Selasa, 30 Juni 2020

5TH YEARS MARRIAGE



Bulan Agustus nanti pernikahanku berusia 5 tahun. Aku nggak pengen bilang “nggak berasa ya..”, karena semua prosesnya terasa buatku. Proses tahun pertama, kedua, dan seterusnya pernah aku tulis singkat sebelumnya.


Meski tahun ini baru berjalan setengahnya, rumah tangga kami banyak disibukkan dengan hal-hal yang cukup berat. Bukan tidak bersyukur, tapi aku rasa setiap orang juga mengalami hal-hal buruk dengan pasangan jika mau jujur, pernikahan nggak hanya diisi dengan hal-hal manis imajinasi dari manten anyar. aku anggap saja begitu untuk selalu eling kalo diatas langit masih ada langit, sebaliknya juga banyak yang lebih menderita dari diri kita. Tentu saja dengan begitu aku bisa lebih mengingat lebih banyak hal-hal yang bisa disyukuri.


Itu pula yang awalnya membuat masing-masing sibuk dengan diri sendiri dan tidak menyadari jarak yang semakin menjauhkan kami. Aku menyadari, beberapa kali mencoba untuk mengkomunikasikan, tidak selalu mulus. Tapi bukan Chely jika membiarkan berlarut-larut hal yang aku tau akan menjadi buruk, jadi aku coba terus buat ngobrolin sama Yoki dibeberapa kesempatan. I always try to fix every lil things.


Terakhir semalam, kami terpancing karena hal kecil. Hal sepele. Begitulah sebuah rumah tangga, penuh dengan hal-hal kecil yang bermasalah. Aku tau jalan pikiran YK, aku tau bagaimana cara menggiring agar dia mengerti inti permasalahan, aku tau cara mengajaknya berkompromi tentang solusi. Aku tau. YK pun sebenernya tau apa yang terbaik, tau apa yang harus diprioritaskan, tau apa yang aku maksud, dia tau.


Yang aku sudah tau dan selalu saja tak bisa tahan adalah saat dia menginterupsi setiap aku bicara, saat dia mendebatku dengan kata tanpa data hanya untuk memenangkan pembenaran, saat dia melakukan itu semua dengan bahasa tubuh “aku sedang tidak mencintaimu”. Hal-hal itu yang membuatku merasa berjalan sendirian.


Sedangkan aku, disaat seburuk apapun, berusaha berkata dengan bahasa dan sikap terbaik, berusaha melihat dirinya dengan pandangan terbaik, berusaha mengontrol intonasi suara, berusaha selalu mengingat bahwa dia orang yang membuatku mau bilang “Yes I do”. 


Sampai di titik terlelahku mengartikan dan mengertikan YK, aku hanya diam dan memandanginya. Kebetulan semalem aku juga lagi nggak fit. Seluruh badanku sakit, dan beberapa hari kurang tidur. Aku nggak ada tenaga lebih untuk berperan lebih dari perasaanku yang sebenernya. Jadi aku cuma bisa nangis. Dia terdiam.


Beberapa saat kemudian setelah lega, aku diam memandangi wajahnya. Menunggu cukup lama karena tidak ingin mendominasi. Dia minta maaf. Aku bilang nggak perlu minta maaf ketika kamu tidak merasa bersalah. Karena memang aku butuh diskusi yang membuat kami bisa benar-benar memahami keadaan dan saling berkompromi. Bukan minta maaf hanya untuk men-skip permasalahan. Lalu YK mengakui, cara dia menanggapi komunikasi kurang baik. Oke. Itu cukup untuk saat ini. Menyadari dan mengakui apa yang salah dari diri itu butuh keberanian, dan aku hargai itu.


Tapi aku menarik garis sejarah kami. Iya memang awal kenal YK dulu dia orang yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, iya dulu dia orang yang sangat keras kepala dan cenderung angkuh. Tapi aku sadar, YK sadar, kami sadar, aku bisa melengkapinya disitu. Aku bisa membuatnya menyadari kekurangannya, aku bisa membantunya dalam menganalisa sebuah masalah dengan pikiran yang lebih terbuka. Sebaliknya YK juga punya kelebihan dalam hal mendengar dan berempati, dia membuatku merasa benar-benar didengarkan dan dimengerti disaat aku masih seseorang yang sangat tertutup dan terlalu keras dengan diriku sendiri.


Aku bisa memproyeksikan masa depan, seharusnya YK bisa jadi orang yang lebih bisa berkomunikasi dengan cara yang baik. Seharusnya aku bisa nggak merasa sendirian lagi menghadapi hal-hal.  Kami bisa saling bertumbuh seiring berjalannya waktu. And here we are, aku sudah semakin menjadi orang yang terbuka dari sebelumnya, YK yang aku yakin juga sekarang lebih bisa berkomunikasi dengan baik ke siapapun. Harusnya hal seperti semalam tidak harus terjadi lagi.


Selamanya terlalu lama untuk tidak kita perbaiki mulai dari hal-hal kecil. I mean, pernikahan itu adalah komitmen untuk bisa menjalani hidup bersama selama-lamanya bukan? Di tahun ke-5 ini aku belajar sesuatu, bahwa komunikasi yang sudah saling kita pelajari dengan baik dengan pasangan bisa memburuk karena suatu kelengahan. Kelengahan bisa terjadi ketika kita menganggap enteng suatu hal, yang dalam hal ini adalah pasangan kita.

Baca : Perdebatan Rumah Tangga


Biasanya ini terjadi setelah tahun-tahun awal terlewati. Ketika kita sudah merasa pasangan kita mengerti kita. Aku orang yang membebaskan pasanganku. Aku suka melihat seseorang yang aku cintai menjadi dirinya sendiri. Sebebas-bebasnya. Dalam artian dia bisa nyaman dengan dirinya sendiri, disaat aku disisinya atau pun tidak. Aku ingin menanamkan sebuah “keintiman” hubungan dengan rasa TRUST yang besar. Saling percaya dan tau peran masing-masing.


Karena dengan menikah, kita harus punya tujuan yang sama. Dan karena kita sudah saling tau tujuan kita sama, aku bebaskan dia menjaga trust itu dengan caranya. Begitu juga denganku. Karena pasti banyak perbedaan cara, pandangan, dan prinsip. Tapi selama kita punya tujuan yang sama, kita pasti selalu berusaha menyatukan jalan agar bisa tercapai.


Meski detik ini masih terasa terjal dan melelahkan, masih terlihat buram, aku yakin akan datang momentum untuk kita bangkit lagi. Dan setelah momen kebangkitan itu datang, semua akan terlihat lebih jelas lagi, semua akan membaik. Karena memang begitulah perputaran hidup. Jadi jalani saja saat ini, hadapi saja yang terjadi. Selesaikan menit demi menit peran kita. And then do the next right thing.


Kerjakan saja tugas kita sebagai apa saat ini, seorang ibu, seorang istri, seorang anak dan menantu, seorang pekerja, seorang sahabat, seorang yang dapat bermanfaat untuk seorang lain. Aku tau saat ini terasa berat, tapi aku juga yakin ini akan terlewati. Bertahanlah.. karena bisa saja harapan orang lain bisa hidup kembali hanya dengan melihatmu bertahan.



"Love doesn't consist of gazing at each other. It consists in looking together in the same direction."
Antoine de Saint-Exupery 

Love,

Chely



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hi ^^ Thank you for reading.. and your comment means a lot to me!
if you need a quick response please poke me on my Instagram @chelychelo :)