Rabu, 06 Mei 2020

MY OWN BATTLE




FYI, ini draft dari bulan Desember 2019 belum kesentuh lagi. Karena emang hari-hari setelah itu kayak full banget. Sampe rasanya seringkali harus nyari-nyari distraksi untuk "escape" barang sebentar demi menjaga kewarasan. Sekarang ini dibilang udah selesai juga belum bisa, karena efek dominonya masih terasa. Tapi karena ini konteksnya hanya membahas soal pengalaman trauma masa kecilku yang bisa dibilang sudah bisa terlewati, so.. here we go.


Sebelumnya aku pernah menulis tentang pergolakan ku melawan trauma masa kecil. Aku sudah mencoba untuk memaafkan hal-hal pahit yang mempengaruhi kehidupanku setelah menikah dan punya anak. Dan ternyata bagiku, sebuah validasi sangat lah berarti.

Sebelum lanjut bisa baca ini dulu : Trauma masa kecilku


Sekitar 2 minggu lalu aku tertimpa musibah terbesar dalam hidupku. ter-BESAR, selama 25 tahun aku hidup. Yang aku ga pernah sangka bisa terjadi dihidupku yang aku tata sebaik mungkin, karena emang masalah ini nggak dateng dari aku pribadi. But I have to do responsible with it. Like I REALLY have to. Dan aku ga bisa menceritakan masalahnya, karena selain masalahnya belum selesai, aku juga belum memutuskan dan menemukan manfaatnya kalaupun aku buka disini.


Long story short, karena ada masalah ini akhirnya aku speak up tentang uneg-uneg yang terpendam sejak lama ke ortu. For the first time. Aku yang selama ini mencoba mengubur rasa sakit, rasa tidak terima, tiba-tiba menunjukkan segala luka terdalamku. Bahwa aku masih merasakan sakit itu, bahwa aku ingin mengatakan inilah aku yang sesungguhnya, inilah aku yang tidak mau di doktrin, inilah aku yang punya cara pandang yang berbeda, inilah aku yang tidak bisa menerima perlakuan tidak baik, inilah aku yang menuntut perlakuan yang aku harapkan, inilah diriku yang bisa merasa sedih, lemah, menangis, terpuruk. Inilah diriku seutuhnya yang ingin didengar.


Awalnya ortuku alot, mereka tidak benar-benar mendengarkan. Mereka hanya kekeuh dengan prinsip bahwa ortu tidak pernah berniat buruk kepada anaknya. Tujuan mereka baik. Hell I know that. I fuckn now that. Tapi itu tidak bisa menjadikan alasan pembenaran atas perlakuan dan sikap yang salah.

Karena terlanjur ungkapin, aku berusaha untuk tidak mempersulit keadaan yang sudah sulit. Aku tau mereka kaget kenapa aku malah ngungkapin hal ini ditengah masalah besar saat itu. Aku bilang kalau aku cuma pengen didengar. Aku pengen mereka tau apa yang aku rasain. Karena selama ini aku selalu mengikuti apa yang ortuku bilang tanpa membantah hanya karena takut menghadapi konflik, takut dibilang anak durhaka, takut dicap anak yang suka ngelawan, takut ortuku tersakiti karena aku mengemukakan pendapatku yang berbeda.


That was so totally emotional for me. Ungkapin hal-hal yang sudah lama terpendam sangat menguras emosiku. Ibuk cuma bisa telungkup di sofa sambil nangis, bapak diem nunduk sambil berusaha mendengar dan mencerna semua yang aku ungkapin. Aku mengeluarkan segala sisi kelemahanku, menangis, memeluk Bapak dan bisikin sambil sesenggukan, "Kapan terakhir kali Bapak tau, nanya gimana perasaan Seli? Seli bisa nangis pak, Seli nggak selalu kuat, Seli nggak selalu pengen nurut,  Seli keras kepala, Seli selalu punya pendapat sendiri, Seli kangen digendong Bapak, Seli sayang Bapak" Dan pecah.. Tangisanku sakit banget dihati rasanya.


Bertahun-tahun pelukan hanya sebagai syarat momen halal bihalal saat lebaran, nggak ada feelnya. Akhirnya pelukanku dibalas dengan tangan bapak yang mengelus kepala dan punggungku, sangat terasa perasaan rikuh, sakit, dan hangat lebur jadi satu. Bapak bilang, "Bapak tau.. Bapak juga sayang Seli. Bapak nangis pas tahajud malam sebelum Seli Akad nikah. Tanggungjawab Bapak diambil Yockie suamimu. Bapak merasa kehilangan. Maaf kalau Bapak banyak salah sama Seli.."


