Kamis, 02 Januari 2020

DESEMBER KE-26





Setiap akhir tahun biasanya saya semangat untuk membuat resolusi tahun depan. Tapi akhir tahun ini saya jatuh sangat dalam. Dihantam masalah bertubi-tubi. Seperti buah kelapa. Terjatuh dari pohon, kulit luarnya dipotong dengan parang, dicabuti serabutnya, dibelah lagi batoknya, dikeluarkan airnya, diparut dagingnya, diperas santannya, dimasak ampasnya. Semua dalam diri saya dipaksa menghadapi banyak masalah yang datang bergantian dalam waktu yang berlanjut tanpa jeda. Seakan saya harus mengais saripati kesabaran saya hingga tetes terakhir. Saya dapat filosofi buah kelapa ini dari ceramah Aa’ Gym.

Bahkan untuk mengeluh rasanya tidak ada waktu. Sempat ada waktu dimana sisi manusiawi saya mempertanyakan apa yang sedang Allah persiapkan untuk saya, menangis dalam hati dengan memanggil pertolongan-Nya, meminta semua ini berhenti menimpa saya. Saya sangat lelah dan merasa penasaran apakah hanya saya yang mengalami masalah yang bagi saya sangat berat. Hal yang tidak terlalu saya perhitungkan sebelumnya. Masalah Ekonomi. Saya minus ratusan juta dalam waktu 1 tahun.

Saya adalah orang yang tidak pernah merasa kekurangan sejak kecil. Saya hidup dikeluarga sederhana. Suatu waktu saya hanya makan nasi dengan kerupuk, di lain waktu saya bisa makan gurami bakar. Saya bisa membeli baju rata-rata seharga 50 ribu, dilain waktu saya tidak bisa membeli seragam baru. Saya bersyukur dengan komputer pentium 4 yang lamban untuk mengerjakan tugas praktek sekolah disaat teman saya punya laptop. Saya tidak pernah menuntut beli buku cetak ketika saya terbiasa membaca buku fotocopy bolak- balik. Saya merasa senang berjalan kaki 2 km ke sekolah setiap hari demi tidak oper angkot. Saya merasa semuanya cukup.

Terbiasa dengan lifestyle yang standart saya rajin menabung setelah bekerja, tidak pernah berhutang kecuali punya cicilan kredit motor selama 3 tahun dan tidak pernah terlambat membayar. Tidak pernah meminta uang lagi sejak menghasilkan uang, tidak pernah menganggur karena sudah merasa bertanggungjawab dengan kehidupan pribadi sejak lulus sekolah umur 16 tahun. Saya pandai mengendalikan uang untuk hidup saya secara matang. Saya juga belajar itu dari pengalaman orang-orang disekitar saya yang mendapat masalah karena tidak pandai mengatur keuangannya. Dari situlah saya hampir yakin bahwa saya tidak akan mengalami masalah keuangan yang serius. Karena saya tidak pernah meminta lebih dari yang saya dapatkan.

Kembali ke kejadian tahun ini, semua keputusan yang sudah saya perhitungkan dengan matang. Masalah datang dari pihak luar, diluar kendali saya. Tidak ingin membuat masalah menjadi rumit, saya berusaha koperatif. Saya ikuti alur pihak ke dua yang terikat perjanjian dengan saya dan berpikir positif bahwa saya beritikad baik dengan harapan pihak kedua pun beritikad baik. Namun masalah semakin rumit, pasal-pasal hukum yang seharusnya membuat semuanya adil terasa sangat tidak adil untuk saya. Saya merasa sangat terdzalimi. Saya berniat membawa masalah ini naik ke ranah hukum.

Masalah satu belum selesai, tiba-tiba datang masalah yang lebih besar dengan nilai kerugian yang berlipat-lipat dari sebelumnya. Saya lagi-lagi hampir terlibat dengan hukum. Kali ini dengan deadline yang sangat singkat saya pontang-panting mencari uang untuk menyelesaikan masalah baru. Tekanan lebih besar, bahkan rasanya ini tekanan terbesar dalam 26 tahun hidup saya. Kebetulan pula masalah ini terjadi dekat dengan hari ulang tahun saya dibulan Desember.

Yang saya lakukan setiap hari adalah mencoba satu solusi, gagal, berdoa, mencoba solusi lain, gagal, berdoa, mencoba cara lainnya lagi, gagal, berdoa, on repeat for a month. So stressfull, tapi saya harus tetap waras, tetap tenang, tetap berpikir jernih, tetap sehat, karena itu modal saya untuk bisa terus berjuang untuk keluarga saya.

1 hari sebelum deadline saya berhasil menyelesaikan masalah dengan hasil pinjaman bank, mengerahkan segala aset dan tabungan, juga bantuan beberapa orang baik yang tidak akan saya lupakan jasanya. Tentunya dengan izin Allah SWT yang Maha Segalanya. Dan pastinya masalah tersebut selesai dengan meninggalkan cicilan yang harus saya bayar setiap bulannya dengan nilai yang cukup membuat keuangan saya menurun drastis. Plan yang sudah saya bangun untuk masa depan keluarga juga berantakan. Saya harus memulai semuanya lagi dari minus, bukan dari 0 lagi.

