Sabtu, 19 Desember 2020

Hak Istimewa

 


Ada yang merasa hidupnya mudah dan punya banyak hak istimewa atau privilege? Atau malah merasa menderita dan paling kurang? *angkat tangan*

Iya.. Saya. Aku. Gue. Abdi. Dalem. Me. Moi. Mich. ‘Ana. Мне. 나를. ฉัน.

Dah ah google translate sendiri sana.

Pernah banget merasa punya privilege atau hak istimewa yang kita sendiri nggak bisa memilih, pernah juga ngerasa kalah dengan privilege orang lain yang aku nggak miliki. Yeah, as you know betapa kecantikan saya menyaingi galgadot sampe bisa masuk bandara tanpa antri.

*becanda ding*

*belom pernah masuk bandara*

*paspor aja nggak punya*

*masuk bandara emangnya nggak harus antri ya emang?*

*tapi emang kata Zac aku paling cantik*

Ngelawak lagi gua tampol ya.

Kalau mau coba sebutin privilege yang aku sadari di hidupku, apa ya? Mmm.. let say lahir di Indonesia di saat perang dunia II usai, punya keluarga inti yang utuh dan sehat walafiat, punya anak yang terlahir sehat mental dan jasmaninya, punya imun tubuh yang cukup baik sehingga nggak pernah rawat inap di RS kecuali pas melahirkan, dan buanyak lagi pastinya.

Kalau pernah kalah atas privilege orang lain, contohnya ya bisa beli buku cetak pas sekolah karena orang tuanya mampu sedangkan aku harus fotokopi, punya motor pas masih sekolah sedangkan aku harus jalan kaki jauh demi nggak oper angkot, bangun lebih pagi karena harus ngetem dulu, dan nunggu reda pas hujan biar bisa pulang, buaanyak lagi kalau mau di kulik.

Jadi intinya, kita semua punya privilege,lho! Sekecil dan seremeh apapun bagi kita bisa jadi hal yang berharga dan nggak dimiliki orang lain. Jadi daripada fokus iri dan nyinyir dengan keistimewaan yang dimiliki orang dan nggak kita punya, mending kita hitung sendiri privilege kita dan merasa bertanggungjawab atas itu.

Misalnya kamu merasa cantik, ya alangkah baiknya kamu lebih berperan untuk membuat orang bisa merasa, membuat, dan menyadari bahwa dirinya cantik. Kamu mewarisi kekayaan tujuh turunan, ya buat hartamu bisa bermanfaat untuk banyak orang. Atau kamu terkenal, buat kepopuleranmu itu bisa membuat suara-suara orang yang punya nilai baik tapi tidak terdengar jadi tersebar luas.

Nggak perlu hal besar, mulai aja satu langkah kecil, mulai untuk kebaikan satu orang, yang terdekat, atau yang lewat didepan matamu, yang kamu nggak kenal bahkan. Membela temanmu yang korban bully di kelas mungkin, beliin sarapan buat polisi cepek yang rutin nyebrangin kamu, atau iseng aja doain ojek online yang habis anter orderanmu lewat chat biar selalu sehat dan lancar rejeki.

Yuk mulai satu hari ini.

 

Love,

 

Chely

 

Jumat, 18 Desember 2020

Review Ramuan Cinta by Muti

 



Disini aku mau kasih review jujur tentang Ramuan Cinta by Kak Muti. Ini udah kali ke tiga repeat order Ramuan Cinta. Yang belum tau, Ramuan Cinta apa sih? No, bukan jampi-jampi biar percintaan kalian bisa lancar. Ini adalah ramuan herbal yang dapat mencegah dan mengobati bermacam-macam penyakit.

Berawal dari follow IG @rumah.jljaksaagung.tour travel dari lama karena aku pernah di bidang perhotelan dulu. Liat feed promosinya Ramcin by Kak Muti kok rasanya pengen cobain pas aku punya keluhan kesehatan.

Aku orang yang nggak asal dalam melangkah (cie!). Jadi aku cari tahu dulu tentang Ramcin ini sebelum beli. Baca testimonial, baca penjelasan lengkap dari Kak Muti, cari tahu bahan dan proses pembuatannya. Setelah udah mantapin hati, baru mutusin buat order.

Oh iya, aku juga mau bilang ini review jujur secara cuma-cuma karena mau bagi info bermanfaat aja. Bukan endorse ataupun promosi berbayar ya. So, langsung aja aku kasih tahu apa aja manfaat Ramcin yang sudah aku rasakan sendiri.

1.       Keputihan Hilang

Tahun ini kayaknya tahun stress buat banyak orang, ya nggak? Banyak hal yang bertubi-tubi menimpa kita semua. Termasuk juga efek pandemi seperti kondisi keuangan, sosial, karir, semuanya ikut berubah kan? Sampai-sampai disebut dengan istilah new normal.

Aku yang selama ini belum pernah bermasalah dengan keputihan tiba-tiba aja merasakan. Mungkin banyak juga yang dulunya belum pernah mengalami terus tahun ini juga lagi terganggu dengan keputihan yang nggak normal. Sudah coba obat apotek yang disaranin temen, sempet reda beberapa bulan, terus kambuh lagi karena badai susulan. Ehe..

Aku sampe bingung, hati dan pikiran udah merasa nggak ada (baca: sudah kebal) masalah. Minum obat apotek lagi udah nggak mempan. Tapi setelah cobain rutin minum Ramcin dan ngikutin sesuai instruksi, dalam 2-3 hari udah bisa merasakan prosesnya. Semakin hari makin berkurang rasa gatal, keputihan mulai normal dan berangsur sembuh!^^

2.       Stamina Terjaga

Bu ibu, siapa yang sering kesemutan, cung? Hehehe. Sejak jadi ibu rumah tangga pasti lebih banyak kegiatan rutin yang nggak bisa di samakan dengan olahraga. Meskipun sering gerak seperti nyapu, ngepel, nyuci, masak, tapi otot yang dilatih itu nggak sama dengan olahraga yang benar. Jadi memang harusnya kita itu rajin olahraga ya, eonnie!

Nah, awalnya cuman niat menormalkan keputihan. Aku yang biasanya merasa pegel-pegel, kesemutan karena terlalu lama baca buku atau main HP, atau berbagai keluhan tubuh usia 25 ke atas (xixixi). Setelah minum Ramcin secara rutin, rasanya badan lebih enak aja, nggak gampang capek, lebih segar dan bugar setelah bangun tidur.

3.       Pencernaan Membaik

Aku punya maag yang sering kumat-kumatan. Udah bobrok banget ini lambung karena pola makan yang buruk. Suka pedes, soda, kopi, telat makan. Jadi kalau kondisi lambung lagi nggak pas, salah makan dikit langsung kambuh.

Saking parahnya, udah nggak bisa lepas dari stok jahe keraton di rumah karena nggak mempan mau minum obat maag, selain aku juga nggak suka minum obat dari dulu. Sampe pernah di bully temen yang owner sebuah cafe, masa temen-temen pada pesen minuman yang enak-enak, aku malah minum wedhang uwuh. Huhuhu.

Suatu pagi setelah rutin minum Ramcin, aku buka kulkas dan ada susu cokelat yang menggodaku, aih. Aku ambil dan aku teguk, glek glek glek ah..

Allah! Baru inget belum sarapan, pasti kambuh bentar lagi deh, kataku dalam hati. Ternyata sampe di kantor pun seharian perutku aman-aman aja. Terharu banget.

Makan pedes sewajarnya, minum kopi secukupnya, udah bisa menikmati hidup lagi. Huhuhuhu. Nggak 100% hilang begitu saja maag dari hidupku. Masih ada kumatnya kalau aku lagi keterlaluan bandelnya, hiks. Tapi ini udah Alhamdulillah banget jauh membaik dari sebelumnya.

4.       BAB Lancar

Sekitar hari ke 1 sampai ke 5 konsumsi Ramcin, aku jadi bolak-balik ke kamar mandi. Sering banget pipis dan BAB. Bahkan pernah yang sehari 4 kali, tapi nggak sakit perut yang gimana-gimana. Ya mules biasa aja berasa kebelet gitu. Ternyata banyak sampah di dalam tubuhku yang harus di detoks kayaknya.