Kalimat penutup yang seakan meruntuhkan The Great Barrier Wall dalam diriku. Cukup dengan satu permintaan maaf yang mewakilkan diri jadi penyembuh segala luka yang menjadi trauma menahun. Yang menciptakan jarak antara aku dan orang tuaku, yang membuat aku tidak betah tinggal dirumah. Dan memang privilege kayak gini aku dapat dengan cara  yang nggak mudah juga. Aku bisa menyelesaikan masalah dengan orang tua ku melalui datangnya masalah kebangkrutan terbesar. Harus tetap bisa mensyukuri hal baik dalam setiap hal buruk yang terjadi. Aku percaya hikmah selalu ada.



Disini aku cuman berniat sharing pengalamanku, aku yakin banyak sekali yang juga punya pengalaman yang sama, ada yang kadarnya lebih ringan dan bahkan lebih berat dari  yang aku alami. Setiap orang juga punya jalan berbeda dalam menghadapi trauma masing-masing. Mungkin ada yang akhirnya bisa menyembuhkan traumanya dengan melakukan sesuatu dan dapet kesempatan kayak aku, mungkin juga ada yang nggak punya kesempatan untuk speak up, yang jelas.. kita nggak boleh mengecilkan apa yang orang lain hadapi. We never know what other people are dealing with and how it feels.


Yang jelas, aku sebagai seseorang yang juga pernah punya pengalaman traumatis ingin selalu merangkul semua orang yang punya pengalaman yang sama. Kalian pasti punya cara tersendiri untuk terus tumbuh dan memotong rantai trauma itu. Kalian nggak akan membiarkan rasa sakit masa lalu mempengaruhi hidup kalian dimasa depan. Kalian nggak akan meneruskan perlakuan buruk yang kalian pernah terima kepada anak-anak yang berhak punya potensi kehidupan yang lebih baik. Semoga kalian selalu menemukan diri kalian lagi dan lagi, meski harus melawan rasa trauma itu setiap hari. Jangan menyerah ya.. Janji?



Love,


Chely

Rabu, 04 Maret 2020

The Man Who Can't Be Moved -- Lagu Patah Hati yang Bikin Semangat




Kepala tuing-tuing hari ini.. banyak sampah yang harus ditulis tapi males memprosesnya jadi tulisan.. butuh yang receh-receh dan cheer up my mood. So I make a cup of coffee and play spotify : The man who can’t be moved – The Script. Karena lagunya bikin aku semangat. Why tho?

Sebenernya lagu ini  tentang orang yang more likely broken but not fall apart. Gimana tuh? 

Seorang yang patah hati tapi nggak hancur berantakan. No way.. Siapa sih dari yang baca post ini belum pernah patah hati? Apa kalian bisa seoptimis lagu ini? Aku nggak tau juga sih lagu ini tercipta dari pengalaman nyata atau saking jagonya songwriter nya bikin lagu.

Karena kalo kalian belum pernah denger lagunya, baca liriknya kayak simple banget. Nggak yang bahasa puitis, lebih ke cerita aja. Biasanya aku nggak terlalu suka lagu yang liriknya asal (((ngecemes))) doang. Karena ya kayak kurang indah aja pas didengerin. Tapi ini selera ya.. sangat sah untuk punya selera yang berbeda. Tapi pertama kali denger lagu ini kayak (((clesss clesss clesss)))

Ampun dah banyak amat istilah spontan yang sukar di KBBI kan >.<

Lirik, nada dan tempo lagunya, kayak dengerin orang cerita dan ceritanya langsung nyampe aja ke hatiku. Kayak denger orang patah hati lagi cerita tapi nggak yang termehek-mehek. Malah bikin optimis. Malah nambah semangat. Malah wanna say “U def a great man evaa!”. Dapet banget energi positifnya ketika ada orang patah hati yang optimis sama perasaannya. 

Bukan optimis yang The Girl harus kembali sama dia, harus bales perasaannya, harus tau seberapa menderitanya The Man karena ditinggal The Girl. Tanpa menuntut apa-apa sama The Girl, The Man ini ngikutin aja perasaannya. Losss gak rewel katanya. Hehehe

Nggak bisa diketahui juga apa yang bikin The Girl pergi karena nggak ada juga di lirik lagunya, lebih fokus bercerita tentang seorang yang patah hati karena ditinggalin wanita yang dicintainya,  Tapi The Man masih mencintai The Girl dan nggak bisa move on sampe sekarang. So dia nunjukin ke dunia tentang perasaannya dengan have been waiting in the first place they met. Biar semesta yang nyampein perasaannya ke The Girl karena dia pun nggak tau dimana The Girl berada. 

Awwww.. that’s so melt my heaarrtttt

Too cute to a man to do that, right? This song remains me to a child’s heart. Tulus, nyata, jujur, apa adanya.. They cry when they sad, they tell what they feel, they do what they want to do, they love when they love. So pure..