Setelah masalah ini selesai, saya memutuskan untuk mengikhlaskan masalah sebelumnya. Dalam artian saya tidak jadi membawa ke ranah hukum dan membiarkan uang saya tidak kembali sepeser pun. Tidak menuntut apa-apa. Dan tidak menghubungi pihak yang berkaitan mengenai perjanjian dengan saya lagi. Saya menyerahkan semuanya kepada Maha Pemilik takdir dan hidup saya. Saya sudah merasa dititik terlelah untuk berjuang dan berkutat dengan masalah hukum lagi. Saya sudah berusaha memperjuangkan semampu saya dengan cara yang baik. Dan disini hanya saya pihak yang merasa dirugikan. Jadi saya yang memutuskan untuk meninggalkan masalah ini dibelakang dengan kerugian pribadi dan melangkah ke depan tanpa membuat kerugian pihak lain.

Yap, alhamdulillah saya masih bisa merasakan banyak hikmah dibalik semua hal yang menimpa saya. Hal – hal yang mungkin suatu saat akan saya jelaskan di post selanjutnya, karena rasanya post ini sudah terlalu panjang. Dan tentang resolusi tahun ini rasanya saya tidak terlalu banyak membuat list. Saya fokus untuk menata kembali keuangan keluarga, memperbanyak ibadah dari sebelumnya, dan.. mengingat Allah disetiap hembusan nafas saya.

PS : bonus akhir tahun, mobil saya yang baru 3 bulan cicilan sudah ditabrak motor J Alhamdulillah.. Segitu sayangnya Allah sama saya dan ingin membuat saya terhindar dari rasa cinta duniawi. Sebenernya  saya pun tidak terlalu terkejut mendengar kabar ini dari driver yang menyewa mobil saya, karena saya sudah di hantam begitu keras di masalah sebelumnya, jadi rasanya hanya seperti digelitiki saja ketika mendengar kabar ini.

Selamat Tahun Baru Masehi, semuanya. Semoga tahun ini kita semua bisa bertumbuh dan berkembang dalam segala hal.



Love,

Chely

Sabtu, 24 Agustus 2019

SUDUT PANDANG





Masa kecilku nggak lepas dari dengerin radio setiap hari. Ibuku sih yang hobi banget nyetel radio kenceng, dari dengerin lagu all genre sampe ceramah-ceramah. Mulai lagu dangdut, keroncong, pop, rock, lagu indonesia-mancanegara, lagu lawas-terbaru. Makanya aku punya ingatan bagus soal lirik lagu yang bahkan bukan era-ku. Ceramah pun gitu, segala ustadz mulai dari (alm) Zainudin MZ, Aa’ Gym, dan banyak banget yang aku hafal suaranya tapi lupa namanya.


Se-Indonesia Raya pasti kenal Aa’ Gym kan? Duuh palagi buibu pasti tau semua lah. Dari jamanku kecil udah terkenal banget beliau mah. Tutur katanya halus, ceramahnya adem, suaranya khas banget sampe ada banyak yang parodiin karakter beliau. Dari yang awalnya sangat mengidolakan, jadi sangat membenci karena ikut sakit hati denger kabar beliau nikah lagi (nuhun atuh a’.. eh pak.. kaya ga pantes kalo saya yang panggil aa’).


Tapi disini aku nggak bermaksud untuk menyinggung atau menjelekkan beliau ya.. Ada banyak hikmah yang bisa aku ambil dari sudut pandang pribadiku tentang beliau. Sekali lagi ini pandangan pribadi, jadi nilainya subyektif.


Jadi sejak gemparnya berita istri beliau menggugat cerai, infotainmen pun ikut gencar memberitakan beliau menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih muda dari istri pertamanya. Sejak saat itu banyak banget yang menghujat dan membenci beliau. Aku pribadi pun yang kayaknya masih SMP ada rasa ilfeel dengan beliau, dan terbukti pamor seorang aa’ gym turun drastis, terjun bebas dari titik tertinggi ke dasar paling bawah.


Seingatku berita ini adalah berita tentang pertama kalinya seorang ustadz Indonesia berpoligami. Jadi hebohnya pun berlangsung lama pula. Netijen selalu menghubung-hubungkan para pria yang beristri lebih dari satu dengan aa’ gym. Seakan beliau menjadi maskot para pria yang berpoligami. Semua salah Aa’ Gym pokoknya.


Beliau sempat menghilang dari peredaran. Nggak aku temuin lagi beliau mengisi ceramah di TV maupun radio. Dalam waktu yang cukup lama sekali, sampai muncul ustadz-ustadz baru. Sampai zaman sudah berubah. Internet semakin berkembang, begitu juga informasi. Berita tentang poligami mulai sering terdengar. Mulai dari tokoh politik, tokoh agama, selebriti, sampe orang biasa juga ada yang berpoligami bahkan sampai punya 4 istri secara sukarela alias terang-terangan dan hidup rukun. Toleransi semakin tinggi. Tingkat nggumunannya berkurang.


Aa’ gym mulai muncul lagi mengisi ceramah di radio, pasti langsung diganti salurannya sama ibuku. Nyari kuliah subuh di TV nemunya Aa’ Gym, langsung diganti channel lain sama ibuku. “Halah ngomong opo.. ”, Itu aksi reaksi say-no-to-Aa’ dari ibuku. Rasa sakit hati nya masih nyangkut padahal bukan jadi istri pertamanya beneran. Hehehe.