Perut berasa lebih enteng dan nyaman kalau kotoran yang harus dibuang hilang kan? Bukan tipu-tipu memang. Aku merasakan sendiri enaknya punya pencernaan lancar dan tubuh yang bersih dari ‘sampah’. Rasanya seperti menjadi Iron Woman! *pegang setrika*

5.       Jerawat Berkurang

Masih nyambung dengan tahun penuh tekanan ini. Selain nggak pernah keputihan, aku juga nggak pernah jerawatan parah. Sejak pertengahan tahun kemarin jerawat nggak pernah absen dari wajahku. Padahal biasanya aku tumbuh jerawat 1-2 aja kalau mau menstruasi.

Sejak minum Ramcin, jerawat lebih cepet mengering dan berkurang meski nggak serta-merta menghilang. Usut punya usut, aku baru ngeh ternyata skincare ku expired dong! Itu juga punya andil penyebab jerawatanku ternyata. Hehehehe.

Aku belum ada budget buat beli yang baru. Maaf ya wajahku, aku dudul dan pelit sekali sama kamu. Viva face tonic aja dulu ya. Yang penting Ramcinnya rutin juga. Wink.

6.       Wajah Cerah

Bangun tidur ku terus ngaca. Hehehe. Kebiasaan pas perawan bangun tidur langsung bercermin karena ngerasa cantik alami. Setelah menikah, kantung mata makin hitam, garis halus mulai menyapa, wajah kusam karena uap kompor atau jemur baju. Masih tetep merasa cantik karena punya anak yang bucin sama mamanya.

Sering banget Zac bilang, “mmm.. cantiknya mama”, “mama cantik meski ndak pake listip”, “mama cantik meski ndak dandan”, “mama tambah cantik kalo dandan”.

Tapi sejak minum Ramcin, kata-kata itu nggak kayak abang-abange lambe saja karena merasa tervalidasi liat wajahku cerah, segar, merona. Yang paling jelas itu dari bibirku yang biasanya pucat karena cenderung darah rendah, jadi lebih berwarna alami.

Sepertinya karena darah yang lancar jadi efeknya kemana-mana ya. Aku nggak lebih paham dan bisa jelasin secara ilmiah, makanya aku bicara sesuai manfaat apa yang aku rasakan.

7.       Kulit Halus

Ampas dari Ramcin ini aku nggak langsung buang gitu aja. Selalu aku simpan dulu di kulkas karena bisa dipakai masker atau lulur pas luang. Efeknya, jerawat diwajah makin cepat matang, kulit juga halus sekali setelah pakai lulur dari ampas Ramcin. Biasanya aku pakai pas weekend sebelum mandi.

Setelah di bilas dengan sabun pasti masih ada bekas kuning dari kunyit, tapi nggak yang sampai kayak Minion dan Sponge Bob gitu kok, hyung. Mungkin bekas kuning di kuku jari aja yang agak bertahan lebih lama. Tidak terlalu kentara dan mengganggu penampilan sih menurutku.

Itu tadi efek nyata yang udah aku rasain dengan konsumsi Ramcin. Tapi selain mengandalkan Ramcin, kita juga harus jaga asupan dan perbaiki pola hidup ya. Penting juga untuk mengikuti instruksi cara mengkonsumsi yang benar biar hasilnya bisa didapatkan secara maksimal. Seringkali, tubuh kita ini rusak karena kemalasan kita sendiri buat menjaga kok.

Aku mutusin terus konsumsi ini buat jadi salah satu upaya menjaga kesehatan tubuh. Banyak manfaat lain yang kalian bisa lihat dari testimoninya. Yang aku pernah tau bisa untuk diet, bahkan program kehamilan. Masya Allah.. Keren ya! Sangat inspiratif dan punya banyak impact. Semoga suatu saat aku bisa punya bisnis yang keren dan berkah seperti Kak Muti. Aamiin.

Sekali lagi, aku nggak promosi maupun di bayar sama sekali. Postingan ini tribute to Kak Muti, karena aku merasa dia berbisnis dengan sepenuh hati, nggak hanya berorientasi uang saja. Aku juga pengen aja membagi info bermanfaat biar kita semua bisa sehat sama-sama dengan ramuan herbal.

Jadi kalau kalian bisa bikin sendiri tanpa harus beli Ramcin ya, monggo, malah bagus. Allah menciptakan segala penyakit beserta obatnya, aku percaya banget itu. Jadi jangan terlalu bergantung dengan obat-obatan ya.

Saranku, konsumsi yang alami dan berasal dari tanaman herbal lebih diprioritaskan daripada obat buatan para ahli yang teruji secara klinis. Kenapa? Nggak akan aku jawab lebih lanjut disini karena nanti dibilang konspirasi. Hehehe. Bubye!

 

Senin, 30 November 2020

Melihat Rumput Tetangga

 


Mau punya pasangan sabar, cantik, pinter, jago masak, sholehah, rajin beberes rumah, bisa nyari duit juga? Sebaliknya juga buat yang perempuan, pengen punya pasangan yang ganteng kayak oppa-oppa, sixpack, lemah lembut, sabar, pengertian, jago berantem, mau bantu kerjaan rumah, pinter jaga anak?

Woi! turun.. jangan ketinggian. Ntar jatuh, sakit.

Jodoh itu bagiku kayak kepingan puzzle yang pas di kita. Tau kan bentuk kepingan puzzle? Pecitat-pecitut sana sini, ketemu kepingan pecitat-pecitut lainnya, eh lha kok ya bisa jadi utuh ya? Bukan rahasia ilahi. Dari pengalamanku sendiri, ternyata bisa kita nalar pake otak kok.

Ndak kaget saya mah liat orang sabar jodohnya sama yang emosian. Yang teges sama yang letoy. Yang mandiri sama yang manja. Yang cakep sama yang ehem.. yang biasa-biasa kek kita-kita inilah.

Ya karena secara scientific kutub magnet itu saling tarik menarik kalo berlawanan. Wis dari sononya diciptakeun begindang. Positif sama negatif itu berlawanan, tapi ya nempel tuh. Coba kalo positif sama positif atau negatif sama negatif. Mau ditempelin juga akhirnya terpisah. *KUMENANGIS... membayangkan...*

Yak. Jadi sampe mana tadi?

Iya gitu.. boleh sih, manusiawi lah pengen yang terbaik buat jadi pendamping hidup. Tapi disini gue cuman ngingetin aja, jangan halu atuhlah.. realistis aja. Liat kenyataan yang terpampang nyata disekitar kita. Yang paling penting itu kita tahu siapa diri kita, apa tujuan kita, apa hak dan kewajiban kita, gimana cara penerapannya di kehidupan kita yang makhluk sosial ini. Dah. Simple. *ditabok netizen*

Saya nih misalnya.. (mohon izin ngebahas diri gue nih) Orang yang menjaga kestabilan. Ketemunya sama orang yang detik ini merah detik berikutnya kuning. Kontras bat woi.. pink dulu kek. Ya.. emang gitu kenyataannya. Kenapa bisa? Karena rumus tadi, yang positif negatif tadi itu loh. Dan karena manusia itu kompleks juga yah. Punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Unik.

Selain gue dan pasangan saling melengkapi di plus minus masing-masing, kondisi atau keadaan juga seringkali jadi penyeimbang. Misal ada masanya kita butuh keputusan spontan di saat genting, aku yang stabil ini kudu mikir sepanjang jalan kenangan, plan A plan B sampe plan Z, gimana biar ga gimana biar ga gimana biar ga gimana. Pasangan gue enak aja mutusin hal kaga pake mikir atau cuman mikirin sesuai kondisi detik ini.

Ndilalah, it works. Pernah ngalamin kayak gitu? Pasti pernah.. ta kasih contoh lainnya wis..

Aku lagi aja contohnya, aku ndak suka ngerasani (baca: membuat orang tidak suka saat merasa dibicarakan) soalnya wahaha.

Aku bukan orang yang gampang emosional, runut sama yang sebelumnya aku orangnya stabil ya. Mau marah juga mikir dulu sampe bener-bener ngerasa proporsional marahnya. Dapet pasangan yang sumbu pendek. Kalo dipikir secara eksplisit, harusnya kita emang nggak boleh emosional kan dalam hal apapun. Harusnya aku yang bener gitu lah in other words.