Buat yang belum tau lagunya coba play sambil baca liriknya ya. Ini aku copy paste google doang jadi mungkin translate nya pun belepotan harap maklum sodara sodara..



The Man Who Can't Be Moved - The Script

Kembali ke sudut tempat saya pertama kali melihat Anda

Going back to the corner where I first saw you

Akan berkemah di kantong tidur saya, saya tidak akan bergerak
Gonna camp in my sleeping bag I'm not gonna move

Ada beberapa kata di karton, ada fotomu di tanganku
Got some words on cardboard, got your picture in my hand

Mengatakan, "Jika kamu melihat gadis ini, bisakah kamu memberitahunya di mana aku?"
Saying, "If you see this girl can you tell her where I am?"

Beberapa mencoba memberikan saya uang, mereka tidak mengerti

Some try to hand me money, they don't understand

Saya tidak hancur. Saya hanya orang yang patah hati
I'm not broke I'm just a broken hearted man

Saya tahu itu tidak masuk akal tetapi apa lagi yang bisa saya lakukan
I know it makes no sense but what else can I do

Bagaimana saya bisa pindah ketika saya masih mencintai Anda
How can I move on when I'm still in love with you

Karena jika suatu hari kamu bangun dan menemukan bahwa kamu merindukanku

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me

Dan hatimu mulai bertanya-tanya di mana aku bisa berada di bumi ini
And your heart starts to wonder where on this earth I could be

Berpikir mungkin Anda akan kembali ke sini ke tempat yang akan kita temui
Thinkin' maybe you'll come back here to the place that we'd meet

Dan Anda akan melihat saya menunggu Anda di sudut jalan kami
And you'll see me waiting for you on our corner of the street

Jadi saya tidak bergerak, saya tidak bergerak
So I'm not moving, I'm not moving

Polisi berkata, "Nak, kamu tidak bisa tinggal di sini"

Policeman says, "Son you can't stay here"

Saya berkata, "Ada seseorang yang saya tunggu jika itu sehari, sebulan, setahun"
I said, "There's someone I'm waiting for if it's a day, a month, a year"

Harus berdiri di tanah saya bahkan jika hujan atau salju
Gotta stand my ground even if it rains or snows

Jika dia berubah pikiran, ini adalah tempat pertama yang akan dia tuju
If she changes her mind this is the first place she will go

Karena jika suatu hari kamu bangun dan menemukan bahwa kamu merindukanku

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me

Dan hatimu mulai bertanya-tanya di mana aku bisa berada di bumi ini
And your heart starts to wonder where on this earth I could be

Berpikir mungkin kamu akan kembali ke sini ke tempat yang akan kita temui
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet

Dan Anda akan melihat saya menunggu Anda di sudut jalan kami
And you'll see me waiting for you on our corner of the street

Jadi saya tidak bergerak, saya tidak bergerak
So I'm not moving, I'm not moving

Saya tidak bergerak, saya tidak bergerak
I'm not moving, I'm not moving

Orang-orang berbicara tentang pria yang sedang menunggu seorang gadis

People talk about the guy that's waiting on a girl

Tidak ada lubang di sepatunya tetapi lubang besar di dunianya
There are no holes in his shoes but a big hole in his world

Mungkin aku akan menjadi terkenal sebagai pria yang tidak bisa dipindahkan

Maybe I'll get famous as the man who can't be moved

Mungkin Anda tidak bermaksud jahat tetapi Anda akan melihat saya di berita
Maybe you won't mean to but you'll see me on the news

Dan Anda akan berlari ke sudut
And you'll come running to the corner

Karena kamu akan tahu itu hanya untuk kamu
'Cause you'll know it's just for you

Saya orang yang tidak bisa dipindahkan
I'm the man who can't be moved

Saya orang yang tidak bisa dipindahkan
I'm the man who can't be moved

Karena jika suatu hari Anda bangun dan mendapati bahwa Anda merindukan saya (ternyata Anda merindukan saya)

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me (find that you're missing me)

Dan hatimu mulai bertanya-tanya di mana aku di bumi ini (di mana aku berada di bumi ini)
And your heart starts to wonder where on this earth I could be (where on this earth I could be)

Berpikir mungkin Anda akan kembali ke sini ke tempat yang akan kami temui (ke tempat yang akan kami temui)
Thinkin' maybe you'll come back here to the place that we'd meet (to the place that we'd meet)

Dan Anda akan melihat saya menunggu Anda di sudut jalan kami
And you'll see me waiting for you on our corner of the street

Karena jika suatu hari kamu bangun dan menemukan bahwa kamu merindukanku

'cause if one day you wake up and find that you're missing me

(Aku tidak bergerak) dan hatimu mulai bertanya-tanya di mana aku bisa berada di bumi ini
(I'm not moving) and your heart starts to wonder where on this earth I could be