Sampe aku menikah dan punya Zac, aku sering juga nyari-nyari ceramah di TV. Dari Mamah dedeh, Ustadz Maulana, Ustadz Anwar Zahid, Ustadz Somad, Ustadz Wijayanto.. sampe suatu ketika aku lagi asik beberes rumah, TV menayangkan ceramah Aa’ Gym dan aku nggak sempet ganti channel karena lagi nanggung aja beberesnya.


Awalnya nggak berniat dengerin beliau dengan seksama, masih ada rasa menyepelekan sosok Aa’ Gym karena sejarah singkat beliau dimasa lalu. Tapi lama-kelamaan ceramah beliau menarik perhatianku buat dengerin. Beliau masih tetap Aa’ Gym yang dulu, dengan suara khasnya, bahasanya yang lembut, konten ceramahnya yang adem, becandaannya yang ringan. Kayak ada semacam air yang membasuh sukma dengan lembut. Eaeaea~


Kayak tersadar kalo nggak banyak ustadz yang kayak beliau apalagi dijaman sekarang. Punya karakter guru yang sesungguhnya. Yang selalu rendah hati dalam setiap ucapannya, mengajak kebaikan dengan tidak menggurui, tidak pernah mengadu domba pun mengompori pihak satu dengan lainnya tanda kutip politik, pokoknya dengerin beliau tuh adeem aja. Saat itu juga penilaianku berubah lagi tentang beliau.  Aku mulai ngikutin lagi ceramah-ceramah beliau. Bahkan ada rasa pengen bangeet minta maaf karena pernah secara tidak langsung menghakimi beliau.


Butuh waktu bertahun-tahun loh untuk bisa menyadari bahwa seseorang (dalam hal ini Aa’ Gym) yang notabene nya adalah orang baik, tidak harus mempunyai prinsip yang sama dengan aku untuk menjadi baik. Seperti misalnya berpoligami menurut sisi sosial (dan dari sisiku yang nggak pro poligami) adalah bukan sebuah hal yang cukup baik bagi banyak orang (meskipun “diperbolehkan” dalam islam), bukan berarti seseorang itu adalah orang yang tidak baik, yang harus aku benci dari kepala sampe kaki hanya karena perbedaan prinsip dan nilai-nilai hidup. Karena toh nggak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti berbeda. Dari agama, suku, ras, warna kulit, rupa, ukuran, karakter, prinsip dan banyak banget kalo mau dijabarin.


Dari sini udah dapet poinnya? Poinnya yaitu “Ojo Gumunan” (Jangan kagetan/jangan gampang heran). Ketika ngeliat sesuatu yang mungkin nggak pada umumnya atau nggak sesuai nilai-nilai yang kita pegang, selama nggak merugikan kita yaudah lewat aja. Jangan dibesar-besarkan. Boro-boro merasa dirugikan, kenal aja enggak. Fokus aja sama apa yang bermanfaat sama diri kita, yang nggak bermanfaat buang. As simple as that.


Ketika ada orang yang kita kenal baik, terus kita pada suatu waktu kita tau keburukannya yaudah sih ambil pelajaran aja dari situ. Kata anak jaman now : kita semua sama, hanya berbeda dalam memilih jalan dosa. ada benernya tuh. Hidup ini kan selalu ada pilihan, benar atau salah pilihan kita hanya Tuhan yang berhak menghakimi. Nggak perlu memperburuk keadaan dengan mengecilkan orang tersebut. Jangan sampe ada sedikitpun merasa lebih baik dari orang lain. Jangan merasa tinggi dengan menjatuhkan orang lain. Cross my heart.


Menasehati orang itu nggak semudah bibir bergerak menyinya menyinyi. Belum tentu masuk pendengaran malah bisa-bisa masuk ke hati. Niat baik dengan cara yang kurang tepat dalam segi bahasa maupun sikap sehingga kurang bisa diterima jadinya percuma juga. Bahkan belum tentu loh seorang yang tinggi pendidikannya bisa diterima nasehatnya. Apalagi aku yang hanya remahan peyek ini.


Nah dari Aa’ Gym ini aku sadar, kadang kita juga nggak bisa mengendalikan hati orang untuk mengerti kita sepenuhnya, jadi sebagai korban kegumunan orang-orang pun kita nggak usah nggumun. Memang orang diciptakan berbeda. Jadi nggak usah berharap apa yang kita lakukan bahkan bisa diterima semua orang. Dan kita nggak perlu juga mengikuti ekspektasi orang tentang diri kita. Segala tindakan kita harus ada alasan dan tanggungjawab biar nggak gampang goyah karena takut dengan pandangan orang lain. Memang pasti ada rasa menyakitkan ketika kita mendapat penolakan, hujatan, dari orang lain, apalagi dari orang yang kenal baik dengan kita. Tapi lebih baik adalah dengan menjadi diri kita sendiri, because we can't please anyone.


Aa’ Gym pasti punya alasan tersendiri yang kita juga nggak perlu cari tahu kenapa beliau menikah lagi tetapi ingin tetap mempertahankan istri pertamanya. Dan alhamdulillah sejauh yang aku tau beliau masih bertahan dengan 2 istrinya sampe sekarang. Itu membuktikan kalo beliau bisa mempertanggungjawabkan tindakannya meski harus melalui masa-masa sulit. Dan buktinya aku bisa luluh lagi dengan ceramah-ceramah beliau yang apa adanya. Karakter asli seorang Aa’ Gymnastiar.