Tapi ternyata pasangan yang ngamukan itu juga bermanfaat lho, sometimes. Aku jadi kayak dapet pelindung dari orang-orang yang mau bersikap tidak baik terus inget bojoku ngamukan. Jadi lebih segan gitu, ya to? Kamu wedine karo bojoku tok kok emang..

Dulu wajar aku mesti ngerasa, "kok aku tok yang sabar, kok aku tok yang ngalah, kok selalu aku yang berperan mendinginkan suasana, blabla..", Sekarang udah lebih ngenal diri sendiri. Nerima diri sendiri, Jadi bisa lebih ngenalin orang lain juga. Nerima orang lain juga. Pasanganku dalam hal ini.

Jadi ya sudah sadar, ya emang kalo dibanding pasangan aku orangnya lebih sabar, jadi wajar kalo aku yang ngalah duluan, yang mendinginkan suasana pas lagi panas, yang berusaha (((MENJEMBRENG))) permasalahan karena aku yang lebih bisa jernih duluan pikirannya. 

Toh aku mau ngikutin marah-marah juga selalu jadinya nyesel di akhir. Nyesel kok marah-marahku nggak proporsional gitu. Masalahnya seupil marahnya segentong. Bayangin kan harusnya upilnya segentong dulu baru aku boleh marah segentong biar sesuai porsi. #jangandibayangin

Masalah itu pasti kecil kok kalo udah di kupas-kupasin. Makanya sebelum marah-marah, coba deh sama-sama diskusiin, mengupas masalah secara tajam, setajam...

*yok kita sebut bareng*

*buat yang ngerti-ngerti aja*

Jadi nggak ada tuh kata-kata menyakitkan yang seharusnya nggak perlu diucapin atau nggak nyambung sama permasalahan keluar sia-sia dari mulut. Dan terbukti memang, pasangan bisa lebih ngikutin akhirnya.

Tiap manusia yang waras punya hati nurani yang selalu jadi pengingat kok sebenernya, mana yang baik dan enggak. Cuman seringkali emosi itu bikin salah dan benar jadi keliatan kabur. Orang marah tu karena ngerasa "gue bener elu salah", atau "eh iya kok elu bener gue yang salah doh malu lah minta maap pokoknya elu aja minta maap".

Jadi antara belum paham masalah, emosi dan ego campur jadi trio kwek-kwek. Makanya kalo marah kebanyakan kan begitu yang keluar dari mulutnya, wekewekewekewek.

Terus apa lagi ya.. hehehe

Ya pada akhirnya perlu nerima kenyataan kalo Tuhan itu Maha Adil. Ada orang yang ketika ngeliat pasangan lain kok kayak,”jangan-jangan kita jodoh yang tertukar”, “harusnya dia yang bisa sesuai kebutuhanku”, “beruntungnya dia dapet pendamping kayak gitu”, karena ternyata ngerasa banyak kecocokan dengan yang bukan menjadi takdir kita.

Ya emang ada kok diluar sana yang sesuai dengan mau kita, yang mungkin juga sebenernya mau sama kita, kutub positif itu bisa kok ketemu kutub positif, kutub negatif juga bisa ketemu kutub negatif. Ketemu doang tapi, ndak jadi jodohnya. Auh..

Ya karena itu tadi, Gusti Maha Adil. Udah mutlak jadi sifat Allah. Bayangin nih.. orang ganteng ketemu orang cantik, sama-sama sabar, sama-sama pinter, sama-sama rajin, sama-sama berakhlak dan punya habit baik. Apa nggak jadi sasaran pembunuhan itu? Hehehe

Kalo ada pasangan-pasangan yang terlihat sempurna tanpa cela, itu ya karena mereka kerjasamanya baik dalam berkonspirasi dan kontrasepsi. *halah*

Kalo ada pasangan yang pernah bersama terus cerai dan tetap berhubungan baik, ya karena mereka masa kerjasamanya habis aja. Jadi kerja sendiri-sendiri dan bahagia masing-masing.

Kalo ada pasangan yang cekcok sampe kakek nenek kaga ada akurnya? Ya mereka lagi berpolitik aja dengan kesepakatan genjatan senjata. Belum dan tidak siap menghadapi risiko lain. Jadi milih risiko yang udah terlanjur aja dah.

Kalo ada pasangan yang pernah bersama terus cerai masih aja cekcok? Mungkin salah satu atau keduanya sakit mental menahun yang diturunkan dari pasangan kakek nenek kaga ada akurnya dan berpolitik dengan kesepakatan genjatan senjata tadi. Beb, sadari kamu sedang sakit. Karena lahir dari dan dibesarkan oleh orang tua yang nggak bahagia.

Yuk sembuh.

Lagi nggak bikin postingan bermanfaat nih. Cuman lagi jalan-jalan aja ini liatin rumput tetangga yang macem-macem. Sekian. Bubye.


Love,

 

Chely

Sabtu, 18 Juli 2020

APA YANG MEMBUATKU JATUH CINTA?





Ngomongin cinta yuk? Hahaha. Gegara ikutan give away buku di instagram nih mood cinta-cintaannya jadi mode ON. Jadi give away nya tuh disuruh jawab pertanyaan, apa sih yang bikin kamu bisa jatuh hati?
*auto kdrama backsound*


Aku nggak baca komentar lain sebelumnya, langsung ngetik aja jawabanku apa, nggak panjang-panjang amat, tapi cukup merangkum semuanya. Terus klik enter deh.



Habis itu baru aku baca-baca komentar lain, ternyata yang lain pada nyebutin kualitas-kualitas dalam diri seseorang yang bikin jatuh cinta. Terus aku langsung mikir, Tuhan.. mengapa aku berbeda? LOL. Sempet mikir ulang, apa jawabanku salah ya, pertanyaannya kan apa yang bikin aku jatuh cinta sama seseorang, ya kan aku tinggal menggali perasaan aja toh pengalamanku seperti apa.


Nggak salah kok ternyata ya.. tiap orang punya pandangan dan pengalaman berbeda dan emang aku jatuh cinta bukan hanya karena melihat sisi kualitas seseorang aja. Karena ya setiap orang pasti punya kan? Cuman aku ngejawabnya dengan perspektif berbeda aja. Mereka yang nyebutin kualitas-kualitas seseorang yang bikin jatuh cinta juga nggak salah, bener juga. Jadi sudahlah mari kita salaman meski nggak lagi lebaran.


Poinnya, bukan berarti orang yang pernah bikin aku bisa menjatuhkan hati nggak punya kualitas yang mampu menarik aku, karena pasti semua orang, like EVERYBODY, has their own qualities. Begitu juga sebaliknya.. Everybody has flaws too.


Karena kalo flash back dan menarik sejarah, aku tuh nggak berawal dari perasaan jatuh cinta sama Yoki. Love at first sight.. apa itu? dipepet 2 tahun dengan berkali-kali nembak baru aku nerima cintanya setelah aku mutusin buat “oke, let’s do this TOGETHER”. Malah dia yang love at first sight katanya liat aku dikantor pertama kalinya. (FYI, kita dulu temen sekantor jaman kerja di hotel).


Sebelum sama Yoki akutu disakiti sama mantanku, chely yang polos dan naif dalam bercinta dibikin gamau pacaran lagi. Kapok. Nggak perlu diceritain detailnya, klasik. Sempet stress dan gemukan karena larinya ke makan donat 2 biji tiap setelah makan nasi pas break kerja. Perutku doang sih jadi buncitan banget sm pipi membulat, badan tetep gini-gini aja hehe.


Sempet ada beberapa yang PDKT meski aku udah bilang nggak pengen pacaran dulu. Ya si Yoki inilah yang ngeyel banget dan selalu bilang, “kalo gamau pacaran ya ayok nikah!”. Dulu ngakak-ngakak aja digituin, usia kami kan selisih 11 tahun. Jadi dalam hati kayak, “nih om-om ngocol banget dah” LOL.


Tapi pepatah jawa tresno jalaran soko kulino itu bener juga. Dari yang ngga suka sampe nggak mau kalo diajak jalan berduaan, mesti ngajak temen lain, sampe akhirnya mau kasih kesempatan buka hati dan pelan-pelan aku ngeliat potensi dari dalam diri Yoki ini. Jadi secara perasaan sebenernya prosesnya kayak ta’aruf, tapi ya nggak bisa disebut gitu juga. Karena prosesnya kan diawali dengan aku mau coba mengenali dia lebih dalam. Nggak ada rasa suka ato cinta diawal. Dan aku orang yang commit sama keputusanku. Sekali aku mau jalan, aku serius.