(Aku tidak bergerak) berpikir mungkin kamu akan kembali ke sini ke tempat yang akan kita temui
(I'm not moving) thinkin' maybe you'll come back here to the place that we'd meet

(Saya tidak bergerak) dan Anda akan melihat saya menunggu Anda di sudut jalan kami
(I'm not moving) and you'll see me waiting for you on our corner of the street

Kembali ke sudut tempat saya pertama kali melihat Anda

Going back to the corner where I first saw you

Akan berkemah di kantong tidur saya, saya tidak akan bergerak
Gonna camp in my sleeping bag I'm not gonna move




DANG!
How’s your feeling? Patah hati nggak melulu tentang cinta doang, Hidup kadang juga bisa bikin kita patah hati kan. Semoga bisa bikin kalian semangat dan optimis juga yaa.
Kalo kalian ada referensi lagu yang personally bisa bikin semangat please kasih tau aku di kolom komen, aku pasti coba dengerin juga. Atau kalian pengen aku kasih tau lagi lagu-lagu lain yang berpengaruh juga buat aku? Tell me!



Love,

Chely


Jumat, 21 Februari 2020

TAK PERLU TAHU SEGALANYA UNTUK BISA MENGERTI





Setiap orang punya fase up and down masing-masing. Sejak pertengahan tahun lalu sampai saat ini aku sedang dititik bawah, terbawah, dalam hidupku 26 tahun ini. Aku tau ini akan berakhir, aku akan mendaki lagi keatas perlahan tapi pasti. Walaupun aku nggak tau kapan itu, aku hanya yakin dengan tuhan, dengan Allahku.


Mengeluh? nggak sempet.
Nggak sempet dilakukan tapi dalam hati pasti sering ngeluh sama tuhan. Dibalik wajahku yang cuek bebek, nge-flat, mungkin juga sering terlihat bahagia dan baik-baik saja, aku juga punya sisi paradoks. Aku punya kekhawatiran tentang hal yang diluar kendaliku karena aku terbiasa merencanakan segala hal secara matang. Orang-orang terdekat bilang aku selalu terlihat tenang dan stabil.

Sampe bikin status WA cuma emot sedih aja langsung pada nanggepin, "Ada apa?", "R u ok?", "kamu tidak biasanya seperti ini..",  Aku bersyukur untuk itu. Untuk bisa terlihat tegar. Tapi aku juga sama seperti orang lain. Aku ingin dimengerti. Seperti aku selalu berusaha mengerti kondisi yang mungkin tidak aku ketahui dibalik apa yang terlihat dari seseorang.


Banyak banget contoh mencoba mengerti orang lain tanpa tahu apa yang tidak terlihat didepan mata kita. Kita cuma butuh lebih peka dengan hal-hal yang perlu kita rasain. Caranya? dengan berpikir lebih panjang aja sebelum bersikap, bereaksi, dan melakukan sesuatu. Dengan mencoba berada di posisi orang tersebut terlebih dahulu. Dan aku melatih ini setiap saat. Disetiap kejadian sehari-hari.


Misalnya kemarin, ada anak kecil kelas 2 SD dateng ke kantor nawarin obat pembersih lantai di botol yang ditempelin stiker ala kadarnya. Dari warna dan aromanya aku tau banget itu sunlight yang ditambahin air. Dijual 5000 rupiah per botol. Diluar rasa iba ku sama anak sekecil ini yang disuruh jualan sama orang tuanya, ada rasa jengkel juga kenapa orang tuanya ngajarin anak ini nipu orang sih. Pasti juga ortunya ngandalin rasa iba dari orang-orang biar beli.


Temen-temen kantor juga pada skeptis. Tapi aku coba mengerti bahwa mungkin aja keluarganya lagi ketimpa musibah yang aku belum tau, dan terpaksa menjual itu. Karena aku nggak bisa nanya lebih lanjut dibalik semua itu, yaudah aku beli aja 1 botol sebagai tanda aku peduli sama anak ini. Aku berusaha nggak terlalu mengurus sesuatu yang nggak aku bener-bener pahami. Toh aku juga belum tentu punya solusi buat mereka, jadi nggak berani melangkah terlalu jauh juga untuk komentarin. Dalam hati sepintas ya doain aja semoga anak itu tumbuh jadi orang baik, sukses, dan bisa membantu keluarganya dijalan yang benar.


Beberapa hari yang lalu, pagiku diawali dengan hal-hal buruk. Berangkat kerja aku berusaha stabil, menjaga mood, dan profesional. Ternyata ada client nyebelin dong pagi-pagi. Marah-marah lewat telepon gegara aku tagih pelunasan proyeknya. Padahal aku ngomong juga baik-baik, justru beliau yang udah menunda pembayaran 2 minggu. Ga mau ngasih bukti transfer pula, aku disuruh ngecek mutasi sendiri.
Lhah? iya klo gua owner yg pegang rekeningnya perusahaan gitu. Ga perlu aku jelasin lah tugasku apa aja, dalam sepersekian detik sempet naik darah ke kepala, langsung coba Inhale.. Exhale.. fiuh..