Beliau nggak pernah bikin konferensi pers tentang rumah tangganya, nggak pernah membela diri dengan menjelaskan ke publik, nggak pernah terdengar beliau membahas dirinya sendiri demi menggiring opini bahwa apa yang dilakukannya bukan kesalahan. Beliau hanya terus menjadi dirinya sendiri seutuhnya. Mungkn masih ada banyak yang nggak suka dan masih menggunakan embel-embel poligami, but, the world isn’t over yet. Beliau tetap berjalan dijalur yang benar hingga sekarang. Tetap menebar kebaikan dengan dakwahnya. Long live Aa' Gym. May God bless you.


Ide tulisan ini udah ada di notes sejak sekitar tahun lalu dan baru aku tuangin sekarang, judulnya Aa’ Gym.  Kebetulan agak relate dengan kondisiku sekarang yang lagi dapet gelitikan-gelitikan. Hehehee. Kemarin pas lagi hot-hotnya pengen nulis sambil bersungut-sungut tapi lagi nggak sempet, ada hikmahnya sih aku jadi lebih adem nulisnya sekarang ini. Udah ilang emosinya hehehehehe..

aa’.. ooh aa’.. alhamdu?lillah..
Eh salah jargon.


Love,

Chely

Kamis, 01 Agustus 2019

MENANGGAPI BUDAYA JOKES SEKSIS DI INDONESIA



Mumpung lagi semangat nulis dan ada kesempatan me time barang sebentar karena Zac lagi dirumah ibuku, kali ini aku mau menuangkan pikiran ku yang selalu mak cling muncul tiba-tiba.

Sebelumnya aku mau cerita sedikit yah. Jadi aku udah 4 bulan kerja jadi sales marketing Honda dan ini pengalaman pertamaku didunia marketing. Pengalaman kerjaku sebelumnya banyak dibidang akuntansi dan adminstrasi. Dan aku ngerasain banget perbedaannya. Dari yang jam kantor dan pusing dengan angka, laporan dan segala urusan kantor, sekarang kerja lapangan ya sehari-hari kayak main aja gitu tapi based on target.

Begitu juga lingkungannya. Dari yang ketemunya komputer, temen kantor, pelanggan, sekarang jadi lebih banyak temen. Banyak ketemu orang-orang baru. Ya karena emang harus lebih humble lagi padahal dulunya aku nggak gampang langsung akrab dengan orang baru.

Dan pekerjaanku kali ini menurutku lebih challenging. Pertama karena aku sebenernya lebih suka berada dilingkungan kerja yang bikin aku nyaman, bukan keramaian. Kedua aku nggak bisa terlalu cepat membaur dengan orang baru. Ketiga aku nggak suka rokok. And you know, pekerjaanku nggak bisa hanya dilakukan di no smoking area. Justru lebih banyak diluar, namanya juga kerja lapangan.

Awalnya aku jaga jarak sama orang yang lagi merokok, sejak dulu emang gitu. Tapi lambat laun aku ngerasa ini hal yang susah untuk kerjaanku kalo aku terlalu kuat dengan prinsip satu ini. Jadi tahap awal penyesuaian aku Cuma bisa gerutu dalam hati kalo ada yang merokok dideketku. Tahap kedua aku engap dengan mencoba tetap tersenyum. Tahap ketiga udah biasa aja, nggak sebel lagi kalo ada yang ngerokok. Tapi kalo ngerasa engap ya udah jaga jarak toh emang bukan lagi di no smoking area.

Sama kayak caraku beradaptasi dengan lingkungan yang lekat dengan budaya jokes seksis. Dilapangan aku ketemu bermacam-macam orang. Dan sebagian besar emang biasa melontarkan jokes seksis didepanku yang notabene nya sebagai kaum perempuan. Risih nggak sih denger masalah seksual yang dibuat becandaan meskipun itu bukan ditujukan ataupun membahas tentang aku. Aku tau emang sudah naluriah seorang laki-laki suka membahas hal-hal seksual dengan temannya. Tapi harusnya nggak didepan perempuan juga kan? Kayak, eewwwh.. apaan sih. Berasa langsung drop aja nilai mereka dimataku liat laki-laki yang begitu.

Tapi aku juga sadar sebagai pekerja lapangan aku harus bisa berbaur dengan segala macam orang. Aku harus lebih fleksibel lagi mengenai prinsip-prinsipku. Kalo aku terlalu kaku, gimana aku bisa masuk dan bisa bikin orang tertarik dengan penawaranku. Bukan berarti aku jadi permisif dengan budaya jokes seksis. Tapi semacam menggiring opiniku menjadi biarlah mereka dengan budayanya sedangkan aku dengan prinsipku bisa tetap berjalan beriringan agar maksud tujuanku tercapai. Toh aku nggak bakal biarin seseorang melontarkannya secara langsung ke aku, tapi aku hanya tidak menanggapi terlalu jauh apa yang mereka lakukan selintas didepanku. Do you get the point?

Aku sendiri merasakan bahwa aku bisa membuat batas yang tersirat kepada orang lain bahwa aku pantas diperlakukan dengan baik. Aku bukan orang yang pantas menerima ucapan asal maupun perlakuan kurang ajar. Yup, aku ngerasa orang bisa menangkap itu ketika melihatku. Kalian tau maksudku kan? Kalo ada seseorang yang bahasanya santun, sikapnya baik, pasti kita akan membalas perlakuan yang sama bukan? Rasanya rikuh kalo kita mau ngomong asal atau bersikap seenaknya gitu aja. Begitu juga caraku membatasi diri.