Dari dulu nggak punya sosok tipe pria idaman yang spesifik. Ya ada naksir-naksiran tapi jarang yang beneran jadi malahan sama yang aku taksir duluan, kebanyakan ya prosesnya ditembak-jadian aja. Umumnya remaja, sampe yang aku ngerasa paling serius sama yang terakhir sebelum Yoki dan disakitin. Tapi ngeliat Yoki ini emang kayak nggak banget lah saat itu wkwk. Nggak pernah terpikir sama sekali pokoknya kita mau jadi lebih dari temen.


Kayak ada feeling, why me bruh?
Kenapa sih nih om-om bisa gigih mau seriusin gue anak yang saat itu masih bau kencur? Jadi kami kenal pas aku masih sweet seventeen, buka hati buat dia pas umur 19, lamaran umur 21, nikah umur 22, dan Zac lahir diumurku yang ke 23 tahun. Umur abang ya tinggal ditambah 11 tahun dari umurku aja.


Cinta itu bisa ditumbuhkan. Kayak bibit yang disiram setiap hari, dipupuk, dikasi desinfektan biar ga ada hama, harus dirawat sebaik mungkin. Makanya, kalo dipikir lagi, dari awal aku nggak ada proses jatuh hati sama Yoki, tapi sekarang udah tahun ke-5 pernikahan kami. Ya karena aku mau merawat cinta itu, Yoki juga. Jadi jatuh cinta buatku bukan hanya awalan untuk sebuah hubungan aja.


Setiap hari aku harus jatuh hati kepada orang yang sama, setiap hari aku harus menjaga gimana biar cinta ini tumbuh dengan baik, dan nggak setiap hari hubungan ini baik-baik aja. Karena itulah aku punya perspektif lain untuk menilai apa yang bikin aku jatuh hati. Bukan hanya mencintai kualitas dalam dirinya, tapi juga mencintai sisi gelap yang cuman bisa ditunjukin ke aku, dan sisi terbaik yang bisa dicapai karena ada aku disisinya.



Love,

Chely

Selasa, 14 Juli 2020

BERPIKIR KRITIS

"Don't listen to the person who has the answers; listen to the person who has the questions."

- Albert Einstein -


Quotes yang mengawali postingan ini bikin aku mikir bahwa berarti, bahkan aku harus selalu mempertanyakan jawaban yang aku punya ya.. Dan itu yang bikin aku nggak merasa selamanya menjadi yang paling benar. Nggak selamanya aku harus dengerin diriku sendiri bahwa hal yang aku pegang selalu relevan.


Dari dulu aku selalu mempertanyakan hal-hal, kenapa bisa terjadi seperti itu, apa sih yang ada dibalik maksud seseorang ini, gimana biar masalah ini bisa nemuin solusi yang aku pahami sampe clear di aku, terus aku bisa jelasin sehingga orang lain bisa ngerti dan akhirnya bisa sepakat, atau bisa terjadi adanya saling kompromi satu sama lain.


Tapi ada kalanya dulu hasil pemikiranku itu nggak aku luapkan dan tuangkan ke dalam praktiknya. Seringkali aku pendam sendiri aja, entah biar bisa berdamai dengan keadaan, entah biar nggak terjadi pertikaian dengan orang lain, entah karena aku ngerasa nggak pantes aja buat bersuara.


Setelah melewati proses yang cukup panjang, sekarang ini aku ngerasa lebih berani bersuara. Aku berani punya pemikiran sendiri dan menyampaikannya. Meski seringkali harus terjadi pergesekan dengan orang lain, dan itu emang resiko yang wajar, tapi sejauh ini aku bisa handle dengan baik. Aku punya gas dan rem untuk bisa mengontrol seberapa jauh aku mempertahankan pemikirianku, seberapa jauh aku menanggapi perbedaan pendapat dengan orang lain.


Inilah hal yang lebih sulit dari berpikir kritis itu sendiri, yaitu ketika kita menyampaikan pemikiran kita ke orang lain. Karena nggak bisa dipungkiri emang perdebatan bisa sangat emosional ketika udah saling terpancing. Dan aku menghindari perdebatan yang udah ke arah nggak sehat. Ketika ada salah satu yang terbawa emosi, entah aku atau lawan bicaraku, harus ada yang notice untuk berhenti dulu.


Tapi ketika aku udah ngerasa lawan debatku ini udah nggak bisa diajak debat sehat, udah keliatan klo diem cuman untuk menunggu gilirannya mendebat neither being active listening, ya aku milih cukup sampe disitu aja sih, iyain aja biar cepet. Akan percuma kalo dilanjutin pun nggak akan nemu solusi yang dicari sebagai tujuan awalnya. Malah akan berimbas ke hubungan yang memburuk.


Toh aku juga nggak akan mau dipaksa asal sepakat gitu aja, at least aku udah coba ngerti dimana batasku. Dan cara untuk bisa notice satu hal yang menjadi fokus adalah impact, apakah hal yang aku perjuangkan punya impact yang baik untukku dan orang lain. That’s it. Kalo nggak, ya udah nggak perlu diperjuangkan untuk orang lain. Keep aja buat diterapkan diri sendiri di konteks yang tepat.

Jadi, critical thinking menurutku kalo dibuat alurnya kira-kira seperti ini :
Asking -> Searching for information -> Thinking -> Result of thought -> Application -> Impact


Proses critical thinking ini menurutku penting banget buat setiap orang disegala kondisi. Karena dengan ini, kita bisa melihat suatu masalah dengan lebih luas. Dan harusnya kita akan lebih bisa menghargai perbedaan pandangan karena kita terbiasa merunut pemikiran kita sendiri, jadi kita juga ga kesulitan untuk mencoba merunut pikiran orang lain.


Sebuah isi dari buah pemikiran adalah konten, sedangkan kondisi dimana pemikiran itu diterapkan adalah konteks. Jadi paling penting untuk diperhatikan adalah konteksnya dulu, baru konten. Karena belum tentu konten yang baik bisa diterapkan dengan tepat di konteks tertentu. Untuk itu, konteks dan konten ini saling beriringan.


Contohnya : Ada pria merokok dilantai dua sebuah restoran, sedangkan aku membawa anak makan dilantai dua resto tersebut karena ingin suasana outdoor. Secara implisit seharusnya pria tersebut tidak merokok ketika ada anak disekitarnya. Tapi karena dilantai dua tersebut memang ditujukan untuk smoking area, akan menjadi tidak tepat kalo aku menegur pria tersebut.


Jika dirunut, makan di restoran adalah konten. Konteksnya adalah area outdoor dilantai 2 restoran yang merupakan smoking area. Pertanyaan yang timbul, kenapa sih pria tersebut merokok didekat anakku? Kalo aku menegur dia, pasti dia menjawab karena memang disitu adalah smoking area. Jadi, lebih tepat untuk membujuk anakku turun ke lantai 1 biar ga kena asap rokok.


Meskipun aku ngotot marah-marah karena pria itu merokok didekat anakku, akan semakin terlihat konyol dan berpikiran dangkal karena aku memaksakan pemikiranku yang tidak sesuai dengan konteks meskipun yang aku perjuangkan adalah hal yang benar (tidak merokok di dekat anak demi haknya bernapas dengan udara bersih). Itulah pentingnya berpikir kritis dalam segala hal, untuk lebih menganalisa berbagai sudut pandang.


Dengan begitu kita memposisikan kita dengan helicopter's point of view. Kita bisa merunut pikiran kita sendiri, bahkan juga bisa menerima pikiran orang lain yang berbeda dengan pandangan kita. Kita nggak bakal gampang goyah dan bisa menjelaskan karena kita tau apa alasan kita atas pikiran yang kita pegang kuat. Kita juga bisa lebih menghargai apa yang dipegang kuat oleh orang lain, karena pemikiran kita sangat dipengaruhi oleh apa yang telah terjadi dan dialami selama hidup.


Ini masalah banyak sekali orang, lho!
Sering banget denger cerita hubungan memburuk hanya karena beda pendapat. Dimulai dari salah satu dan akhirnya bisa sama-sama emosional dalam menyampaikan pendapatnya. Padahal kalo kita bisa ngobrol dengan waras dan sadar, menaruh emosi dan ego jauh-jauh, fokus sama solusi, pasti bakal ada titik temunya kok. Entah itu salah satu dari yang terbaik, atau mengambil kesimpulan dari kompromi pendapat-pendapat yang berbeda.