Lagi-lagi mencoba mengerti, mungkin yang paginya buruk bukan aku aja, mungkin pagi si client ini juga buruk, yauda sih aku sabarin aja, toh tujuanku udah tercapai buat dapet informasi kalo beliau udah transfer, meskipun ga mau kasih bukti transfer yaudah lah aku jelasin ke bos aja biar di cek. Tetep menjaga nada suara stabil, dan bilang terimakasih. Tut tut tut. ditutup bok teleponnya.
It's ok chel.. kamu daebak! Sangat profesional dan bijaksana!
Tepuk tangan sodara-sodara. prok prok prok!!!


Dalam hati sering berharap banget kalo orang itu bisa menjaga sikapnya ke aku. Karena kebanyakan orang itu bisa segan dan jaga sikap kalo orang itu terlihat kesusahannya. Misal kita liat pengemis dijalan minta uang, kalopun nolak ngasih pasti kan dengan cara yang sopan dan sewajarnya, nggak yang tiba-tiba neriakin ngusir gitu. Karena kita tau dia susah, nggak punya apa-apa. Nah coba kalo orang yang keliatan baik-baik aja kayak aku, baju bersih, ya keliatan habis mandi, makan makanan bergizi dan imunisasi, punya kerjaan, punya tempat tinggal meski ngontrak, punya kendaraan meski nyicil, rasanya ngeliat aku kayak nggak punya masalah hidup yang berat aja. Terus bersikap seenaknya aja buat nambah-nambahin hal buruk dihariku.


Mbok ya jangan gitu toh..
Kalian kan nggak tau mungkin aja orang kaya yang tinggalnya di apartemen mahal ternyata umurnya divonis dokter tinggal 3 bulan. Liat ibu sosialita cantik, perawatannya mahal, tasnya bagus, punya restoran, ternyata anak satu-satunya korban kecelakaan tabrak lari. Liat keluarga yang langgeng bertahun-tahun ternyata suaminya punya simpenan cowok lain.
Dang! Life isn't that easy, babe.


Jadi intinya ya udah jelas di judul postingan ini. Aku butuh kamu.. untuk tidak perlu menunggu tau untuk mengerti.
Kalian juga pernah ngalamin hal kayak gini kan? Let me now if I am not alone.



Love,


Chely

Senin, 27 Januari 2020

TANTRUM



Apasih yang paling sering bikin kita bertengkar dengan pasangan? Kalo pengalamanku sih karena lagi sama-sama capek. Capek fisik maupun psikis berpengaruh banget loh sama cara kita bersikap. Nah karena capek itu hal yang wajar, jangan sampe kita nyesel ya karena menyikapi sesuatu dengan cara yang salah. Jadi jangan cuma meyakini bahwa capek itu hal yang wajar, tapi cari juga cara buat antisipasi ketika kita lagi capek dan harus  menghadapi kondisi yang butuh kewarasan diri.


Beberapa hari ini Zac lagi kumat-kumat lagi fase threenager nya. Nangis-nangis drama minta dipakein lagi baju  yang basah, minta ke rumah ibuku pas udah jamnya tidur buat ngulur-ngulur waktu doang (FYI aku tetanggaan sama rumah ibuku tapi pas itu udah jam 10 malem keatas dan Zac punya rules yang udah disepakati sama dia bahwa jam 10 harus udah didalem kamar entah itu mau ngobrol-ngobrol, baca buku atau aktifitas apapun sebelum tidur), pokoknya hari-hari diisi dengan tangisan memble karena hal-hal random yang diminta Zac.

Ceritanya sebut aja hari ke-1 ini aku dan abang sama-sama pulang kerja dan Zac menyambut dengan rewelnya. Nangis kenceng sambil berulang kali bilang kerandoman yang dia pengen. Terus aku cuma duduk didepan dia nungguin dia nangis dan bilang, “nggak semua yang Zac pengen harus mama turutin”, dengan nada yang datar dan tegas. Disaat itu abang yang nggak ikut handle Zac malah ikut ngomelin Zac “Doh Berisikkkk!!!”, mulai sadar bayi gede ikut rewel akhirnya abang aku suruh keluar rumah dulu aja biar daripada aku kewalahan dan ikut rewel juga.

Sedangkan Zac makin nangis ngulang-ngulang lagi pengennya dia, dan aku pun juga ngulang lagi bilang bahwa nggak semua yang dia mau harus mama turutin, kalo Zac kecewa silahkan menangis, kalo Zac mau peluk mama akan peluk, kalo Zac mau sendirian dulu silahkan nangis dikamar. Alhasil aku disuruh keluar dari kamar sama Zac sambil nangis-nangis kek sinetron. Sebelum nutup pintu kamar aku bilang sekali lagi “mama tunggu Zac didepan kalo nangisnya udah selesai”.