Bukan nggak mungkin juga ada orang yang nggak bisa menghargai orang lain, pernah juga ada yang bersikap/bicara seenaknya meski kita udah jaga sikap. Yaudah sih langsung aku tegur dong. Kalo temen kebanyakan minta maaf sih berarti mereka nggak bermaksud sengaja. Mereka kurang bisa nangkep how I want to be treated. Kalo orang baru atau pelanggan yang kayak gitu sih langsung aku block kontaknya. Bukan berarti orang bisa seenaknya bersikap meskipun mereka pelanggan. Karena aku nggak setuju sama kalimat “Pelanggan Adalah Raja”. Kita sebagai makhluk sosial hendaknya ber-simbiosis mutualisme.

To sum up, Yaa aku yang sekarang ini menurunkan ekspektasi aja. Aku nggak bisa mencegah segala hal diluaran yang terjadi disekitarku. Dan aku juga nggak boleh GR kalo orang dengan sengaja mau ngerugiin aku dengan mereka merokok, toh emang bukan di no smoking area. Aku nggak bisa jadi aktivis anti jokes seksis karena para laki-laki di Indonesia mayoritas masih nggak bisa menempatkan diri. Aku hanya seorang sales marketing yang harus lebih terbuka dengan banyak peluang, dengan orang baru, demi terlaksananya tujuanku dalam menawarkan dan menjual produk. Udah sih gitu aja.

Anw, kalo butuh kendaraan bisa call aku ya :p


Salam Target

Chely


MY 4TH ANNIVERSARY





Hai hai hai hai haiiiiiiii.. kangennn banget nulis parah parah parah! Tapi tulisan kali ini bakalan agak  menye-menye yaa guys. Karena aku bakalan bahas tentang 4th anniversary. Jadi siap-siap pada makan cinta ya kelen. Norak biar :p

Tanggal 7 agustus ini adalah tahun ke 4 pernikahan kami. Alaaah masih seumur jagung aja lebay bodo amat yang nyinyir silahkan balik kanan bubar jalan. Bye.

So, aku Cuma pengen kayak bikin kaleidoskop (bener nggak sih istilahnya?). perjalanan pernikahanku mulai awal hingga saat ini. Here we go.


1.       Tahun Pertama

Hidupku bagaikan Ratu. Aku senang dapet perlakuan seperti itu sebagai pasangan. setelah melewati masa-masa bucin dan cinta monyet yang menyakitkan di masa lalu, mottoku sekarang adalah lebih baik dicintai daripada mencintai. karena Chely akan mencintai seseorang yang mencintaiku melebihi diriku mencintai diriku sendiri. nahloh paham nggak tuh. sebuah prinsip kelogisan yang masih aku pegang sampai saat ini. Yup. I married my #1 fans :)

Aku yang sangat mandiri didepan semua orang bahkan ortuku sendiri ini bagaikan monyet nan cantik yang hari-harinya gelendotan sama abang. Why? Ya karena begitulah diriku. Aku rasa setiap orang juga selalu punya 2 sisi kepribadian yang berlawanan. Bukan kepribadian ganda tapi mungkin semacam pencitraan. Yup, setiap orang pasti pencitraan beb. So gausah tereak tereak pencitraan kalo anda biasa ngupil didepan temen tapi nggak bisa didepan presiden.

Dan emang kedua sisi kepribadian itulah diriku. I am an independent person and depend on my partner too.  Makanya aku tu sedih banget kalo lagi bertengkar sama abang. ya karena aku ga bisa bergantung ke orang lain. At all.

Jadi awal nikah tu kerjaan rumah dikerjain berdua. Yang berat-berat, bikin tangan kasar atau panas-panasan tugas abang, yang butuh ketelatenan, kerapian, terorganisir, tugas aku.  Hari-hari kerjaannya menggapai cita-cita pernikahan : keluar tengah malem bareng kayak makan dan nonton bioskop, gandengan tangan dengan halal didepan umum, tidur bareng pun gandengan tangan, atau dipeluk dari belakang pas aku tidur, bangun tidur mager bareng, sereceh itu.

Dan berlangsung selama 4 bulan sampe aku tetiba ngerasa nggak enak badan dan doyan makan pencit (mangga muda). O ow.. ga sadar kalo telat 6 minggu (--__--“)



2.       Tahun Kedua

Long story short, Zac lahir. Rrrggh, being a parent wasn’t easy, capt! Aku keteteran banget dalam banyak hal. Aku belum pernah baca-baca tentang parenting. Saat hamil yang disiapin Cuma baju-baju dan printilan anak. Aku nggak siap dengan dengan masalah baru ketika punya anak. Aku sebel banget disuruh ngelakuin ini itu (dalam rangka pasca lahiran dan punya bayi) sama orang-orang sekitar. Aku stress banget ketika kurang tidur, kerjaan rumah tambah banyak, dan suami yang belum tau tugas ayah yang sesungguhnya. Pun lupa dengan perannya yang juga sebagai pasangan seorang Ibu dari anaknya. Dunia tidak lagi milik kita berdua! Aku dan abang sering banget bertengkar.