Kenapa sih aku nggak gampang menjudge orang, mendahulukan untuk positive thinking, dan selalu mencari tahu apa alasan dibalik pemikiran seseorang. Karena aku juga mengalami rasanya nggak didengar keinginannya, nggak dipahami maksud tujuannya, bahkan di judge karena hanya dinilai dari apa yang terlihat dari luar. Aku ngalamin semuanya dan tau gimana rasanya. Jadi aku nggak mau orang lain ngerasain rasa nggak enak itu dari sikapku.


Jadi aku belajar untuk selalu berpikir kritis dan lebih berani untuk bersuara juga. Karena percuma ketika kita punya data tapi nggak disampaikan dengan kata. Sesuatu nggak akan bisa berubah jika bukan kita sendiri yang merubahnya. Tapi penting juga untuk berbicara sesuai dengan data, nggak cuman sekedar kata-kata. Nanti jadinya hanya berdebat untuk menang atas pembenaran. Bukan berdiskusi untuk mengkompromikan data yang paling tepat dalam suatu kondisi.


Semakin aku belajar berpikir kritis, semakin aku nggak nggumunan, semakin aku bisa menghargai orang lain dengan berbagai macam perbedaan cara berpikir, karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda. Sama sekali nggak ada yang sama. Jadi wajar banget kalo kita berbeda pendapat.


Dan punya pemikiran berbeda itu nggak apa-apa toh. Selama pemikiran itu nggak ngawur, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena syariatnya kan setiap orang pasti punya tujuan baik, dan kebaikan itu mutlak, harus dijalankan dengan cara yang benar pula. Kalo nggak, ya nggak bakal bisa tercapai tujuan kebaikannya. Pasti ada yang dirugikan.


To sum up, kita biasa berpikir orang lain bisa saja salah. Think otherwise. orang lain bisa saja benar bukan? sama juga sebaliknya. Mungkin saja kita yang benar, mungkin saja kita yang salah. dengan mindset yang open-minded, kita bisa memulai berpikir kritis dengan menerima segala kemungkinan yang ada. Seperti quotes penutup ini.

"We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them."

- Albert Einstein- 


Love,


Chely

Selasa, 30 Juni 2020

5TH YEARS MARRIAGE



Bulan Agustus nanti pernikahanku berusia 5 tahun. Aku nggak pengen bilang “nggak berasa ya..”, karena semua prosesnya terasa buatku. Proses tahun pertama, kedua, dan seterusnya pernah aku tulis singkat sebelumnya.


Meski tahun ini baru berjalan setengahnya, rumah tangga kami banyak disibukkan dengan hal-hal yang cukup berat. Bukan tidak bersyukur, tapi aku rasa setiap orang juga mengalami hal-hal buruk dengan pasangan jika mau jujur, pernikahan nggak hanya diisi dengan hal-hal manis imajinasi dari manten anyar. aku anggap saja begitu untuk selalu eling kalo diatas langit masih ada langit, sebaliknya juga banyak yang lebih menderita dari diri kita. Tentu saja dengan begitu aku bisa lebih mengingat lebih banyak hal-hal yang bisa disyukuri.


Itu pula yang awalnya membuat masing-masing sibuk dengan diri sendiri dan tidak menyadari jarak yang semakin menjauhkan kami. Aku menyadari, beberapa kali mencoba untuk mengkomunikasikan, tidak selalu mulus. Tapi bukan Chely jika membiarkan berlarut-larut hal yang aku tau akan menjadi buruk, jadi aku coba terus buat ngobrolin sama Yoki dibeberapa kesempatan. I always try to fix every lil things.


Terakhir semalam, kami terpancing karena hal kecil. Hal sepele. Begitulah sebuah rumah tangga, penuh dengan hal-hal kecil yang bermasalah. Aku tau jalan pikiran YK, aku tau bagaimana cara menggiring agar dia mengerti inti permasalahan, aku tau cara mengajaknya berkompromi tentang solusi. Aku tau. YK pun sebenernya tau apa yang terbaik, tau apa yang harus diprioritaskan, tau apa yang aku maksud, dia tau.


Yang aku sudah tau dan selalu saja tak bisa tahan adalah saat dia menginterupsi setiap aku bicara, saat dia mendebatku dengan kata tanpa data hanya untuk memenangkan pembenaran, saat dia melakukan itu semua dengan bahasa tubuh “aku sedang tidak mencintaimu”. Hal-hal itu yang membuatku merasa berjalan sendirian.


Sedangkan aku, disaat seburuk apapun, berusaha berkata dengan bahasa dan sikap terbaik, berusaha melihat dirinya dengan pandangan terbaik, berusaha mengontrol intonasi suara, berusaha selalu mengingat bahwa dia orang yang membuatku mau bilang “Yes I do”. 


Sampai di titik terlelahku mengartikan dan mengertikan YK, aku hanya diam dan memandanginya. Kebetulan semalem aku juga lagi nggak fit. Seluruh badanku sakit, dan beberapa hari kurang tidur. Aku nggak ada tenaga lebih untuk berperan lebih dari perasaanku yang sebenernya. Jadi aku cuma bisa nangis. Dia terdiam.


Beberapa saat kemudian setelah lega, aku diam memandangi wajahnya. Menunggu cukup lama karena tidak ingin mendominasi. Dia minta maaf. Aku bilang nggak perlu minta maaf ketika kamu tidak merasa bersalah. Karena memang aku butuh diskusi yang membuat kami bisa benar-benar memahami keadaan dan saling berkompromi. Bukan minta maaf hanya untuk men-skip permasalahan. Lalu YK mengakui, cara dia menanggapi komunikasi kurang baik. Oke. Itu cukup untuk saat ini. Menyadari dan mengakui apa yang salah dari diri itu butuh keberanian, dan aku hargai itu.


Tapi aku menarik garis sejarah kami. Iya memang awal kenal YK dulu dia orang yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, iya dulu dia orang yang sangat keras kepala dan cenderung angkuh. Tapi aku sadar, YK sadar, kami sadar, aku bisa melengkapinya disitu. Aku bisa membuatnya menyadari kekurangannya, aku bisa membantunya dalam menganalisa sebuah masalah dengan pikiran yang lebih terbuka. Sebaliknya YK juga punya kelebihan dalam hal mendengar dan berempati, dia membuatku merasa benar-benar didengarkan dan dimengerti disaat aku masih seseorang yang sangat tertutup dan terlalu keras dengan diriku sendiri.


Aku bisa memproyeksikan masa depan, seharusnya YK bisa jadi orang yang lebih bisa berkomunikasi dengan cara yang baik. Seharusnya aku bisa nggak merasa sendirian lagi menghadapi hal-hal.  Kami bisa saling bertumbuh seiring berjalannya waktu. And here we are, aku sudah semakin menjadi orang yang terbuka dari sebelumnya, YK yang aku yakin juga sekarang lebih bisa berkomunikasi dengan baik ke siapapun. Harusnya hal seperti semalam tidak harus terjadi lagi.


Selamanya terlalu lama untuk tidak kita perbaiki mulai dari hal-hal kecil. I mean, pernikahan itu adalah komitmen untuk bisa menjalani hidup bersama selama-lamanya bukan? Di tahun ke-5 ini aku belajar sesuatu, bahwa komunikasi yang sudah saling kita pelajari dengan baik dengan pasangan bisa memburuk karena suatu kelengahan. Kelengahan bisa terjadi ketika kita menganggap enteng suatu hal, yang dalam hal ini adalah pasangan kita.

Baca : Perdebatan Rumah Tangga


Biasanya ini terjadi setelah tahun-tahun awal terlewati. Ketika kita sudah merasa pasangan kita mengerti kita. Aku orang yang membebaskan pasanganku. Aku suka melihat seseorang yang aku cintai menjadi dirinya sendiri. Sebebas-bebasnya. Dalam artian dia bisa nyaman dengan dirinya sendiri, disaat aku disisinya atau pun tidak. Aku ingin menanamkan sebuah “keintiman” hubungan dengan rasa TRUST yang besar. Saling percaya dan tau peran masing-masing.