Aku dengerin sayup-sayup Zac nangis sambil ngomel ga jelas kedengerannya. Dan beberapa saat kemudian dia keluar kamar minta pangku aku. Kebetulan aku nunggu dia diluar kamar sambil nonton TV dan ada magic show, langsung aja aku alihkan perhatiannya ke TV, “wow Zac liat deh ada sulap keren banget, wahhh uangnya bisa hilang!” dengan ekspresi dan intonasi yang agak hiperbola. Dan berhasil. Dia nimbrung aja seperti nggak terjadi apa-apa sebelumnya. Meh.

Setelah nidurin Zac aku ajak abang ngobrol dong (dan  sedikit ngomel! Ehe..)
Jangan ikutan rewel kalo Zac lagi rewel, toh tadi aku yang handle karena kebetulan secara psikis aku lagi adem jadi bisa menyikapi dengan waras. Klo merasa berisik yaudah keluar rumah dulu, jaga jarak dulu, tapi ya ga perlu lama-lama dan kejauhan juga perginya, inget kalo ini anak tanggungjawab berdua, harus bisa saling bantu dan sama-sama dampingin dia. Ya karena siapa lagi yang paling bertanggungjawab, yang harus bisa ngertiin, kalo bukan kita orang tuanya. Masa kita yang udah hidup puluhan tahun mau minta dingertiin sama anak batita? Dan syukurnya obrolan saat itu bisa masuk ke abang. Jadi dia sadar dan minta maaf saat itu juga sama aku dan Zac.

Nah sekarang cerita hari ke-2 nih. Ceritanya aku pulang telat karena harus ketemu temen dulu, ada masalah yang harus dibahas. Pulang-pulang ditinggal tidur duluan sm abang, sekitar jam setengah 10 malem. Si Zac tetiba kumat rewel lagi nih. Nangis kenceng banget dirumah ibuku sampe kedengeran dari rumahku. Aku samperin lah, what’s going on.. Zac gamau digantiin baju tidur, maunya pake baju yang basah tadi. Aku coba bujuk baik-baik malah ngamuk dianya. Akhirnya aku gendong aja pulang kerumah sambil sekomplek keberisikan denger dia teriak nangis malem-malem. Karena susah banget kalo mau ambil sikap dirumah ibuku, yang ada makin ribet. U know lah..

Dirumah aku bawa Zac masuk kekamar biar nangisnya nggak ganggu tetangga. Abang kebangun dong. Aku saat itu ngerasa exhausted banget banget! Karena banyak banget masalah hari itu, ditambah pulang-pulang pengen curcol malah suami tidur, nggak sanggup mau ngadepin Zac dengan hati yang lapang. Udah penuh sesak euy toxicnya hari itu. Akhirnya abang yang handle Zac. Dan aku? Nangis dong dikamar. Huhuw ~

Nangis sambil dalem hati ngobrol sama Tuhan. Ya Tuhan.. ini ono ini ono obladi oblada bla bla bla.. mayan lama, 10-15 menit abang masuk dan nanya aku kenapa. Aku jawab nggak apa-apa. Karena ya emang udah agak legaan aja abis nangis dan curhat sama Tuhan. Tapi belum pengen ngebahas masalah hari itu. Sedangkan abang malah kayak sensi gitu makin nyerocos nanya dan bahas masalah dengan bahasa yang nggak ngademin banget. Malah nangis lagi lah aku woy. Etdah.

Terus Abang mulai emosi dan keluar, Zac tau aku nangis dan dia nanyain dengan lembuuuuuutt banget, mama kenapa kok nangis, terus dia minta maaf aja gitu tiba-tiba soalnya tadi udah rewel gamau ganti baju bobo. Wow sungguh rendah hati sekali Zac, dia kayak ngerasa bersalah gitu karena merasa ikut andil dalam bikin aku nangis. Terus dia usap-usap rambut sama pipiku, nenangin aku sambil hapus air mataku, dan natap aku dengan pandangan yang Wow begitu lembut bangetttt. Emang bener anak kecil itu sama dengan orang dewasa. Mereka mengerti.

Akhirnya aku mulai tenang dan dianter Zac wudhu buat sholat isya, dia juga ambilin aku minum sama selimut, wow wow wow. Daebak! Bangganya aku. Ngerasa berhasil jadi seorang ibu ketika anak bisa merawat kita dengan baik. Huhuhu terharuu.