Badan pun makin nggak jelas bentuknya, boro-boro ngerawat diri, bisa mandi 1x sehari alhamdulillah. Ekonomi juga nggak stabil. Anak mesti imunisasi tiap bulan, aku mesti kontrol ke RS, mesti KB, dan itu semua butuh duit.



3.       Tahun Ketiga

Karir abang masih naik turun, ekonomi belum stabil. Masih jadi orang tua yang labil. belum kompak. Udah mulai baca-baca parenting. Thank God ketemu blog nya Grace Melia yang bikin aku ngerasa nggak sendirian. Masalah parenting dan rumah tangga mulai terkupas satu-persatu. Tapi nggak ngurangin intensifitas pertengkaran kami, masih sering banget bertengkar tapi udah nggak banting-banting barang, nggak ngelakuin hal-hal bodoh lagi karena sadar anak udah mulai bisa melihat dan meniru kelakuan orang tuanya.

Tapi ditahun ini pula rumah tangga kami hampir runtuh. Nyaris aja. Rasanya 3 tahun masih stuck. Mentok. Mau maju bersama rasanya alot banget. Capek hati. Masing-masing bermaksud baik tapi entah dimana yang salah sehingga bikin kami saling menyakiti dan menyalahkan.  Aku udah berusaha semampuku bertahan, berjuang, mencari segala cara. And I know he did it too. Sampai orang tua pun ikut andil dan ikut sedih.

Tapi mungkin memang jalannya harus seperti itu. Mungkin hati kami harus berjauhan dulu. Mungkin harus merasa kehilangan dulu. Harus disadarkan dengan sebuah tamparan keras. Agar hati mengingat kembali tujuan awal pernikahan. Agar perahu komitmen  bisa lebih kuat lagi meski badai menerjang. Agar mengerti bahwa mendampingi dan didampingi itu satu kesatuan.

Tidak bisa seseorang dirasakan kehadirannya hanya sebagai raga dengan hati yang tidak sepenuhnya . tapi sebaliknya sangat mungkin hati kita mendampingi kemanapun pasangan pergi meski raganya tak hadir setiap hari. Dan memang benar kalo cari yang lebih baik pasti banyak, diatas langit masih ada langit. Tapi yang bisa flip flop, klik, nerima segala kekurangan kita, saling melengkapi, saling menjadikan pasangannya versi terbaik mereka tanpa membuat kehilangan dirinya sendiri. Yakin bisa nemu 2 aja didunia? Kalo Chely sih limited edition. Ciaelahaey.


4.       Tahun Keempat

Mulai dari 0 lagi. Kami komunikasikan keinginan masing-masing sampai tuntas tas tas dan dapet solusinya agar bisa kompromiin perbedaan. Nggak boleh ada yang mengendap di hati masing-masing. Karena kita sama-sama keras kepala. aku orang yang gigih sama pendapatku, abang orang yang ngeyel duluan mikir belakangan.

Di tahun ini pula kami saling lebih legowo lagi. Biasanya aku paling nggak suka mengulur waktu buat diem-dieman. Kalo ada masalah ya harus segera diselesaiin karena aku orangnya logis pun ya kan aku sedih juga tau. Tapi abang orangnya emosional jadi nggak bisa jernih kalo emosinya belum stabil. Jadi aku harus nyari distraction biar nggak sedih banget dan terlalu fokus sama pertengkaran. Sedangkan abang juga kudu berusaha lebih kuat dalam ngontrol emosinya. Nggak boleh ada pembiaran masalah terlalu lama. Harus dia yang mulai pembicaraan karena ya dia yang tau kapan emosinya stabil.

Alhamdulillah udah jarang banget bertengkar yang nggak perlu. Zac juga udah pinter banget belain aku kalo ayahnya nyebelin. Iya, aku terbuka kalo lagi ada masalah sama Abang, biar dia tau bahwa orang tuanya tidak sempurna. dan pernikahan memang seperti itu. Jadi dia punya bayangan dan kesiapan tentang pernikahan yang nyata seperti apa. Pastinya aku juga menunjukkan kalo orang tuanya udah baikan, udah maaf-maafan, udah sayang-sayang lagi.

Zac makin bisa diajak curhat apapun, aku nggak pernah meremehkan bahwa anak nggak ngerti apa-apa. Karena mereka adalah makhluk yang sangat sensitif. Mereka bisa merasakan orang tuanya lagi bermasalah. kalo liat aku agak lemes karena capek, atau lagi ngobrol agak debat sama ayahnya (karena sama keras kepalanya tadi) meskipun nggak lagi bertengkar pasti Zac nanya "kenapa mama? mama sakit? mama sedih? ayah nakal?", sampe kadang aku melongo wow anakku sepeka itu padahal i'm ok.

Sebenernya dari sebelum 2 tahun kecerdasan linguistiknya bagus banget. Makin gede makin nyenengin ngomong sama dia yang sangat pandai berkomunikasi dua arah. cara dia mendengarkan dan merespon selalu bikin moodku membaik bahkan ketawa ngakak seketika. Aku bisa cerita apapun ke dia disaat abang lagi sibuk-sibuknya sebulanan ini. Apapun. meski hal nggak penting kayak aku bilang wow ada mobil 'ertiga' dan zac nimpalin bahwa dia sukanya mobil 'ertujuh'. Entah demi apa anak 3 tahun bisa spontan bikin plesetan selicin itu.