Karena dengan menikah, kita harus punya tujuan yang sama. Dan karena kita sudah saling tau tujuan kita sama, aku bebaskan dia menjaga trust itu dengan caranya. Begitu juga denganku. Karena pasti banyak perbedaan cara, pandangan, dan prinsip. Tapi selama kita punya tujuan yang sama, kita pasti selalu berusaha menyatukan jalan agar bisa tercapai.


Meski detik ini masih terasa terjal dan melelahkan, masih terlihat buram, aku yakin akan datang momentum untuk kita bangkit lagi. Dan setelah momen kebangkitan itu datang, semua akan terlihat lebih jelas lagi, semua akan membaik. Karena memang begitulah perputaran hidup. Jadi jalani saja saat ini, hadapi saja yang terjadi. Selesaikan menit demi menit peran kita. And then do the next right thing.


Kerjakan saja tugas kita sebagai apa saat ini, seorang ibu, seorang istri, seorang anak dan menantu, seorang pekerja, seorang sahabat, seorang yang dapat bermanfaat untuk seorang lain. Aku tau saat ini terasa berat, tapi aku juga yakin ini akan terlewati. Bertahanlah.. karena bisa saja harapan orang lain bisa hidup kembali hanya dengan melihatmu bertahan.



"Love doesn't consist of gazing at each other. It consists in looking together in the same direction."
Antoine de Saint-Exupery 

Love,

Chely



Rabu, 24 Juni 2020

Untuk dibaca Zac, Suatu Saat Nanti (1)



Zac, anakku sayang.. Pertama-tama mama mau minta maaf pagi ini harus seperti ini. I’ve tried my best but I know you deserve more..
Tenggorokanku masih tercekat, menahan kemarahan, kesedihan, kehancuran hati. Setiap melihat kamu seakan membenciku, melihat kamu berteriak nggak sayang sama aku. Aku tau kamu hanya marah, aku tau kamu nggak berniat menjudge, aku tau kamu tau apa kesalahanmu, aku tau kamu tau apa kesalahanku.


Ada rasa lega kamu bisa tumbuh jadi anak yang merasa aman mengutarakan perasaanmu sejujurnya. Hal yang sedari kecil aku pengen menjadi adalah jadi anak seperti kamu sekarang ini. Meski sering terasa sakit dalam hati ketika kamu bilang nggak sayang mama. Tapi aku tau, mama tau, Zac sayang sekali sama aku. Iya kan?


Dulu saat kecil, aku nggak pernah membenci Bapak dan Ibuk. Sampe saat ini pun aku dewasa, aku nggak pernah nggak sayang mereka. Meski beberapa hal yang pernah dilakukan membuatku marah, tapi aku nggak pernah bilang aku nggak sayang mereka. Seingatku, aku sudah mengerti bahwa kata-kata seperti itu akan membuat mereka sedih. Jadi diriku kecil, sampe diriku sedewasa ini dan menjadi seorang Ibu, aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu ke mereka. If I can tell you what kind of our parent-child is : never express love, no bonding, never apologize, one-way communication: parents must be heard-children must listen.


Saat punya kamu, aku belajar dengan menggali diriku lebih dalam. Apa yang sebaiknya aku lakukan dan tidak. Banyak sekali hal terungkit kembali. Memori masa kecil yang tidak nyaman untuk dikenang. Aku tau itu sudah berlalu. Aku nggak pernah minta masa lalu itu ditebus sama sekali pun. Tapi rasa nggak nyaman ini bener-bener nyata. Ketika aku nggak ingin mengulang yang bagiku sebuah kesalahan orang tua di masa lalu, dalam hati rasanya tercekat. Ada yang mencekikku, masa laluku itu sendiri.


Aku rasa semua orang tua juga punya perasaan yang sama. Aku rasa kita semua belajar menjadi orang tua dengan menggali perasaan masa kecil kita. Apa yang dulu kita rasa nggak ingin diperlakukan, nggak akan kita lakukan ke anak. Sedangkan apa yang kita rasa sudah benar ditanamkan ketika kita kecil, kita tanamkan pula dengan lebih baik ke anak. Semua harapan kita punya dasar yang sama, ingin memberikan lebih baik dari yang pernah kita dapatkan dulu. Dan menginginkan anak kita lebih baik dari diri kita.


Diriku yang dewasa bilang, “ayo chel, belajar. Jangan mengeluarkan kata-kata kasar ya. Jangan pukul ya. Jangan cubit. Jangan sakitin Zac”. Lalu kamu nggak koperatif, kamu melawanku. Kamu berteriak, kamu membanting barang, kamu memukul mama didepan orang lain. Seakan kamu ngerasa akan ada yang membela, seakan kamu ngerasa aku akan sungkan untuk marah didepan orang lain. Nggak sakit sama sekali secara fisik. Tapi dalam hatiku kayak ada ingatan-ingatan rasa sakit yang sangat nyata, when they yell at me, hit me, pinch me, hurt me physically and verbally.


Dalam hatiku pengen memproyeksikan gambaran tentang ingatan akan kejadian-kejadian yang terungkit dan menimbulkan rasa nggak nyaman itu agar kamu tau, lihat, dan mengerti, bahwa aku pernah mendapat perlakuan tidak baik lho saat jadi kamu, dan aku sekarang nggak melakukan hal yang sama lho. Nihh, I gave you my best. I am the best mother for you. You should be a nice boy. Because I am a nice girl even I used to not get the best from my parents.


Aku nggak akan terlalu dengerin kata orang Zac, itu yang bikin aku bisa kuat, bertahan, dan bangkit lagi. Karena nggak banyak orang yang bener-bener bisa mengerti kita, merasa empati terhadap apa yang kita lalui dan hadapi, lebih banyak orang hanya bisa menilai dari sudut pandang mereka. Dan mengucapkan kata-kata mutiara yang membuatku muak. Tapi aku akan mendengarkanmu. Aku akan memberi penjelasan sampai tuntas. Aku akan siap berdebat, berdiskusi apapun denganmu, sampai kapanpun.


Aku nggak peduli orang berkomentar tentang aku Ibu macam apa. Aku nggak peduli mereka menilai aku terlalu sabar, atau terlalu jahat, atau terlalu idealis. Aku bukanlah bagaimana mereka menilaiku. Aku adalah diriku dengan segala yang telah aku alami dan hadapi. And I am is how I wanna be. Nggak akan ada yang benar-benar paham menjadi aku. Dan kalopun mereka mengalami dan merasakan apa yang aku rasakan, belum tentu mereka bisa lebih baik dari diriku saat ini. See? Kita sama kan Zac. Kita orang yang gigih dan teguh pendirian.


Terlalu lelah untuk mendengar semua hal yang dikatakan orang, baik maupun buruk. Bahkan ahli parenting sekalipun belum tentu bisa tau apa yang terbaik untuk anak orang lain. Inilah aku seorang Ibu yang juga bekerja. Yang punya banyak kekurangan, banyak sekali, predikat Ibu terbaik rasanya terlalu jauh dan nggak akan bisa pantas disematkan untukku. Aku yang selalu menangis setelah marah sama kamu, aku yang selalu hancur setelah menyakitimu, aku yang selalu bangkit lagi untuk menghadapimu dan diriku. Aku yang selalu, selalu, dan selalu mencintaimu. With my deepest heart.


Aku, orang tuamu, mamamu, aku satu-satunya yang berharap segala hal terbaik untukmu. Aku melakukan kesalahan, banyak sekali kesalahan yang nggak akan aku carikan pembenarannya, tapi aku akan terus belajar untukmu, untuk memperbaiki hal-hal, untuk menjadi dan memberi yang terbaik. Maaf, nggak bosannya aku minta maaf atas kesalahanku. Aku yakin kamu tau, kamu ngerti, perasaanku, maksud dan tujuanku. Aku yang sering nggak ngerti bahasa kamu, nggak melihat kondisi dari kacamatamu, nggak mengerti hal dibalik emosimu. Bantu aku, bantu mama ya Zac untuk bisa selalu mengerti kamu.



I love you, Zac


Chely

Selasa, 23 Juni 2020

"WHAT TO DO" LIST OF MINE (JUNE 2020)



Awal tahun kemarin nggak bikin resolusi tahunan karena pusing banget disamperin masalah bertubi-tubi. Fokus dulu nyelesaiin satu-satu dan self-defense biar tetep waras. Alhamdulillah udah mulai bisa menata hati dan hidup meski udah kehilangan banyak hal. Mulai bisa bangun pagi dengan hati yang lebih tenang lagi. Mulai hidup dari awal lagi.


