang dateng. Dengan penampakan gradasi antara kopi, susu, dan karamel, bikin sayang aja mau ngocoknya hahaha. Difoto dulu dong baru dikocok, trus baru cobain. And da boom! Otomatis goyang-goyang badanku saking nikmatinnya, ya karena menurutku enak bangettt. Aku suka banget Es kopi caramelnya. Enak!


Es Kopi Caramel. mmmhh..
  


Selesai makan ramen goreng sampe habis, rombongan orang yang di meja pojok ruangan pulang. Kesempatanku buat nempatin berempat karena menurutku nyaman aja kalo ngajak Zac masuk dan duduk disitu. Deket jendela juga jadi nggak terlalu terganggu asap rokok. Pengunjungnya juga udah mulai berkurang. Jadi aku telpon YK suruh masuk sama Zac dan Shela. Ini penampakan meja yang mau aku tempatin.

sebelum dibersihin. aku foto dari tempatku duduk sama temen-temen

Oh iya, disini juga ada disediain permainan Uno Stacko gitu, Tapi aku lupa nggak liat ada mainan apa aja disitu karena Zac nggak sabar aja minta pinjem Stacko ke mbak kasirnya Kayaknya sih ada Uno Card juga. Jadi nggak berasa nunggu lama sampe pesenannya Zac dateng karena kedistract main ini. Zac betah banget mainan gini, sampe udah dirumah dia bilang “mama kapan-kapan kita main disana lagi ya!”. Hehehe


 
Zac main stacko with onty Shela

Zac happy!

Aku nambah pesenan Es Lemon Tea buat Zac. Shela ngikut rekomenku buat cobain Es Kopi Caramel. Sedangkan YK tentu aja Es Kopi Strong. Dan 3 porsi ricebox BBQ. Aku penasaran cobain Es Kopi Strongnya. Dan yah enak juga, pastinya emang lebih strong rasa kopinya. Kaget sih dengan harga segitu bisa ngerasain kopi yang udah cukup enak banget. Karena aku bandingin dengan kopi franchise yang harganya juga sebanding.


Es Kopi Strong. wuhuu !


Pas nyuapin Zac rice box, ternyata dia kepedesan. Padahal aku pesen yang BBQ. Aku cobain ternyata emang ada sedikit rasa mericanya. Meski nggak sekuat rasa merica di ramen goreng, tapi ternyata tetep kurang ramah juga dilidah anak-anak kayak Zac. Padahal menurutku rasa ayam saus BBQ nya enak loh. Akhirnya ya aku habisin makanannya sama YK deh. Ehehe.


Rice box BBQ

Es Lemon Tea nya juga enak. Ya ampun padahal murah banget dibanding cafe-cafe lain yang biasanya masih berasa hambar, atau takaran lemon sama tea nya nggak seimbang. Nggak expect banget bakalan dapet rasa kayak gini dengan harga yang tertera disini.



 
Es Lemon Tea

To sum up, menurutku makanan disini cukup enak dengan harga yang cukup murah banget. Paling favorite buatku ya kopinya. Pelayanannya juga baik dan ramah, mbak-mas nya murah senyum dan telaten. Beberapa kali ada tambahan orderan yang kurang mereka respon dengan baik. Tempatnya juga cukup nyaman buat anak muda, ada musiknya juga. Lebih pas banget abis futsal di sebelah lanjut ngopi disitu sama temen-temen. Kayaknya lebih asik kalo nongkrong disana malem gitu sama temen atau pasangan.


Menurutku sih kurang pas kalo bawa anak, karena selain nggak ada smoking area yang terpisah, dari 2 menu makanan yang aku cobain rasa mericanya nggak ramah di lidah Zac. Mungkin bisa kalo anak yang udah agak gedean yang udah doyan pedes ya. Atau mungkin pesen cemilannya aja mungkin. Dipintu masuk disediakan wastafel dan sabun untuk cuci tangan. Jadi cafe ini juga cukup mengikuti prosedur untuk covid-19 ya.