Last but not least, berdiri di titik ini dan memandang perjalanan yang udah aku lalui dibelakang. Aku bersyukur banget bisa sampai sini. dengan segala yang aku punya yaitu sebuah keluarga kecilku. Dan besok tanggal 1 Agustus aku punya surprise kecil buat abang. awalnya aku beli iseng aja buat semangatin dia yang lagi lembur terus. Setelah beli malah baru inget kalo tanggal 7 nanti anniversary  yang ke-4. Jadi sekalian aja aku kasih surat ucapan. Besok aku kirimin ke kantor abang deh J

Btw, sorry kalo kaleidoskopnya kepanjangan yaaak :p


Love you all


Chely

Selasa, 25 Desember 2018

BRAND NEW ME - 25th BIRTHDAY



Desember tahun ini saya ngerasa "berbeda" dengan tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari sebelum menikah, sesudah menikah, dan punya anak. Masing-masing punya kesan tersendiri. Dan so far rasanya desember ini lah yang paling berkesan.

Saya hidup dikeluarga yang merayakan ulang tahun dengan hadiah, ucapan atau makan bersama. Sedangkan Abang, suami saya adalah orang yang sangat jarang merayakan momen ulang tahun maupun momen lainnya yang saya anggap penting.  Kalau saya sejak kecil setiap bulan desember tiba selalu memikirkan hadiah apa yang diinginkan saat ulang tahun. Abang nggak perlu menunggu ulang tahun untuk meminta sesuatu. Kapanpun dia ingin sesuatu dia akan bilang ke orang tuanya. Dan setidaknya nggak perlu nunggu ultah atau menabung sendiri untuk memenuhi keinginannya.

Dulu awal dekat dengan abang saya kasih dia surprise saat ultahnya. Saya bawain dia ice cream yang ditancepin lilin dan kado ke kosan dia. Nggak terlupakan karena ternyata saya salah tanggal. Malu banget. Udah sok-sok an dateng buat bikin dia surprised ternyata aku pun dibikin surprised pas dia ngomong, “siapa yang ultah?” WKWKWK.

Setelah itu dia bales kasih surprise yang nyontek persis dengan cara saya ke dia. Tapi tanggalnya bener nggak salah. Hehehe. Dan bertahun-tahun setelah itu saya masih terus kasih dia surprised dengan berbagai cara yang berbeda dan bisa dibilang selalu berhasil. Sedangkan abang nggak. Tahun selanjutnya dia selalu nanya pengin kado apa, pengin makan dimana, pengin pergi kemana.  Nggak asik banget kan. Ya karena abang nggak bisa dan nggak tau gimana caranya kasih surprise. Tahun ini kado apa yang kira-kira saya pengen.

Pernikahan tahun ke tiga, ketemu udah 4 tahun sebelum nikah, total 7 tahun kenal ya udah hapal karakter abang. jadi yang iyaudah aja lah dengan cara dia yang nggak sesuai dengan keinginan saya. Udah makin banyak hal yang bisa dikompromi. Udah yang nggak jadi pengin ditebak maunya gimana, kalo saya mau sesuatu yaudah kode keras aja langsung bilang apa gimana daripada berekspektasi. Ditambah beberapa bulan ini udah punya kesibukan banyak selain ngurus rumah dan anak. Rasanya udah nggak sempet sadar mau ultah.

Bukan yang sok lupa kalo tanggal 24 ini ultah, tapi yang emang nggak bayangin apa-apa, nggak pengin apa-apa, nggak ada ekspektasi sama sekali. Kebetulan juga lagi ada rencana sekeluarga bareng ngunjungin mertua ke Sidoarjo terus mau jalan-jalan ke Surabaya. Udah beberapa tahun belakangan juga nggak pernah ada surprise bahkan kado lagi dari keluarga. Ultahnya dirayain dengan makan bersama sekeluarga doang.

Tau-tau perjalanan malem dari Malang ke Sidoarjo dapet surprise dari keluarga didalem mobil. Dari kursi belakang adik sama ibu nyanyi dan kasih kue. Wah I feel so happy sih rasanya meski gitu doang. Nggak taunya pas udah nyampe rumah mertua mereka juga belum tidur padahal udah sekitar jam 3. Terus saya dateng disambut ucapan hangat selamat ultah dengan wajah yang beneran hangat banget. Ucapannya berasa banget masuk ke hati pokoknya nggak bisa dijelasin dengan kata-kata.

Udah seneng, ngirain yang beneran udah, pas beberes dikamar dapet surprise lagi! abang kasik kue yang beneran birthday cake pake tulisan “Happy Birthday Istriku Tercinta” dengan muka yang malu-malu dan gimanaaa gitu. Duh yang bisa ngerasain sih yang punya suami nggak romantis lah pokoknya. Nyess aja ketika kita udah tau pasangan bukan orang yang romantis terus dia sengaja mau melakukan hal romantis buat bikin kita seneng. Unchhhh. Thank you for being nice to meee my love :*