Banyak kebiasaan yang mulai berubah. Ditambah sekarang udah new normal. Bener-bener bisa menjiwai istilah New Normal. Dan mulai notice hal-hal yang berantakan, jadi mau nata lagi biar bisa balik ke track seharusnya. Nggak apa-apa mulai dari awal, semoga masih dikasih waktu sama Allah buat menjalankan tugasku di dunia.

Kok jadi agak serius ya intronya.. hehehe.

Agak deg-deg an bikin list resolusi. Bangun dari jatuh itu emang lebih susah rasanya daripada merasa terlahir dari bawah ya? Karena kita kayak dipaksa mundur kebelakang padahal kita udah pernah jalan jauh banget ke depan. It’s ok chel.. all is well.. tenang.. fuhh..


Jadi ini hal-hal yang mau dicapai, yang mau aku lakuin mulai detik ini. As always, aku posting ini sebagai pengingatku sendiri biar lebih bertanggungjawab sama rencana yang aku buat. Nggak hanya jadi sekedar bayangan aja. And, here we go..

  • Rutin Tahajud
  • Rutin Dhuha udah kebantu banget di kerjaan kantor sekarang ini jadi sering inget nggak kelupaan. Tapi.. Apa hanya aku yang bisa bangun malem hanya untuk pipis dan tidur lagi? Cung jama’ah cung..

  • Puasa Senin-Kamis
  • Ini dulu udah kebiasaan rutin. Entah sejak kapan ya jadi ilang kebiasaannya. Pengen coba rutin lagi sembari bayar utang ramadhan kemarin dah. Tulis aja dulu sambil diusahain lagi.

  • Belajar (Arti bacaan sholat, Gitar, Make up)
  • Mitosnya Capricornus itu orangnya restless ya? Ehehe iya bener sih. Rasanya kalo ada waktu luang tuh pengennya nggak diem. Yaudah dipake upgrade diri aja. Lagi difokusin pengen belajar 3 hal ini. Why? Because i don’t see why not. Kenapa konsen ke belajar mahamin arti bacaan sholat? Biar lebih khusyu’ harapannya.. (aamiin). Kalo belajar gitar sebenernya udah dari duluuu banget belum kesampaian. Belajar make up ya biar tampilannya ke upgrade juga, berasa banget muka gini-gini aja sejak SMP (+_+) heheu

  • Financial Planning
  • Ini udah belajar dari tahun lalu. Poin-poin penting yang harus disiapkan udah tau, tinggal lebih mahamin lagi tiap instrumen yang mau dipake dan menata ulang alokasi pendapatan & pengeluaran karena kan emang mulai lagi dari minus. Ndak papa.. semangat!

  • Ajarin Zac Calistung
  • Juli ini Zac udah 4 tahun. Tahun depan waktunya sekolah TK. Udah bisa angka 1-10 in English and Bahasa. Bisa penjumlahan dan pengurangan sederhana. Huruf cuman tau Z doang masih. Pelan-pelan aja belajarnya toh sebenernya seusia Zac masih waktunya main-main. Menulis juga masih belum terlalu minat, dulu dia suka coret-coret, tapi sekarang kayak kehilangan minat jadi harus latihan motorik halusnya dulu kayaknya.

  • Ajarin Zac mandiri
  • Sejauh makan, mandi dan cebok sendiri sih. Karena kan udah mau sekolah. Nanti pasti ada kegiatan bawa bekal dan makan disekolah, pasti juga nanti harus ke toilet sesekali pas disekolah, harapannya sih bisa cebok sendiri ga perlu dibantu guru/orang lain.

  • Cari sekolah Zac
  • Ini masih belum mulai sama sekali. Orang tua udah nyuruh yang paling deket dari rumah, karena kan bakalan yang anter jemput kalo aku kerja. Tapi rasanya berat juga kalo milih sekolah hanya berdasarkan jarak terdekat. Huhu. Pengennya yang pasti cara mengajarnya bagus, pembelajarannya berkembang mengikuti jaman, harga sesuai kemampuan, jarak ga terlalu jauh. Wish me luck.


Kemarin udah posting duluan jadwal yang lebih rinci dalam satu harinya.

Aku percaya satu langkah setiap hari itu berarti, that’s why I made this list, biar tau arah langkahnya, karena namanya manusia kan sering lupa. Udah bikin gini aja pasti ada kalanya semangat surut buat mencapainya. Tapi dengan begini kita inget, kita tau, ada tujuan yang udah nungguin didepan. Jadi nggak buta arah sama sekali gitu lah. Yuk bikin juga, di notes HP boleh, di print tempel kamar juga boleh.
Semangat ya!
Tenang.. aku temenin.


Love,


Chely

Senin, 22 Juni 2020

TENTANG SELALU MENCARI DAN MENEMUKAN




Pernah denger nggak, pernyataan tentang tujuan hidup itu adalah untuk bahagia? Apa iya tujuan hidup sejatinya adalah untuk mencari bahagia? Karena dengan berjalannya waktu, semakin mencari sebuah kebahagiaan untuk hidup didunia, yang aku dapetin semakin semu. Iya. Kebahagiaan yang sementara. Yang nggak bisa dihayati dengan sebenar-benarnya hati.


Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, dan aku udah ngalamin banyak hal selama ini. Ketika aku mengingat tentang darimana kebahagiaan-kebahagiaan yang aku dapetin dalam hidup, kalau dirangkum, akan jadi 3 kata, yaitu “menerima, memberi, dan berkorban”. Yup. Rasanya, kebahagiaan berputar di 3 siklus itu. Kita nggak bisa hanya melakukan salah satu hal aja buat dapetin kebahagiaan yang sejati.


Contoh luasnya, ketika aku mendapatkan hal yang aku mau, tapi disisi lain kebahagiaanku berada diatas penderitaan orang lain. Hilanglah esensi bahagianya, hanya terasa dikecapan pertama. Sedangkan ketika aku memberikan sesuatu yang membuat orang lain bahagia, hal itu juga bisa membuatku merasa bahagia. Meski ada hal  yang harus dikorbankan sekalipun. Kalian pasti udah bisa membayangkan contohnya sesuai kejadian di pengalaman hidup masing-masing kan?


Aku orang yang restless and realistic. Nggak pernah berhenti memikirkan, mempertanyakan, melakukan hal-hal nyata. Aku nggak suka banyak-banyak berkhayal, melamunkan imajinasi terlalu jauh. Berdo’a pun aku lebih banyak dengan sikap nyata. I mean, aku jarang banget merapal banyak do’a dengan kata-kata, “Tuhan, aku ingin bisa ini, aku mau dapet itu..”.


Mungkin setiap orang punya cara berbeda dalam berkomunikasi dengan Tuhan dan itu sah-sah aja. Aku lebih condong ke bercerita secara personal, ngobrol sama Tuhan. Terimakasih kepada Tuhan atas segala yang diberikan, memuji kebesaran-Nya, memohon ampun atas segala khilafku, mohon penjagaan untuk orang-orang tersayang dan yang paling sering ya minta petunjuk atas hal-hal yang nggak aku ketahui.


Aku orang yang nggak gampang manut hanya dengan sebuah kata-kata mutiara. Aku harus paham akan sesuatu agar bisa melaksanakannya. Nggak jarang juga butuh waktu dan proses yang panjang untuk sekedar mendapatkan jawaban dari persoalan yang dihadapi. Dan tiap prosesnya seringkali aku sering lupa sebagai manusia. Tapi akhirnya Tuhan selalu hadir, selalu ada, dan selalu dekat.


Tulisan ini sebenernya hanya tumpahan dari sebuah keresahan, jadi aku sendiri nggak tau temanya apa. Aku hanya mengetikkan tiap kata dari pikiran dan hati yang sedang ingin berbicara. Aku kayak lagi mengurai benang kusut lewat tulisan. Karena kalo hanya dipikirkan rasanya nggak bisa terurai.