Long story short aku tidur sama Zac dan abang tidur sendiri. Besok paginya when I feel better aku nyamperin abang dan peluk dia. Dia nyambut aku dan minta maaf. Aku jelasin permasalahan yang aku hadapin kemarin ke dia, kenapa aku saat itu ga bisa handle Zac as good as before, kenapa aku kemarin belum mau jelasin masalahnya, jadi ada saatnya aku pengen bahas masalah, ada saatnya aku pengen Cuma dipeluk, ada saatnya aku Cuma pengen ditanya “apa yang kamu rasain sekarang” bukannya “apa masalahmu”, dan kita baikan nah.. dan begitu Zac bangun langsung aku kasih tau juga kalo Ayah dan Mama udah baikan. aku tunjukin kalo kita udah sayang-sayangan lagi. Dan aku bilang terimakasih karena Zac udah nenangin mama kemarin.

Jadi apa nih intinya? Haha
Yah gitu. Jangan sampe masalah kita jadi pemakluman diri atas pelampiasan ke anak maupun pasangan. Harus punya alert sendiri atas apa yang sedang terjadi sama diri kita, eh gue lagi BT karena ini nih, eh gue lagi capek karena itu, jadi mending gue gini dulu deh biar anak / pasangan kita nggak kena pelampiasan. Dan baiknya udah komunikasiin ini jauh-jauh hari sebelum terjadi. Bahkan kadang emang harus mengulang kesalahan beberapa kali, namanya juga manusia kadang suka lupa. Yaudah nggak apa-apa belajar lagi. Tapi jangan sering-sering atuh, masa iya hari ini udah belajar besok udah lupa, setahun sekali kek.




Love,


Chely

Selasa, 14 Januari 2020

SELF-ACCEPTANCE





Salah satu alasan kenapa aku harus punya waktu untuk menyendiri adalah karena aku butuh mengobrol dengan diriku sendiri. Bisa dibilang proses introspeksi diri. Dan seseorang butuh suasana hening dan sendiri kan untuk bisa melakukan self-talk? Nggak ada waktu yang sengaja dijadwalkan sih. Kapanpun aku punya waktu sendirian pasti aku bisa nikmatin banget. Bahkan kalo aku berniat merencanakan sesuatu aku sering menumpahkan pikiranku ke dalam catatan. Misalkan aku lagi pengen bikin resolusi, atau parenting yang mau aku terapkan buat Zac, atau hal-hal yang pengen aku bahas sama abang tentang our marriage. Banyak hal lah.

Self-talk ini juga berpengaruh banget dengan caraku menghadapi masalah apapun. Misal aku lagi ada perselisihan alot sama abang, yang bikin perdebatan nggak menemukan jalan tengahnya. Aku pasti milih buat masing-masing saling berpikir dulu. Menganalisa apa inti masalahnya, apa tujuannya, apa yang diperdebatkan, apa yang dikorbankan untuk bisa kompromi. Kalo lagi gini kan aku berdebat dengan diriku sendiri, melawan egoku, melawan rasa penolakan diri untuk legowo. Karena aku dan abang sama-sama orang  yang berprinsip kuat. Jadi aku harus punya data yang kuat pula untuk meruntuhkan prinsipku. Dan hasil dari self-talk ini adalah self-acceptance. Penerimaan diri atas segala keadaan, kekurangan, hal-hal yang nggak sesuai harapanku.

Dan ternyata proses self-talk dan self-acceptance ini belum semua orang terbiasa lakukan yah. Padahal buatku pribadi, itu adalah cara untuk menghadapi masalah secara objektif. Biar kita nggak saling menyalahkan, nggak sekedar nurutin ego. Ada beberapa orang yang menyelesaikan masalah dengan menganggap masalah itu nggak ada. Jadi bukannya dicari jalan keluarnya, tapi sekedar di “skip” aja. Padahal dengan begitu kan the problems are still left behind. Pasti akan terungkit, akan menumpuk, bahkan kayak bom waktu. Meledak disaat yang nggak tepat.

Baca : my 4th anniversary

Contoh terdekatnya ketika pasangan lupa hari anniversary, ketika pasangan asik main HP pas kita lagi repot butuh bantuan,  atau pasangan malah ketiduran dan lupa angkat jemuran.. “kamu tuh SELALU egois, SELALU aku yang ngalah”, “aku tuh capek DARI DULU kamu bohongin terus”, “aku tuh KURANG APA sama kamu?”, “kamu tuh NGGAK PERNAH ngertiin aku”,  familiar sama kalimat-kalimat ini? Kalimat yang keluar ketika masalah merembet dari inti masalah sebenernya. Karena kita nggak sadar menumpuk masalah dibelakang tanpa pernah diselesaikan. Dan akhirnya terungkit disaat masalah lain yang harusnya dibahas.