Kayaknya emang abang udah rencanain dari beberapa hari sebelumnya deh. Soalnya aku juga baru ngeh pas hari ibu tanggal 22 kemarin itu dia juga kasih ucapan yang sweet meski harus ditagih dulu. “nggak pengin ngucapin sesuatu nih??”, terus dia baru bilang “selamat hari ibu ya..”. saya melengos aja sok jutek tapi sambil bercanda ya karena saya tau muka-muka dia nahan sebenernya pengin ngucapin tapi bingung mau gimana. Eh pas udah nyampe kantor abang WA “Selamat hari ibu.. Makasih selama ini udah jadi istri dan ibu terbaik buatku dan zac..”. itu udah termasuk sweet banget buat level abang yang ngomong. Tapi saya masih sok judes aja balesin “kayak nggak ketemu aja ngomong di WA, ntar kudu ngomong langsung”. Padahal di hati udah berbunga-bunga dipuji gitu. Aw receh bet ya gua Xp

Dan sepulang dia kerja ya beneran gitu abang ngomong langsung nggak perlu diingetin dan ditodong kayak biasanya. “selamat hari ibu ya yang.. tetep jadi istri dan ibu yang terbaik. Jadi pejuang yang kuat, hebat, tahan segala cuaca”. Sambil peluk dan ngomongnya malu-malu. Wah nggak nyangka sih ternyata selama ini perjuangan saya di apresiasi. Abang ngaku dia menilai saya selama ini adalah wanita yang nggak lemah, dan juga wanita terbaik untuk mendampingi dia dan jadi ibu dari anaknya. Aaa co cweeett.. butterflies in my stomach.

Jadi yang membuat desember ini berkesan dari sebelum-sebelumnya adalah karena saya sudah bisa berdamai dengan diri sendiri dalam banyak hal yang nggak saya sebutkan satu persatu disini, mungkin di postingan lain kapan-kapan. Yang salah satunya adalah dalam berekspektasi. Misalnya ketika saya punya banyak kesibukan positif saya jadi nggak sempet lagi mau mempermasalahkan hal-hal yang harusnya bisa di redam. Saya nggak sempet lagi mau fokus dalam egoisme yang nggak bermanfaat. Saya nggak sempet lagi menagih orang membalas kebaikan yang sudah saya berikan.

Contoh kecilnya saya dulu sempet yang pengen dong dibales dikasih surprise sama abang, pengin dong yang tiba-tiba dibeliin hadiah meski bukan hari spesial, pengin yang mendadak di romantisin gimana caranya kek. Kan selama ini saya selalu seperti itu ke abang. Semakin kebanyakan ngayal dan menuntut semakin sebel-sebel sendiri kan. Saya yang berkekspektasi sendiri, saya yang kesel sendiri kalo nggak kesampaian, saya nyalahin orang atas kekecewaan saya. Nah kan sungguh unfaedah. Syukurlah ketika saya sadar ada hal yang kurang benar dan coba introspeksi diri, saya lebih sering self-talk, saya menggali apa yang salah, saya tanyakan pada diri sendiri harusnya gimana, dengan sendirinya melatih diri untuk menurunkan ego demi menemukan solusi.

Dan saya jadi lebih bahagia dengan menentukan kebahagiaan dengan diri saya sendiri. Tanpa harus menuntut orang lain menciptakan kebahagiaan untuk saya. Ketika saya sudah menata hati seperti ini, saya otomatis lebih banyak lagi bersyukur dari sebelumnya. Bukan berarti saya kurang bersyukur kemarin-kemarin, tapi dengan seperti ini hati dan pikiran saya lebih terbuka luas lagi dalam menemukan hal-hal yang patut untuk disyukuri sampai saya lupa bahkan merasa nggak sepantasnya untuk mengeluhkan hal-hal yang tidak bisa saya kontrol.

Daripada saya mengeluh orang lain tidak membahagiakan saya dengan cara yang seperti yang saya inginkan, mending saya menyadari bahwa orang itu sudah mencoba membahagiakan saya dengan cara dia. Seperti abang yang mau membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah, mau mijitin pas saya bilang capek, mau handle zac pas maag saya kumat. Intinya saya menggunakan daripada-daripada yang menuntun saya ke arah yang lebih baik.

Dengan bahagia yang saya ciptakan sendiri, rasa untuk menyalahkan orang lain sebagai orang yang andil dalam kesedihan atau kekecewaan saya menjadi hilang. Ketika saya mengerti keadaan seseorang tetapi orang tersebut tidak melakukan hal sebaliknya kepada saya, saya bisa “let it go” dengan keadaan tersebut. Jika mungkin istilah “ikhlas” kurang pantas, karena keikhlasan itu bukan perkataan di mulut tapi perasaan di hati yang nggak perlu di ungkapkan. Justru perasaan itu sangat terasa meluaskan hati ketika saya mengaplikasikannya dalam diam.

To sum up, welcome 25th, welcome brand new me, I am ready for next.. Desember ini seorang chely terlahir kembali dengan hati yang baru, resolusi baru, semangat baru. Dengan visi untuk jadi chely yang bahagia, menebarkan kebahagiaan dan inspirasi, menjadi manusia yang bermanfaat, bukan untuk semua orang, bukan untuk menjadi superhero, tapi untuk satu orang saja. Saya hanya menargetkan diri saya bisa bermanfaat minimal untuk satu orang saja, untuk setiap hal yang saya lakukan dan berikan.

Selina Heryati mengucapkan, Selamat Hari Natal dan Tahun Baru bagi yang merayakan, dan selamat liburan khususnya untuk full mom seperti saya yang libur setiap hari ^^
*paradoks detected*



Love,

Chely