Satu hal yang sedang aku rasain saat ini, aku sedang merasakan kepedulian yang sangat besar terhadap sesuatu. Kepedulian yang cenderung menjadi keinginan akan hal tersebut terwujud sesuai yang aku ingini. Dengan segala hal bertentangan yang menghadang pula. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku jarang merangkai do’a dalam kata, tapi aku melakukan segala cara, segala effort terbaik, dan segala kegagalan yang aku dapati juga.


Aku mempertanyakan pada Tuhan, apa maksud dari ini semua? Apa yang sebenarnya harus aku lakukan? Jika aku harus nggak ngelakuin apapun, kenapa hati ini terusik dengan suatu keadaan yang aku sendiri nggak tau sebagai apa harus berperan? Tapi jika aku mau ngelakuin sesuatu, kenapa banyak hal lain yang harus dikorbankan? Aku mungkin bisa saja mengorbankan diriku, tapi aku nggak akan bisa mengorbankan orang lain.


Setelah bergelut dengan kemelut, semesta memberikan satu demi satu petunjuk, waktu perlahan membisikkan jawaban. Ternyata nggak semua hal harus aku yang mengusahakan, ternyata nggak semua goals harus diraih dengan sukses. Ternyata segala hal yang terjadi disaat kita sedang berproses lah yang paling banyak pelajaran dan hikmahnya. Bisa mengambil pelajaran itu lah sebuah tujuan yang nyata dalam suatu perjalanan.


Semakin sadar bahwa aku harus bisa seimbang antara keinginan mencapai tujuan dengan kepasrahan pada Sang Pemilik, semakin kecil ambisiku untuk semata mengejar goals tersebut, semakin aku menikmati pelajaran yang bisa aku petik dari perjalanan memperjuangkannya, semakin inget kalo segalanya adalah milik Tuhan. Maka kalo kita sangat amat merindukan tujuan itu, mintalah pada Tuhan yang Maha Pemilik seisi semesta ini. Jadi sekarang ini, aku hanya mencoba menjalankan tugasku, dan menyerahkan hasilnya sesuai yang Tuhan mau.



Love,

Chely



Tentang Nenek, Sayur Sawi, dan Empat Puluh Satu Ribu



Biasanya aku nggak pengen terlalu mengangkat hal-hal bersifat agamis di tulisan blog. Karena aku hanyalah manusia biasa yang banyak khilafnya. Bukan alim ulama’ yang punya banyak ilmu dan memang sepantasnya berdakwah dengan segala keilmuannya. Hal-hal mengenai agama dan ibadah sangat bersifat privasi dan personal buatku. Aku membicarakannya dengan orang-orang tertentu aja. Tapi pengalaman kali ini pengen banget aku share ke kalian, karena banyak hikmah yang aku dapetin dari satu kejadian dan satu orang yang Tuhan kirim buat nemuin aku kemarin.


I’ll straight to the incident last night. Dalam perjalanan ke Blitar, sekitar jam 8 malem Zac bilang kebelet pipis. Jadi kami berhenti di Indomaret. Zac turun sama Abang sedangkan aku nunggu dimobil sendirian sambil dengerin musik. Dalam hati dan pikiranku sebenarnya banyak hal undescribable yang berkecamuk. Yang jelas bikin aku nggak banyak bicara selama perjalanan.


Tiba-tiba ada nenek tua yang ketuk-ketuk kaca mobil, aku kaget dan kayak bingung beberapa detik. I mean, aku kayak mikir dulu, what’s going on right now? Nenek ini seorang pengemis kah, atau modus kejahatan kah. Bener-bener nggak bisa nahan pemikiran buat self-defense ketika kita ngerasa lagi ditempat yang kita asing kan? Karena aku orangnya cukup waspada meski muka keliatan lempeng nggak yang panik gitu.


Terdengar suara samar-samar nenek itu dalam bahasa krama (jawa halus), lalu aku buka sedikit pintu mobilku. Si nenek ternyata membawa beberapa ikat sayur sawi yang masih seger, dia bilang dalam bahasa krama, “Bu ini lima ribu aja dapet 3 ikat”. Dengan hati yang lebih lega aku mencari uang didompetku yang ternyata nggak ada pecahan kecil.


Masih kebingungan antara nunggu abang keluar atau gimana, si nenek menambah beberapa ikat sawi lagi sambil bilang “ini semua sembilan ribu aja Bu, udah terakhir ini habis”. Aku antara nggak bisa nolak karena kasihan liat nenek, juga nggak terlalu bisa menjawab dengan bahasa krama, mutusin buat ngasih selembar uang lima puluh ribu dan cuman bisa bilang, “ini bu dibawa aja, sampun, dibawa aja bu”.


Nenek itu nerima uangnya dan jalan ke arah pintu masuk Indomaret sambil badannya terbungkuk, kayaknya nenek mengalami osteoporosis atau kelainan tulang yang bikin badannya nggak bisa tegak. Aku mandangin nanar dengan hati sedih, setua itu masih bekerja keras jualan sayur sampe jam 8 malem. Sempet aku fotoin dari dalem mobil nenek tua berbaju hijau itu sambil dalam hati mendoakan kebaikan buat beliau.


Aku kira nenek itu mau membeli sesuatu di indomaret. Ternyata dia mau tukerin uang lima puluh ribu itu jadi pecahan. Aku bisa nebak dari kejauhan dan disitu hatiku mencelos, aku bisa tau beliau mau kasih uang kembalian ke aku. Bener aja si nenek jalan nyamperin mobilku, dari dalem mobil aku udah beruraian air mata. Nenek ngetok-ngetok jendela lagi dan nyerahin uang empat puluh ribu setelah aku buka pintu. “sampun bu, sampun..” (sudah bu, sudah..), tapi nenek bersikeras ngasih uang itu dan aku terima sambil udah nggak bisa apa-apa rasanya selain nangis. Aku tutup pintu lagi dan makin sesenggukan.


Ngeliat nenek jalan menjauh, ternyata dia bawa sepeda tapi cuman buat dituntun. Sepedanya ada keranjang buat tempat sayur-sayur yang udah kosong saat itu. Liat nenek yang kayak nyari sesuatu di keranjangnya, terus beliau jalan kearah mobilku lagi. Aku cepet-cepet hapus air mata dan beliau buka pintu mobilku, Cuma demi ngasih uang koin seribu rupiah! Seribu perak! Sekelebat aku inget beliau tadi bilang semua sawi yang aku beliau hargai sembilan ribu rupiah. Ya Allah.. menjerit hatiku rasanya.. Allah.. Allah.. Masya Allah.. nggak tertahankan lagi rasanya banjir air mata dan makin sesenggukan..
(ToT)
(ToT)
(ToT)


Abang dan Zac bingung ketika balik mendapatiku yang nangis sesenggukan didalem mobil. Dikiranya aku habis dirampok atau kenapa karena uang kembalian dari nenek berceceran dibawah, tapi kok tiba-tiba ada sayur sawi segebok juga. Aku cerita sambil nangis kayak balita, abang nenangin sambil kusuk-kusuk kepalaku. Yaudah kita doain yang baik-baik aja buat nenek, katanya.


Lanjut perjalanan aku belum bisa langsung move on, masih campur aduk rasanya kejadian itu. Masih nangis-nangis sambil nyebutin betapa hebatnya nenek tua itu. Aku ngerasa kecil dan nggak ada apa-apanya. Dalam hati ngerasa malu banget.. banyak pelajaran yang aku dapet dari kejadian singkat tentang nenek tua, sayur sawi, dan kembalian uang empat puluh satu ribu rupiah.


Betapa dalam sepuluh menit, nenek itu udah mengajarkan sebuah kejujuran, ketabahan, kekuatan, qana’ah (merasa cukup). Beliau nggak menjual rasa kasihan orang-orang, kerja keras menjual sayur sampe jam 8 malam dengan kondisi yang berdiri tegak aja nggak bisa, dan merasa cukup dengan apa yang didapatkan. Beliau bekerja dengan niat mendapat imbalan yang sesuai dari apa yang ia kerjakan. Rasanya, ilmu nenek ini sudah menjulang ke langit, mungkin para penduduk langit pun sudah mengenal beliau.


Aku nggak akan pernah ngelupain kejadian ini, aku bersyukur bisa  berkesempatan dapetin hikmah ini. Karena aku yakin nggak ada yang kebetulan, Tuhan sudah menggariskan segalanya yang terjadi pasti terjadi. Semoga nenek selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin yaa robbal ‘alamin..



Love,

Chely