Tapi balik lagi ya selera orang kan subyektif, berbeda-beda.  Ini review murni pendapatku pribadi aja. Dan aku sebenernya udah nggak sabar sih mau order kopinya lagi di Go-food haha. Tapi harus kontrol karena punya maag, jadi next time deh aku mau cobain yang Es Kopi Creamy ah.. Hehehe.

Nih aku kasih beberapa foto dan video suasana pas aku disana.

Zac bikin domino dari stacko

Penampakan cafe dari sudut tempatku duduk

Zac main sama Ayah (I)

Zac main sama Ayah (II)

Mba servernya yang ramah :)

Zac sebelum kepedesan


Maaf kalo sekedar remeh temeh ya, soalnya cuma food blogger ala-ala. Jadi bener-bener review yang jujur dan pendapatku personally. Semoga bisa jadi salah satu tempat tujuan yang pas buat kalian juga ya.


 Love,

Chely

Jumat, 12 Juni 2020

MY DAILY ACTIVITIES (JUNE-2020)


source https://www.freepik.com/


Kemarin aku tuh udah bikin resolusi kedisiplinan yang mau dicapai kan, tapi kok kayak bingung bagi waktunya karena ngerasa 24 jam sehari itu kuraaangg. Kayak cepet banget sih padahal belum ini itu. Jadi aku coba bikin breakdown kegiatanku dalam 24 jam dulu biar tertata gitu, jadi semacam bikin strategi yang diperinci biar nyampe goals-nya. Hehehe dasal caplicoln yah. And walla.. this is it!  


  
Dikasih jam sekalian biar lebih notice aja gitu, nggak harus saklek amat nurutin tabel. Tapi setelah dibagi gini kan jadi tau ternyata kegiatan kita bisa ke-skip ya kalo kita nggak sadar waktu. Misal keasikan scrolling sosmed bablas aja tau-tau udah 2 jam sendiri. Atau ngerasa butuh me time terus bablas lagi kelupaan belum main sama anak seharian. Bablas lagi suami juga ikut di-skip. Ehehe
Cung yang ngerasa! :p


Dan waktu paling banyak kesita ya di kantor kalo karyawan kayak aku. Biasanya aku suka selipin nulis blog pribadi/kantor, bikin konten IG atau googling sesuatu di Internet/Youtube di sela waktu pas kerjaan lagi luang. Sekarang ini sih ya lagi suka belajar tentang financial, parenting kadang juga randomly aja googling apa gitu.


Rencana ada keinginan belajar make up sama main gitar malah. Tapi instrumen pendukungnya belum ada semua hahaha. Ngantor aja ga bedakan, cuman pake skincare, alis, gincu udah. Emang cuman punya itu doang gimana dong? Gitar juga rusak dari kapan tahun belum beli, ada gitar listrik YK tapi dikunciin doang dilemari. Ya kali orang hobi rebahan belinya gitar listrik -_- gitarnya yang disuruh rebahan, ceunah!


Awalnya tadi mau bikin lebih rinci lagi kayak jam makan 3x sehari, jam sholat 5 waktu, tapi kok pusing amat jendral. Jadi ya udah bikin garis besarnya aja deh, yang sering dilakuin sehari-hari dan berhubungan sama goals-nya juga. Jadi pas hari libur atau weekend tinggal nyesuaiin aja kan pasti lebih santai juga kegiatannya karena lebih banyak waktu luang.


By the way, kalian jangan overthinking ya. Aku bisa baca pikiran kalian wahai kaum rebahan.
“kok gue ga kepikiran sampe situ sih?”
“gue sehari-hari cuman gini-gini aja, lempeng-lempeng aja, da yang penting ga ganggu orang..”
“emang harus ya bikin jadwal kegiatan gitu?”
“let it flow weh lah.. dijalanin aja namanya juga hidup..”


Ya itu terserah kalian aja sih. Feel free to agree or disagree. Ini reminder buatku pribadi aja kok. Karena kalo udah di posting gini kan lebih ngerasa bertanggungjawab sama goals-nya. Biar planning nggak cuman sekedar dipikirin, dicatet, terus digampangin sampe tujuh puluh Senin terlewati.

Yaudah ya udah jam 10:30. Jadwal dhuha gue telat 30 menit nih. Buhbye!



Love,

Chely