Baca : Perbedaan kecil dalam rumah tangga

Makanya penting banget buat punya alarm ketika ada sesuatu nggak beres, harus mau menyadari bahwa ini adalah masalah, sekecil apapun itu. Entah ketika kita ngerasa kurang apresiasi dari pasangan, ketika ada kebiasaan buruk pasangan yang nggak kita suka, atau ada hal yang kita harapkan dari pasangan. Semuanya harus dikomunikasikan untuk bisa kompromi. Karena gimana pasangan tau apa maunya kita kalo kita nggak pernah komunikasikan? Ini berlaku juga diluar hubungan kita sama pasangan, bisa juga antara kita dengan anak, dengan teman, orang tua pun.

Dan hubungannya sebuah masalah dengan self-acceptance adalah agar kita bisa mengambil keputusan jalan keluar seperti apa yang kita ambil. Karena hal yang paling sulit untuk dihadapi adalah melawan diri kita sendiri untuk kepentingan bersama. Kita harus bisa jujur dengan diri kita ketika kita melakukan kesalahan, dan ini susah banget kalo nggak kita latih. Perdebatan terjadi karena salah satu atau masing-masing saling melakukan pembenaran diri. Aku bisa ngomong gini bukan berarti aku udah expert ya, tapi aku juga masih belajar terus, masih sering salah pun, masih kasih kesempatan diri buat mencoba lagi memperbaiki diri, tapi proses mencari self-acceptance ini membantu banget buatku pribadi biar bisa lebih legowo dan jujur dengan diri sendiri.

Contohnya, aku yang punya trauma masa kecil yang berpengaruh banget setelah punya anak. Harus melewati proses panjang banget buat menyadari bahwa yang dilakukan Zac itu cerminan aku dan suami. Jadi ketika Zac nakal aku harus cari tau apa yang bikin Zac melakukan itu, ohh karena aku nemenin dia tapi pikiranku nggak beneran disitu sama Zac. Badanku ada dideket dia tapi pikiranku ke balesin WA meskipun soal kerjaan. Makanya Zac mencari perhatianku dengan nakal, biar perhatianku beralih dari HP ke dia. Ohh oke kalo gitu aku yang salah dong, harusnya kalo aku mau nemenin Zac main ya aku harus bener-bener main bareng dia, berekspresi yang seru, ngobrol dua arah tentang permainan itu. Harusnya aku bilang sama Zac kalo mau minta waktu bales WA sebentar terus taruh HP dan lanjut main lagi.

See? Beda banget ketika kita nggak bisa menyadari keadaan yang sebenarnya terjadi saat itu kan. Pasti kita marah kalo anak nakal padahal kita udah nemenin dia main. Malah jadi ngomel, menjudge / memberi cap nakal pada anak, bahkan bisa sampe menyakiti fisiknya (cubit, pukul, etc). Hanya karena kita nggak bisa memahami keadaan dan menerima kesalahan kita sendiri. Sayang banget kan kalo sampe hal itu membekas dihati anak.. huhuhuhuu.

Tapi ternyata ada juga yang mengecilkan rasa trauma orang lain. Yang merasa aku terlalu melebih-lebihkan kejadian masa kecilku. Ah gitu aja sakit hati, jaman dulu lebih parah, guru pukul pake penggaris gede, anak dididik keras itu biar kuat, anak dihukum fisik itu udah biasa. Itu adalah contoh orang yang nggak self-acceptance. Karena berarti dia nggak pernah merasa bersikap salah ke orang lain. Karena dia merasa disakiti secara fisik/psikis adalah hal biasa, otomatis dia juga terbiasa melakukan hal itu ke orang lain dan parahnya dia nggak pernah menyadari bahwa itu sebuah kesalahan. Artinya dia menyambung rantai kesalahan  atau melampiaskannya ke orang lain. Bukannya malah memutus rantai kesalahan tersebut.

Padahal kita hidup ini nggak ada sekolahnya, cara belajarnya ya dengan mengambil hikmah disetiap kejadian. Entah yang dialami sendiri ataupun orang lain. Jadi salah dan dosa itu manusiawi to, nggak apa-apa diakui saja. Karena langkah pertama kita sebelum berubah adalah menerima bahwa yang kita lakukan salah. Kalo kita nggak menyadari kita salah, kita nggak mungkin juga ambil langkah untuk berubah. Dan tentunya kita harus punya tujuan untuk menjadi lebih baik. Itu inti dari self-acceptance menurut aku.

To sum up, nggak apa-apa MELAKUKAN kesalahan, nggak apa-apa MERASA bersalah, nggak apa-apa MINTA MAAF, nggak apa-apa NGGAK TERLIHAT lebih baik dari orang lain, nggak apa-apa MENCOBA dari awal lagi. Jujur dengan diri sendiri dulu baru orang akan jujur dengan kita. Percaya aja kalo kita bisa menularkan virus kebaikan yang kita mulai dari diri kita sendiri.  Tanamkan jujur sama diri sendiri disegala hal, luangkan self-talk, temukan self-acceptance.


Love,

Chely